Becoming a Stay-at-Home Parent

Oleh Mita pada Rabu, 02 Desember 2020
Seputar Tips
Becoming a Stay-at-Home Parent

Salah satunya perubahan besar yang saya lakukan adalah menjadi seorang stay-at-home parent setelah hampir 10 tahun malang melintang di dunia bekerja. I love what I do, kantor terakhir saya bekerja di tempat yang tidak terlalu jauh dari rumah. Saya juga memiliki tim yang menyenangkan serta gaji dan posisi yang cukup memuaskan, but having a baby is a life changing phase.

Salah satu 'drama' yang sering dihadapi oleh ibu-ibu masa kini adalah asisten rumah yang minta pulang kampung dan tidak kembali lagi. Kondisi ini terjadi lagi setelah saya melahirkan anak kedua saya-Aina. Sempat terpikir untuk merekrut baby sitter saja, namun saat ini saya tinggal di rumah sendiri dan tidak ada orangtua yang bisa bantu mengawasi dan mendampingi anak-anak saya bersama pengasuh barunya nanti. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti dahulu dari pekerjaan saya. Terhitung hanya satu bulan setelah cuti melahirkan saya berada di kantor, saat itu Aina dititipkan di daycare, dan abangnya, Rais, dititipkan ke mertua saya.

Hari-hari pertama setelah resign terasa begitu menyenangkan, walaupun saya tetap berprofesi sebagai penulis lepas di kantor terdahulu. Saya bisa bangun dan tidur kapan pun saya mau, menonton TV dengan tenang di pagi hari dan tidak perlu menghadapi macetnya jalanan Jakarta.

Setelah dua bulan berjalan, tiba-tiba saya merasa sangat kelelahan. Mengapa saya merasa jadi jauh lebih lelah daripada waktu bekerja dahulu? Sempat pula saya merasa jenuh dan tidak produktif, bahkan menjadi lebih cepat emosi. Setelah ditelaah, kemungkinan kelelahan ini karena saya tidak memiliki jadwal, jadi semua hal dilakukan secara responsif.

Dari pengalaman yang saya jalani, berikut beberapa tips untuk membuat masa transisi ke kondisi stay-at-home parent menjadi lebih menyenangkan:

1. Buat jadwal produktif

Buatlah jadwal kegiatan sehari-hari dan usahakan untuk taat pada jadwal tersebut. Misalnya, memasak pada pukul 05.30-06.30, bekerja pukul 08.00-10.00 (dalam hal ini saya menulis), 10.00-11.00 bermain bersama si kecil sambil menunggu abangnya pulang sekolah, pukul 11.00-12.00 menyiapkan makan siang, dan seterusnya. Lebih bagus lagi bila urban mama dapat menyusun menu untuk satu minggu atau satu bulan ke depan sehingga tidak ada kegiatan browsing atau menerawang berlama-lama, “Besok masak apa yah?". Selain itu saya juga membuat jadwal untuk anak-anak, seperti menonton TV hanya pukul 13.00-15.00, lalu pukul 15.00-16.00 adalah waktu belajar, pukul 16.00 hingga sebelum waktu maghrib adalah waktunya bermain di luar ruangan seperti bersepeda, bermain sepak bola atau sekedar jalan ke taman, lalu pukul 18.00-19.00 waktunya shalat dan makan malam, begitu seterusnya.

 

2. Luangkan waktu untuk me-time

Me-time saya cukup sederhana, yaitu menonton film, menulis dan mengedit foto. Kegiatan ini saya lakukan ketika anak-anak sudah terlelap. Ketika akhir pekan, suami biasanya sudah mengerti kalo saya jenuh memasak dan ia akan berinisiatif untuk memasak atau mengajak makan di luar. Kadang-kadang saya juga menitipkan Aina ke suami atau ke orangtua kami untuk sekedar ke salon atau nonton berdua dengan anak pertama saya (saya tetap memompa dan menyimpan ASIP untuk Aina selama saya pergi, selain untuk keadaan darurat seperti sakit dan sebagainya).

3. Set a simple goal for the family

Set your own goal tentang apa yang mau dicapai di rumah. Target saya tidak muluk-muluk, tahun ini saya ingin si sulung bisa melakukan beberapa pekerjaan rumah, sedangkan anak pertama saya ingin bisa lancar baca tulis, dan saya ingin si toddler bisa mulai makan sendiri (OK, yang satu ini agak muluk). Sebelumnya saya juga ingin mengecat rumah saya menjadi warna baby blue (sudah dilakukan!) dan belajar baking.

4. Have yourself a quick moodbooster

Ketika sedang lelah, cari moodbooster instan di rumah yang dapat membuat urban mama kembali bersemangat. Moodbooster saya adalah minum susu cokelat dingin dan curi-curi ikut tidur siang bersama anak-anak. Biasanya saya merasa jauh lebih bugar walaupun hanya 15-30 menit terlelap. Mendengarkan lagu favorit sambil menyanyikannya juga salah satu moodbooster ampuh!

5. Get a help

Saya sadar kalau saya sangat payah dalam menyetrika, lama dan tidak rapi. Rasa-rasanya jadi terlalu menghabiskan banyak waktu untuk mencuci dan menggosok daripada menghabiskan waktu yang berkualitas bersama anak-anak. Akhirnya saya merekrut seorang asisten rumah tangga khusus untuk cuci gosok saja, datang di pagi hari dan pukul 10.00 sudah pulang. Saya dan suami pun berbagi tugas, bagian saya adalah menyapu dan mengepel sementara menggosok kamar mandi adalah tugas bagian suami.

6. Don’t be overexpected

Jangan karena di awal sudah memiliki target sehingga kita menjadi mudah stres jika targetnya belum tercapai. Anak-anak memerlukan proses alami dalam perkembangannya. Jangan terlalu dipikirkan bila ada yang berkomentar “Anakku sudah bisa ini-itu, kok anak kamu belum?” dan lain sebagainya. Being a parent is not a race. Enjoy every single moment.

Nikmati saja setiap waktu bersama anak-anak, mana tahu suatu saat urban mama akan kembali bekerja. Ingat bahwa tangan-tangan kecil mereka akan membesar, mulut kecil yang cerewet ini akan menjadi sunyi, dan mereka akan tumbuh menjadi remaja yang mungkin tidak mau sepanjang waktu didampingi oleh ibunya.

Apa pun keputusan kita, baik itu bekerja di kantor atau stay-at-home parent, be happy with your decision. Your children will become what you are. So be what you want them to be!

29 Komentar
dinnanuriia May 20, 2016 2:26 pm

Thankiss informasinya Mama Mita, sy juga working Mom punya 2 anak kembar laki2, nah sekarang lagi program hamil lagi, suatu saat pengen memutuskan resign dan menjadi Stay-at-home Mommy like you

bunda.tyas February 2, 2016 6:44 pm

Makasih sharingnya mama mita

Senang rasanya tau klo apa yg saya rasakan ini dirasakan jg oleh orang lain :) intinya tetep semangat dan nikmati semua prosesnya :)

rosiana damaiyanti
rosiana damaiyanti January 18, 2016 1:20 pm

sedang bersiap menjadi SAHM dan alhamdulillah ada artikel ini.

Honey Josep
Honey Josep November 7, 2015 11:20 am

mama mita, salut deh.... keputusan untuk menjadi SAHM gak pernah mudah apalagi buat yang selalu aktif dan produktif.

Tfs!

Mita
Mita November 5, 2015 11:53 pm

@mba eka : woow 5 tahun, ak baru mau setahun jadi masih wajar yah masih morat marit :)) iyaa bener bgt mbaa...

@aini : waah ide bagus pake alarm hp!worth to try... thx ya :)

@woroluvpink : sama2...

@amayas : sama2 ya :)

@hanana : hihi thanks ya..