Berlibur ke Eropa dengan 2 Anak

Oleh shinta lestari pada Rabu, 03 Juli 2013
Seputar Tips

Seperti tahun-tahun sebelumnya, sudah menjadi tradisi di keluarga kami untuk berlibur bersama sebagai hadiah ulang tahun untuk anak kami. Karena kali ini anggota keluarga sudah bertambah satu dengan hadirnya si kecil Neishia, kami tetap menjalankan tradisi ini. Apalagi tahun lalu, di saat Neishia baru berumur 2,5 bulan, sudah kami ajak untuk berlibur bersama ke Hongkong. Walaupun waktu itu perginya ramai-ramai dengan keluarga besar saya.

Kali ini, kepergian kami benar-benar hanya berempat, ke benua yang memiliki kondisi udara yang berbeda, pindah-pindah ke 5 tempat di 2 negara, selama 10 hari. Excited? Pasti! Karena ini pertama kalinya juga buat saya pergi jalan-jalan ke Eropa dan juga perdana mengajak 2 anak berlibur. Sebelumnya sih sudah beberapa kali pergi berlibur dengan 2 anak, tapi pasti ada anggota keluarga lain yang ikut, entah itu mertua atau orangtua saya sendiri. Kali ini, kami benar-benar berempat, ke tempat yang saya dan suami pun tidak familiar karena pertama kalinya kami ke tempat-tempat tersebut.

Artikel ini saya tulis bukan sebagai artikel travel tentang tempat-tempat yang saya datangi, tapi ringkasan bagaimana saya dan suami, menyiapkan segala sesuatunya selama perjalanan tersebut. Let's face it, travelling dengan satu anak saja sudah repot kan? Apalagi ini dengan 2 anak, yang mana anak kedua saya masih berumur 15 bulan. Baru mulai jalan dan belum terlalu bisa bicara walaupun sudah bisa memberikan isyarat kalau dia ingin sesuatu. Ditambah lagi, kami pergi di saat udara masih dingin, yang ternyata lebih dingin dari perkiraan cuaca di musim semi. Jadi extra preparation buat saya yang memang bertanggung jawab urusan baju anak-anak.

Mari saya share yah tips-tipsnya, khususnya untuk beberapa hal yang saya jalankan selama perjalanan:

1. Siapkan itinerary sendiri. Do your research, lalu siapkan jadwal yang flexible, sesuai dengan jadwal anak-anak.

Sebenarnya urusan itinerary ini saya tugaskan ke suami. Jadi suamilah yang menata itinerary kami dari sejak datang sampai pulang. Permintaan saya dari awal hanya satu, jangan terlalu padat dan luangkan waktu yang flexible di jam-jam seperti untuk makan dan istirahat. Tapi karena anak-anak kami terbiasa untuk tidur di stroller, jadi tidak perlu membuat itinerary di mana kami haruskembali ke hotel agar anak bisa tidur siang. Tapi kami akali dengan situasi dan kondisi yang ada. Misalnya, kami membeli tiket Hop On Hop Off bus. Sengaja kami naik setelah makan siang, jadi anak-anak sudah kenyang, dan begitu naik, langsung tidur dengan nyenyak. Anak-anak tidur dengan nyaman di bus, kami bisa foto-foto dan menikmati pemandangan dan suasana kota yang kami kunjungi di atas bus tersebut. Win-win solution bukan?

Oh ya, suami saya punya ide brillian sewaktu menyiapkan itinerary. Jadi semua yang kami perlukan untuk jalan-jalan di hari itu, dari tiket masuk museum, tiket naik Hop On Hop Off bus, konfirmasi hotel, pesawat, dll, semuanya disimpan rapi di dalam folder, tersusun sesuai tanggal dan kegiatan. Jadi setiap hari, suami saya hanya perlu mengambil satu folder plastik yang memang sudah disiapkan untuk keperluan hari itu, dan itu sudah lengkap data yang akan kami perlukan untuk jalan-jalan di hari itu. Bahkan, ketika ada itinerary di mana saya boleh jalan-jalan untuk shopping, suami sudah menyiapkan fotokopi paspor, jadi saat belanja dan minta klaim tax pun, saya cukup kasih fotokopi paspor. Lengkap!! Jempol buat suami untuk urusan ini.

Banyak orang yang lebih pergi jalan-jalan dengan booking lewat travel agent. Jadi itinerary disusun oleh travel agent, kita tinggal duduk manis aja mengikuti. Terus terang, saya bukan fans-nya travel agent untuk urusan jalan-jalan, apalagi kalo bawa anak. Karena biasanya jadwalnya padat dari pagi sampai malam, lalu tidak ada jeda waktu yang flexible, ditambah jadi sering terburu-buru. Jadi untuk ini saya biasanya minta ke travel agent jadwal perjalanan mereka, lalu saya copy tapi dengan timing sendiri dan jadwal saya sendiri, tidak perlu bayar jasa mereka. Atau cari yang lepasan, misalnya lewat travel agent untuk mem-book masuk ke suatu tempat, tapi tidak perlu ikut yang sampai berhari-hari. Ini sih sebenernya preference masing-masing ya, tapi buat saya memang lebih seru bikin itinerary sendiri.

Oh ya satu lagi tips berguna ketika menyusun itinerary, luangkan waktu juga untuk mencari info tentang kota yang akan dikunjungi dari website trip dan travel, khususnya info dari traveller lain tentang pengalaman mereka. Contohnya, kami dapet banyak info tentang Eropa yang lumayan rawan copet, jadi kami juga selalu ekstra hati-hati dan precautious, apalagi kan kami akan banyak distractions karena harus mengurusi anak-anak.

Tips lain adalah menjadwalkan waktu shopping. Namanya juga wanita ya, kayaknya gak mungkin dong kalau ke Eropa ga ada acara shopping? Nah, tapi karena saya juga suka sekali travel, saya bisa menahan diri untuk tidak shopping ketika kami masih pindah-pindah kota. Kenapa? Karena koper-koper kami belum boleh bertambah dulu, kalau tidak repot nanti mengangkatnya.

2. Bila waktu travel panjang, pastikan untuk menginap sekali di serviced apartment atau tempat yang melayani laundry.

Packing adalah challenge terbesar buat saya. Pertama, karena kami kan mesti mobile, gak bisa bawa barang besar-besar karena semua mesti diangkut sendiri. At one point, kami mesti bisa membawa barang-barang kami dari stasiun kereta ke hotel, tanpa bantuan siapa-siapa. Ditambah lagi mesti gotong-gotong 2 anak (apalagi pas di malam hari, pas keduanya sudah tidur), jadi saya dan suami mesti memikirkan sekali bagaimana packing yang efektif untuk barang-barang kami. Kedua, negara yang kami datangi masih musim dingin dengan temperatur yang single digit. Artinya saya mesti membawa baju-baju winter, untuk kami berempat! Belom lagi jaket dan sweater. Padahal saya tidak bisa bawa koper yang besar-besar. Ketiga, saya pergi bersama balita! Buat kebanyakan orang, pergi beberapa hari saja sudah kayak pindahan rumah, apalagi ini mau pergi hampir 2 minggu?

Jadi, butuh berhari-hari dan kekompakan dengan suami untuk bisa menaklukan tantangan ini. Dari membeli tas yang bisa dijadikan backpack, dan koper yang gampang didorong dengan ukuran tidak terlalu besar (supaya bisa didorong oleh Naia, anak pertama saya yang sudah berumur 5 tahun), sampai hanya membawa masing2 tidak lebih dari 5 pasang baju. Jadi ada 5 pasang baju dalam, celana, baju luar, baju tidur dan 2-3 pasang sweater. Ini berlaku untuk kami berempat. Popok Neishia, saya bawa hanya cukup untuk maximum 5 hari pertama karena setelah itu saya mesti beli popok di kota tujuan.

Kota tujuan pertama kami adalah Paris, dan justru tempat satu-satunya yang kami tinggal di serviced apartment. Untungnya kami memang berencana untuk menginap selama 4 malam, jadi cukup panjang buat kami mengumpulkan baju kotor. Di malam terakhir sebelom kami pindah ke hotel di Disneyland, kami menggunakan fasilitas laundry dan mencuci semua pakaian kotor. Karena di Disneyland kami menginap semalam lalu pindah ke Italia, tepatnya ke kota Venezia, saya sudah siapkan baju untuk dipakai di kedua tempat tersebut jadi saya tidak perlu bongkar-bongkar barang lagi. Ini dilakukan mengingat di hotel kami di Venezia, tempatnya kecil sekali, jadi tidak mungkin bongkar-bongkar koper.

Oiya, cara packing dengan hanya membawa 5 pasang baju itu, berhasil buat kami packing hanya dengan membawa 2 koper berukuran sedang, 1 tas jinjing yang bisa dijadikan backpack, dan 1 buah umbrella stroller, plus diaper bag yang juga berisi cemilan.

3. Stroller dan Baby Carrier

Kedua barang ini PENTING untuk dibawa. Anak saya yang pertama walaupun sudah 5 tahun, belum tentu kuat untuk jalan terus-terusan. Jadi kami mengakalinya dengan banyak berhenti untuk minum, makan kue/snack, minum kopi sambil mengistirahatkan kaki. Tapi ada masanya ini tidak bisa kejadian karena kami mesti terus-menerus berjalan, jadi biasanya saya biarkan Naia duduk di stroller, sementara Neishia kami gendong. Saatnya tidur siang pun jadi gantian menggunakan stroller.

Ketika kami tiba di Roma, kereta kami sampai agak malam. Walaupun saya sudah mengingatkan Naia untuk tidak tidur karena kami perlu ngangkut koper, ternyata tetap saja Naia tertidur ketika kita sampai. Jadilah stroller dan baby carrier come to the rescue. Saya menggendong Neishia sambil mendorong Naia di stroller, sementara suami membawa tas yang dijadikan backpack, sambil mendorong 2 koper roda kami. Repot? Pasti! Doable? Absolutely!

4. Pintar memilih Menu Makanan

Buat sebagian orang, apalagi yang mesti travel bersama anak-anak, ini adalah challenge terbesar. Apalagi kalo anaknya yang tipe picky eater, punya alergi, dll. Alhamdulillah untuk kami, kedua anak saya ini makannya gampang. Mereka terbiasa untuk makan apa saja, dan yang kecil pun sudah biasa makan makanan yang sama dengan kami. Tentunya ya pintar-pintar saya saja untuk memilih menu yang ada. Yang justru agak susah malah Naia, karena sudah mengenal berbagai macam makanan, dan dia cinta sekali sama nasi. Sampai kami mencari restoran Asia demi Naia bisa makan nasi. Kangen nasi katanya.

Untuk Neishia, dia suka sekali pasta. Jadi saya bisa pesan pasta dengan tomato sauce atau cheese sauce. Pastanya saya potong kecil-kecil, jadi ketika dimakan, mau langsung ditelan juga tidak apa-apa. Di waktu lain, saya juga sering memesan risotto, yang menurut saya lebih mirip dengan makanan bayi, nasi lembek dengan saus keju. Atau memesan sup dan dimakan dengan roti yang dicocol ke dalamnya. Untuk snacks, saya belikan buah, jus, puding, atau croissants. Biskuit juga selalu saya bawa di tas, buat cemilan dan tentu saja selalu minum air putih yang banyak. Dan setiap saat kami merasa lelah, kami pasti mampir ke cafe untuk minum kopi, teh, snacking atau makan kue-kue di cafe-cafe Eropa yang enak-enak itu.

Di saat sedang berlibur, tips dari saya adalah tidak terlalu fussy tentang makanan untuk anak. Sebisa mungkin saya akan memilih yang sehat, tapi kalau memang kepepet ya udah, pesan fries di McDonald's juga tidak apa-apa. Yang penting ada asupan makanan. Kalau memang lagi mogok, tidak usah dipaksa. Nanti begitu lewat ada vendor di jalanan yang menjual snack, beli saja, tawari makan. Membawa tempat makan juga penting untuk bawa makanan yang masih sisa dari resto. Bisa untuk dimakan lagi pas di hotel atau pas lagi di bus.

5. Buat Liburan Tetap Menarik untuk Anak-Anak

Di itinerary perjalanan kami ini, hanya di hari-hari pertama yang lumayan kids-friendly. Karena kami akan mengunjungi Disneyland. Sisanya kami mengunjungi museum dan tempat-tempat bersejarah. Awalnya kami sempat kuatir Naia dan Neishia akan jadi bosan dan akibatnya jadi rewel. Jadi kami persiapkan beberapa aktivitas untuk mereka di sela-sela museum and art tour kami.

Contohnya, ketika kami tiba di Florence, dan sedang jalan-jalan di kotanya, kami menemukan ada komidi putar di tengah kota. Jadi setiap hari, setelah jalan-jalan, saya janjikan Naia untuk naik komidi putar sebelom kami kembali ke hotel, dengan syarat, dia mesti menghabiskan makan siangnya dan jalan sendiri (tidak rebutan stroller).

Ketika kami lagi mengunjungi Louvre museum yang besar sekali, kami berikan Naia kamera supaya dia mengambil foto lukisan dan objek yang dia suka. Naia langsung senang dan seru sendiri mengambil foto-foto lukisan yang ada. Atau ketika kami menyusuri Seine River di Paris, saya biarkan Naia mengambil foto-foto kami secara candid, agar Naia lupa kalau perjalanan lumayan panjang, jadi dia tidak mengeluh kecapekan.

Ketika kami pergi ke Pisa, Naia yang memang senang puzzle, happy sekali karena bisa melihat langsung bangunan yang pernah dia bikin lewat 3D puzzle di rumah. She calls it "the leaning tower".

Selama perjalanan pun saya berikan Naia scratch book dan pensil buat dia menulis dan menggambar tempat-tempat yang dia kunjungi. Ketika kami berada di Venezia atau di Florence dan melihat para artist yang sedang menggambar pemandangan yang indah, Naia terlihat serius melihat para artists itu menghasilkan karya gambarnya.

Ketika kami ada di tengah-tengah Piazza San Marco di Venezia, seluruh tempat dipenuhi dengan burung-burung yang jinak. Naia dan Neishia kami biarkan berlarian dan memberikan roti kering kepada burung-burung sampai mereka puas.

The truth is, use your imagination to make them interested. Karena Naia sudah besar, saya juga menceritakan sejarah tentang tempat-tempat yang kami datangi, seperti Notre Dame di Paris atau Coloseum di Rome. Tentunya dengan cerita yang seru dan bisa diterima oleh otaknya. Sementara untuk Neishia, selama dia bisa bermain dengan si Kakak, she's happy! Melihat burung saja dia sudah senang sekali.

6. Mengakali Kebosanan selama Perjalanan Panjang di Pesawat

Untuk tips yang ini, saya juga tidak bisa memberikan tips yang banyak. Karena kebetulan kedua anak saya bisa dikatakan frequent flyer. Jadi buat mereka, naik pesawat itu adalah hal yang normal. Karena Neishia masih menyusui, saya cukup menyusui-nya ketika take off atau landing. Lalu minta bassinet, supaya dia bisa tidur dengan nyaman. Si kakak, kalau memang tidak mengantuk, saya biarkan menonton film. Kalau adiknya sudah bangun, mereka main bersama. Saya sama sekali tidak membawa mainan apa-apa selama di pesawat (karena saya kurang suka bawa printilan kalau travel), tapi anak-anak mendapatkan mainan dan activity work seperti puzzle dan pensil warna dari airline.

Kalau bosan, kadang saya ajak saja jalan menyusuri aisles, atau ajak Naia dan Neishia sekaligus masuk ke lavatory, lalu sikat gigi bareng. Simple tapi mereka happy loh!

7. Menyusui Selama Perjalanan

Karena saya masih menyusui Neishia, jadi saya juga mesti menyesuaikan pakaian yang saya pakai agar gampang untuk menyusui Neishia di mana saja. Yang pasti saya selalu memakai tank top di bawah baju/sweater. Lalu saya pake jaket. Ketika saya mau menyusui Neishia, saya tinggal buka jaketnya sedikit, angkat sweater trus hap, tinggal menyusui deh. Di mana saja, kapan saja!

Ketika sampai di Rome, kebetulan cuaca panas, jadi saya tidak bisa pakai jaket. Saya akali dengan memakai scarf untuk menghalangi saat menyusui. Doable sekali!

8. Capture the Moments

Buat saya, melakukan perjalanan liburan setiap tahun adalah momen bonding kami. Di saat kami sibuk di kantor sehari-hari, kami hanya punya waktu di malam hari dan full on weekend untuk bonding dengan anak-anak. Tapi rasanya kurang terus. Jadi kami selalu menggunakan masa-masa berlibur untuk benar-benar bonding, mengurusi mereka selama 24 jam, mengikuti kemauan mereka, ketawa dan melakukan aktivitas bersama-sama dengan puas. Dan taking lots of their pictures are the most valuable to capture those moments.

Kadang suka melihat foto atau video yang kami ambil sewaktu berlibur di tahun sebelumnya, suka terharu melihat Naia yang masih kecil, sekarang sudah besar dan bisa ikut bantu ngurus adiknya.

Satu tips saya, akan seru juga kalau di setiap tempat melakukan pose yang sama. Untuk seru-seruan saja. Untuk trip ini, Naia loooves to take a jumping picture. Dan Neishia pun selalu ikut-ikut, lucu deh liatnya!

9. Ajak Suami & Anak untuk Ikut Membantu selama Perjalanan

Selain ikut bantu capture moments dengan kameranya, Naia juga saya berikan tanggung jawab seperti menjaga adiknya ketika saya dan suami sibuk packing di hotel. Menemani adiknya bermain, membantu saya menyusun baju yang akan dipakai, ikut mendorong koper, dan banyak lagi. It really helps to build her confidence that she's already a big girl dan bisa bantu Mama & Papa. Bahkan kadang, kalau saya lagi repot dan Neishia menangis, Naia bisa membantu untuk mendiamkan adiknya dengan mengalihkan perhatiannya melakukan kegiatan lain. Ketika di rumah, sebelom perjalanan ini, ini jarang sekali terjadi, karena Naia merasa ada di domain-nya dan tidak merasa bertanggung jawab untuk membantu. Berbeda sekali ketika saya berikan tanggung jawab ini selama di perjalanan. She's really showing that she's a big girl! And in turn, she behaves realy well selama perjalanan.

Selain itu, momen berlibur bersama juga menambah bonding antara Mama & Papa, di mana sama-sama saling membantu dan bekerja sama untuk mengurus anak selama liburan, mengurus printilan, dan lain-lain. Walaupun sehari-hari suami juga sudah terbiasa membantu mengurus anak-anak, tapi kali ini benar-benar 24 jam kan? Kadang ketika saya mesti pergi belanja grocery atau makanan, atau berlari, suami yang menjaga dan menghibur anak-anak. Memandikan, memberikan makan, bahkan gantian untuk nemenin mandi atau ganti popok.

10. Enjoy yourselves and have fun with the kids! Travelling with Kids has its own Advantages

Tips terakhir dan paling penting. Walaupun repot, mesti selalu alert ketika membawa anak-anak dan capek yang tidak ada habisnya, yang paling penting adalah tetap enjoy. Namanya juga lagi liburan, banyak yang mungkin tidak sesuai dengan jadwal sehari-hari. Tidak apa-apa. Makan siang biasanya jam 12, jadi jam 2. Ya gapapa, yang penting makan. Anak-anak baru tidur jam 10? Tidak apa-apa yang penting nyenyak dan happy.

Kalau memang sudah capek dan gak pengen menjalankan itinerary yang sudah dijadwalkan, ya tidak apa-apa, kejar yang bisa dikejar saja. Jangan terlalu maksa untuk mengikuti itinerary tapi anak jadi rewel, kita makin capek, padahal perjalanan masih panjang. Selalu baca sikon yang ada, apalagi kalau anak-anak tiba-tiba terlihat sakit atau kurang enak badan. Cutting short our itinerary demi kenyamanan anak itu lebih penting rasanya. Karena kalau anak-anak happy, kita pun bisa enjoy kan?

Selama di Eropa, walaupun cuaca berubah-rubah dari dingin sekali lalu jadi panas, syukurnya anak-anak tetap sehat. Hanya sedikit batuk dan meler, mungkin karena kaget dengan temperature yang dropped. Tapi untungnya gak demam dan bisa beraktivitas seperti biasa.

Mudah-mudahan informasi dari saya berguna, walaupun belum tentu semuanya bisa diaplikasikan. Karena tiap anak kan beda-beda ya? Dan cara saya juga mungkin beda dengan urban Mama dan Papa yang lain. Kebetulan saya dan suami memang senang travel dari dulu, jadi berpergian bersama anak buat kami bukanlah hal yang merepotkan, tapi justru menyenangkan sekali. Apalagi ternyata jalan-jalan membawa anak itu ternyata memberikan banyak sekali keleluasaan loh! Karena kami jadi diberikan jalur khusus setiap ada antrean panjang. Contohnya, ketika melewati imigrasi, karena kami membawa bayi, kami selalu disuruh masuk ke jalur khusus. Begitu juga ketika kami sudah mengantre panjang ketika mau masuk ke Louvre dan kedinginan ketika mau memasuki Versailles karena antrean yang sudah memutar seperti ular panjang di halaman depan, ternyata disuruh masuk duluan, ga perlu ngantre!

Bagi kami, kami sudah bekerja keras meninggalkan anak-anak selama di kantor. Ketika kami cuti dan menikmati hari libur, sebisa mungkin kami gunakan untuk menikmatinya bersama dengan mereka yang terpaksa kami tinggal selama jam kantor. So it's only natural that no matter how hard, we make it easy, as long as we can have fun.. TOGETHER!

Selamat berlibur, urban Mama & urban Papa semua!

31 Komentar
Firman Priguna July 7, 2015 7:01 pm

Hi.. salam kenal.. Ya Allah seru bangeettt liburannya.. kebetulan kami sekeluarga jg akan liburan ke eropa september nanti bawa 2 anak kami Rafa(9) dan Naysha(2). minta saran dong, utk booking hotel, cukup dengan kapasitas 2 dewasa atau harus 2 dewasa 2 anak.. tau dong kalo pilihan kedua pasti harganya jauh lbh mahal, bahkan ada beberapa hotel yg harus book 2 kamar, meskipun ada alternatif lain yaitu apartment.. mau nya sih lbh murah, tp saya dengar2 aturan jumlah orang yang menginap di hotel eropa sangat ketat, jadi bingung nih.. makasih sebelumnya, jika berkenan, mohon jawabannya ya..

wassalam,
Firman Priguna

Theresia Hutabarat November 20, 2014 12:25 pm

Mba Shinta,

Gimana caranya untuk dapatkan tips dan cerita serba-serbi bawa balita dan batita ke Eropa dari Mba Shinta?
Kalau tidak ada aral melintang, Mei 2015 mendatang, suami mengajak saya ke Jerman (Frankfurt & Berlin) mampir sebentar ke Amsterdam. Tapi belum PeDe baik pergi tanpa anak-anak (enggak tega ninggalin mereka) atau pun pergi dengan anak-anak. Jiaaah....bingung pisan euy ;-)

Mohon advise dan kepengen japri, kalau berkenan.

Salam hangat,
Thres Hutabarat: Mama Joshua dan Valerie Situmeang

vbree December 4, 2013 1:25 pm

inspired by mommy shin great stories ;) thumbs up!

amandaselina October 29, 2013 6:32 pm

Dulu sy pernah juga nekat bawa anak pertama sy ke US waktu umurnya msh 2yo & sukses. Skg sy lg planning mau ke Europe bulan Desember ini bawa 2 anak (5thn & 11bln), sempet ngedown, krn ngebayangin disana akan overwhelmed dgn anak yg kecil. tp setelah baca ini, sy jadi 'kebelet' pengen berangkat. thanx for sharing, shinta ;)

Rianasari
Rianasari July 25, 2013 12:30 pm

habis baca ini jadi semangat lagi untuk berencana ngajak anak2 liburan ke eropa :D....btw, mau dong dishare juga daily itinerary nya, shinta..:)