Bepergian Antarkota di Belanda Bersama Bayi dan Balita

Oleh Hafizatul Ismi pada Jumat, 02 Maret 2018
Seputar Tips
Bepergian Antarkota di Belanda Bersama Bayi dan Balita

Banyak keluarga Indonesia yang berencana mengunjungi Belanda dan negara-negara di sekitarnya, tetapi bertanya-tanya: apakah mudah membawa bayi dan anak kecil bepergian mengunjungi kota-kota di Belanda dan ke negara-negara sekitarnya?

Kali ini saya hendak berbagi pengalaman kami seputar bepergian bersama bayi dan balita, mengunjungi kota-kota antar Belanda maupun negara tetangganya dengan transportasi kereta api, pesawat, metro, tram maupun bus. Perjalanan tersebut kami lakukan saat Faiha saat berusia 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1tahun, serta Yaqdzan, kakaknya, saat berusia 5 tahun.

(Kredit foto: instagram @hafizatul_ismi)

Sebetulnya bepergian antarkota dalam Belanda cukup nyaman dan menyenangkan bersama bayi. Sistem transportasinya lengkap dan terpadu, fasilitasnya pun bagus-bagus, ramah anak, dan memudahkan orangtua yang bepergian bersama anak bayi dan balita. Orang-orang Belanda pun pada umumnya ramah dan senang membantu. Melihat para ibu yang menaikkan stroller ke kereta api, misalnya, selalu ada saja yang sigap membantu. Selama ini pengalaman saya membawa bayi dan balita ke luar kota dengan transportasi kereta api sebetulnya selalu bersama suami atau teman yang ikut membantu mengangkat stroller. Transportasi dalam kota seperti di Den Haag dan Amsterdam umumnya menggunakan tram atau bus, yang cukup mudah bagi pembawa stroller sehingga tidak perlu bantuan untuk mengangkat-angkat stroller.

Namun bila bepergian bersama bayi dan balita, tentu ada beberapa persiapan yang kami lakukan. Apa saja yang biasa kami persiapkan saat akan bepergian antarkota di Belanda?

1. Perbekalan makanan
Biasanya ini hal wajib yang kami siapkan sebelum bepergian antarkota maupun di dalam kota. Makanan yang disiapkan adalah makanan berat dan camilan, seperti roti dan apel yang sudah cukup mengganjal perut dari rasa lapar. Untuk hidangan nasi, biasanya saya siapkan dicampur lauk lalu dibungkus aluminium foil. Jadi kemasannya seperti kebab, tinggal buka dan siap dimakan. Untuk air minum pun kami siapkan 1-2 botol air minum, sisanya mengisi-ulang air di public water tap atau dari keran wastafel toilet, karena air dai saluran keran air di Belanda itu sudah siap minum.

Jika urban Mama berencana membawa bayi yang sudah mulai makan MPASI, hal ini juga menambah daftar barang bawaan. Saat awal MPASI, biasanya saya selalu bawa bekal roti untuk Faiha. Makanan lainnya dengan menu lengkap seperti kentang, wortel, ayam juga dipersiapkan. Saya lebih memilih kentang dan ubi sebagai sumber karbohidratnya karena lebih mudah disiapkan, selain bubur nasi kurang enak dimakan kalau kondisinya dingin. Namun jJika merencakan makan di restoran, biasanya pengunjung diperbolehkan untuk ikut memanaskan makanan bayi.

2. Stroller dan gendongan
Biasanya kereta antarkota di Belanda menyediakan ruang atau gerbong khusus untuk stroller dimana para ibu bisa duduk di depan atau di samping stroller. Namun jika tidak menemukan ini, kami biasanya menggendong Faiha selama duduk dalam gerbong penumpang. Belanda sendiri sangat stroller friendly, bahkan jarang melihat para ibu menggendong bayi. Jika mengunjungi kota-kota di Belanda, biasany kami tidak membawa gendongan.

3. Mainan
Mainan sama pentingnya untuk menemani si kecil selama perjalanan, minimal agar si kecil senang, tidak bosan, serta mood-nya terjaga baik. Pilih mainan yang dapat digantung di stroller, atau mudah dipegang si kecil selama perjalanan naik kereta.

4. Pakaian
Sudah pasti ya, harus bawa diapers, baju ganti, alas perlak untuk ganti popok, tisu basah, serta kantung plastik untuk membuang popok. Kalau si kecil harus ganti popok, cukup mencari tempat ganti popok yang sudah disediakan, biasanya toilet-toilet stasiun menyediakan changing table di dalam toilet. Saya sebenarnya agak malas mencari tempat untuk sekadar ganti popok, kadang ganti popok di stroller saja sudah cukup, tetapi norma ini lebih baik diterapkan untuk kenyamanan publik.

Baju yang dibawa untuk si kecil pun menyesuaikan dengan cuaca, seperti jalan-jalan saat musim dingin harus pakai jaket overall agar si kecil tetap hangat, tetapi begitu di dalam ruangan biasanya agak kegerahan. Jadi saya selalu bawa sweater tambahan untuk Faiha.

5. Mengatur jadwal makan
Perkirakan durasi perjalanan dan waktu ketibaan di kota tujuan, untuk mengatur jadwal makan si kecil. Bagi kami, roti dan buah sudah cukup membantu di waktu-waktu tertentu. Misalnya saat kereta akan tiba di tujuan tetapi sudah jadwal makannya Faiha, saya akan memberikannya roti terlebih dahulu. Ataupun bagi Yaqdzan, ayah dan bundanya, roti dan buah cukup menjadi pengganjal.
Jika anak-anak keburu rewel atau bayi menangis sepanjang jalan, hadapi saja dengan tenang. Apalagi sedang buru-buru akan turun kereta, si kecil sedang rewel. Biasanya warga Belanda cukup baik merespon hal ini, terutama para nenek yang sangat sangat ramah pada anak-anak. Tak jarang jika Faiha menangis, ia disapa dan dihibur nenek-nenek.

(Kredit gambar: www.pexels.com)

Dengan sistem transportasi yang terpadu dan fasilitas yang bagus di kota-kota di Belanda, bepergian bersama si kecil yang masih bayi dan balita memang jadi mudah dan nyaman pula. Bagaimana ketika kami membawa anak-anak ikut dalam perjalanan travelling mengunjungi kota-kota negara lainnya di Eropa? Nantikan kisah dan tips-tipsnya di artikel selanjutnya ya, urban Mama.

2 Komentar
dieta hadi
dieta hadi March 2, 2018 10:15 am

Duh jadi pengen ke Belanda. Seneng baca artikelnya, Tfs ya mama

Cindy Vania
Cindy Vania March 2, 2018 8:00 am

Belanda asik banget ya buat dikunjungi sama anak-anak. Senang deh baca artikelnya..

Ditunggu artikel selanjutnya ya mama Ismi :)