Ketika EPing (Exclusive Pumping) Menjadi Pilihan

Oleh Fatimah Berliana Monika pada Senin, 11 April 2016
Seputar Expert Explains

Berbagai keunggulan ASI dibanding PASI (Pengganti ASI) dan manfaatnya yang luar biasa untuk bayi sejak lahir tidak terbantahkan. Dengan makin meningkatnya edukasi dan penyebaran informasi mengenai manfaat ASI, makin banyak pula Mama yang memperjuangkan pemberian ASI kepada sang buah hati. Memerah ASI (pumping) untuk bayi yang terlahir cukup bulan dan sehat merupakan hal yang umum dilakukan saat ini terutama di kota-kota besar. Sementara sekitar 10 hingga 20 tahun lalu, memerah ASI umumnya hanya dilakukan oleh Mama yang kondisi bayinya terlahir preterm/premature dan atau kondisinya sakit sehingga membutuhkan perawatan khusus di RS. Iklan berbagai jenis BP/breastpump (alat pompa ASI) dan testimoni di berbagai bentuk sosial media mengenai memerah ASI turut memberikan andil dalam peningkatan tren memerah saat ini. Peningkatan volume penjualan alat pompa elektrik meningkat pesat hingga 3 kali lipat dalam 10 tahun terakhir di Australia, di mana dalam sebuah penelitian di negara tersebut juga ditemukan bahwa 66% Mama menyusui telah menggunakan alat pompa elektrik. Saat ini alasan Mama untuk memerah ASI bukan hanya karena bayi yang baru dilahirkannya lahir preterm/prematur dan atau sakit berat, tetapi banyak alasan lainnya. Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di The Journal of Perinatal Education tahun 2009, beberapa alasan Mama memerah ASI selain karena bayi sakit dan prematur di antaranya:


  1. Mengalami kesulitan menyusui di hari-hari awal pasca persalinan.

  2. Bayi kesulitan melekat dan menghisap dari payudara termasuk masalah bingung puting maupun nursing strike.

  3. Mengalami masalah pada payudara seperti: payudara bengkak, nyeri puting (lecet, pecah, berdarah), sumbatan ASI hingga mastitis, serta masalah produksi ASI seperti oversupply atau undersupply.

  4. Mama sedang menderita suatu penyakit sehingga tidak dapat menyusui langsung.

  5. Untuk memiliki cadangan ASI perah yang dapat digunakan kapan saja.

  6. Untuk meningkatkan produksi ASI.

  7. Mama kembali bekerja/meninggalkan bayi secara rutin.

  8. Menginginkan bayi diberi ASI oleh orang lain seperti ayah bayi.

  9. Untuk menstimulasi LDR (Refleks Pengeluaran ASI).

  10. Untuk membantu mengeluarkan puting yang datar/rata.

  11. Tidak memiliki pengalaman menyusui sebelumnya.

  12. Malu untuk menyusui di tempat umum/di depan orang lain. Mama dengan BMI yang tinggi hingga obesitas juga Mama yang memiliki payudara yang besar berpotensi memilih untuk memerah dibandingkan menyusui langsung, kemungkinan karena cemas apabila tubuhnya terlihat orang lain.

  13. Untuk mengetahui berapa banyak ASI yang diproduksi Mama sehingga dapat menambah rasa percaya diri Mama.

  14. Terpengaruh oleh iklan dan testimoni alat pompa di berbagai media serta meningkatnya tren memberi hadiah alat pompa untuk bayi yang baru lahir bahkan sejak bayi masih di dalam kandungan.


[caption id="attachment_116121" align="alignnone" width="399" caption="Foto: pribadi"][/caption]

Beberapa tahun terakhir berkembang komunitas pendukung EPing. EPing merupakan singkatan dari Exclusive Pumping atau memerah secara eksklusif (tidak menyusui langsung sama sekali). Berbagai sebab Mama memilih melakukan EPing seperti daftar di atas, bisa tunggal maupun kombinasi beberapa sebab. Mama perlu memahami bahwa manfaat menyusui langsung tidak tergantikan dengan memberikan ASI perah. Sehingga alasan Mama melakukan EPing yang utama adalah karena alasan medis dari sisi bayi, Mama maupun keduanya.

WHO sendiri telah memberikan arahan urut-urutan asupan terbaik bayi sejak lahir yaitu:


  1. ASI dari Mama langsung (via menyusui langsung).

  2. ASI perah dari Mama kandung.

  3. ASI perah dari Mama lain (ASI donor).

  4. PASI (Pengganti ASI) seperti susu (infant) formula.

  5. Cairan lainnya.


Beberapa alasan penting mengapa menyusui langsung adalah yang terbaik bagi Mama dan bayi adalah:

  1. Menyusui langsung adalah cara pemberian ASI ke bayi yang optimal, termurah, normal, serta alami.

  2. Tubuh Mama memproduksi antibodi spesifik sesuai dengan kondisi bayi saat tersebut (melalui air liur bayi saat mengisap).

  3. Kontak kulit dengan kulit (skin to skin contact) memperkuat ikatan/bonding antara Mama dan bayi.

  4. Kontak kulit dengan kulit membuat suhu bayi lebih stabil (dada Mama berfungsi sebagai thermoregulator alami), bayi lebih tenang, frekuensi menangis berkurang.

  5. Bayi yang menyusui langsung memiliki koordinasi pola menghisap dan menelan yang lebih baik.

  6. Kontak kulit dengan kulit menstimulasi tubuh Mama memproduksi hormon oksitosin (yang berperan dalam proses pengeluaran ASI) lebih optimal.

  7. Menyusui langsung membantu perkembangan rahang, gigi, struktur wajah bayi yang baik.


Aktivitas menyusui langsung merupakan latihan untuk otot wajah dan membantu perkembangan rahang menjadi kuat serta struktur wajah yang simetris. Semakin lama waktu menyusui langsung berhubungan dengan penurunan kejadian maloklusi, kebutuhan akan kawat gigi (braces), dan perawatan orthodontic.

  1. Menyusui langsung berhubungan dengan terjaganya perasaan hati Mama yang baik / mood yang positif, juga kepercayaan diri Mama sebagai seorang ibu.

  2. Bayi yang menyusui langsung lebih baik dalam mengembangkan kemampuan memberikan tanda kenyang/cukup minum ASI nya sehingga berkurang risiko over-feeding. Untuk jangka panjang pertumbuhannya anak terhindar dari over-eating/makan berlebihan di luar kebutuhannya sehingga dapat terhindar dari risiko obesitas.

  3. Kualitas ASI segar tentu lebih baik dari ASI perah yang telah disimpan. Penyimpanan ASI dapat menghilangkan beberapa kandungan antibodi dan sel hidup dalam ASI.


Tentu masih banyak manfaat lain dari menyusui langsung yang perlu dipertimbangkan Mama yang akan menjalani EPing. Beberapa ahli laktasi di AS mengkhawatirkan meningkatnya fenomena para Mama yang terlalu cepat menyerah untuk menyusui langsung saat menghadapi berbagai masalah menyusui, dan menganggap bahwa EPing adalah solusi terbaik untuk jangka panjang. Oleh karena itu Mama yang menghadapi masalah menyusui terutama di hari-hari awal pasca persalinan perlu mendapat bantuan dari berbagai pihak, terutama Konselor menyusui dan Konsultan laktasi.

Tulisan ini ditutup dengan kisah singkat Mama Nanda dan putrinya Kirana. Kirana karena penyakitnya (alasan medis) tidak memungkinkan untuk menyusui langsung selama setahun pertama kehidupannya. Sehingga Mama Nanda menjalani EPing selama sekitar setahun dan seiring perkembangan Kirana yang makin membaik maka Mama Nanda mencoba dengan gigih agar dapat menyusui langsung Kirana.

[caption id="attachment_116122" align="alignnone" width="500" caption="Foto: Mama Nanda"][/caption]

Kirana, lahir dengan status KMK (Kecil Masa Kehamilan), seorang anak penderita Pierre Robin Sequence (PRS), laringomalasia (kelainan bawaan di daerah laring/saluran napas di bawah tenggorokan), lingkar kepalanya kecil, terdapat lubang kecil di jantung, serta mengalami pendarahan retina. PRS dengan kondisi micrognathia (ukuran rahang bawah yang lebih kecil dari ukuran normal atau lebih mundur daripada rahang atas), lidah yang jatuh di tenggorokan dan menutup jalan napas menyebabkan Kirana sulit bernapas, makan, dan minum. Kondisi tersebut menyebabkan Kirana tidak mungkin menyusu langsung karena berisiko jalan napasnya tertutup. Pada satu bulan pertama kehidupannya Kirana minum ASI perah menggunakan OGT (Orogastric tube/selang yang diarahkan ke lambung). Saat pulang dari RS pun selang OGT masih menempel di mulut mungil Kirana, karena jika disuapi dengan cup feeder efeknya akan membiru (cyanosis). Oleh karena itulah Mama Nanda menjalani EPing. Saat Kirana berusia 11 bulan Mama Nanda mencoba menyusui langsung dengan mencoba berbagai posisi seperti dancer hold. Walau tetap sulit dan berisiko Mama Nanda tetap mencoba sambil terus memberikan ASI perah.

Semoga kisah Mama Nanda lebih dapat memberikan gambaran contoh kondisi kesehatan yang menyebabkan seorang Mama melakukan EPing untuk jangka panjang.

Happy Breastfeeding, Urban Mama!

Fatimah Berliana Monika
Fatimah Berliana Monika

Konselor Laktasi & La Leche League (LLL) Leader of Rochester South NY, US. Lulusan S1 Fakultas Teknik Sipil&Perencanaan ITB & S2 Magister Manajemen Universitas Indonesia.

6 Komentar
Pejuang ASI
Pejuang ASI July 29, 2016 3:18 pm

memang tidak ada yang bisa menggantikan PD ibu, tetap semangat para ibu....

Johana Wineke May 18, 2016 4:19 pm

benar2 menginspirasi, ngak ada alasan utk tdk menyusui langsung

Fatimah Berliana Monika
Fatimah Berliana Monika April 25, 2016 6:32 am

Yup tetap semangat All Mamas :)

Honey Josep
Honey Josep April 20, 2016 1:02 pm

baca artikel ini merinding, tfs mbak Monik!

Semangat buat urban mamas yang E-ping maupun menyusui langsung :)

Fatimah Berliana Monika
Fatimah Berliana Monika April 11, 2016 2:55 pm

Yup Mama Shinta.. Aamiin. . Tetap semangat ya