Saat Memutuskan Anak Masuk Playgroup

Oleh retno erlina pada Minggu, 21 Januari 2018
Seputar Our Stories
Saat Memutuskan Anak Masuk Playgroup

Saya menulis ini sekadar berbagi pengalaman, karena saya bukan psikolog atau pakar merawat anak. Saya adalah ibu bekerja dengan dua anak balita, Kakak yang berusia empat tahun tiga bulan, dan Adik yang berusia satu tahun enam bulan.

Sekitar enam bulan lalu, pada awal tahun ajaran, saya sempat bingung apakah akan memasukkan Kakak ke sekolah atau tetap bermain di rumah. Apalagi banyak artikel yang tidak menganjurkan anak-anak masuk sekolah pada usia yang terlalu dini.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan kami saat memasukkan Kakak ke playgroup adalah:

  1. Memberikan alternatif aktivitas fisik untuk anak di luar rumah sehingga mengurangi waktu menonton di rumah.
  2. Memberikan ruang bagi anak untuk mengeksplorasi segala hal yang ia ingin tahu dengan didampingi ahlinya.
  3. Memperkenalkan anak pada konsep-konsep agama.

Ya, hanya tiga alasan itu dan bukan agar anak bisa membaca, menulis, menggambar, atau berhitung.

Beruntung sekali ada sekolah di kompleks kami yang memenuhi syarat yang kami inginkan, yaitu:

  1. Lokasi sekolah tidak jauh dari rumah, agar anak tidak kelelahan selama perjalanan.
  2. Ada fasilitas permainan fisik di sekolah (sebenarnya ada beberapa sekolah lain di kompleks kami, tetapi fasilitas permainannya sangat minim karena keterbatasan area).

Ekspektasi kami tidak terlalu tinggi saat mendaftarkan Kakak ke playgroup tersebut. Biaya bulanan sekolah juga tidar terlalu besar. Kami berpikir, asalkan ada aktivitas keluar rumah tiga kali seminggu bagi Kakak dan bisa bermain didampingi ahlinya, itu sudah cukup.

Nyatanya, enam bulan ini membawa banyak kemajuan untuk Kakak. Saya takjub dibuatnya. Beberapa kemajuan Kakak:

  1. Peningkatan hafalan lagu-lagu baru (di rumah, ia mengajari adiknya).
  2. Peningkatan hafalan hadist, doa, dan surat pendek.
  3. Lebih rajin menggosok gigi.
  4. Penambahan banyak kosa kata baru.
  5. Peningkatan kemampuan bercerita dan mendeskripsikan sesuatu karena setiap pulang sekolah, selalu ada pengalaman baru yang diceritakan pada kami di rumah.
  6. Waktu untuk menonton tv dan youtube-nya jauh berkurang.
  7. Selalu antusias ke sekolah.

Awalnya Kakak tidak antusias ke sekolah. Ia sempat menangis terus dan mogok sekolah. Saya terus berkomunikasi dengan gurunya. Sepertinya Kakak belum merasa nyaman di sekolah karena belum punya teman. Guru di sekolah mencoba membuat simulasi permainan berkelompok sehingga anak-anak saling berinteraksi dan saling mengenal. Hal ini akhirnya bisa membuat Kakak nyaman bersekolah.

Sejauh ini Kakak cukup senang mengikuti berbagai kegiatan di sekolahnya. Sebagai gambaran, anak-anak belajar dengan kegiatan sentra peran makro, sentra bahan alam, serta sentra seni dan ibadah. Lalu ada juga aktivitas di luar sekolah seperti berenang, memasak, berbelanja, dan eksplorasi alam bebas. Sejauh ini belum ada aktivitas belajar membaca, angka, berhitung, atau menulis.

Bulan Desember lalu kami menerima rapor semester pertama Kakak ditambah satu kantong hasil karyanya selama satu semester dan piala juara menghias panekuk. Kakak antusias sekali menceritakan karya-karya yang dibuatnya di sekolah. Kami ikut senang melihat Kakak bisa senang belajar dan terlihat sangat antusias menceritakan harinya di sekolah setiap kami pulang kantor. Hal ini sudah lebih dari cukup untuk kami.

Kategori Terkait


Tag Terkait

3 Komentar
dieta hadi
dieta hadi January 24, 2018 1:29 pm

Kembali ke kebutuhan orangtua dan anak ya, apapun pilihannya pasti ingin yang terbaik untuk anak. Seneng ya kakak pasti di sekolah, banyak temen yaa

ninit yunita
ninit yunita January 23, 2018 8:05 am

setiap orangtua pasti ada pertimbangan tertentu dalam memasukkan anaknya ke play group. asik yaaa dekat dari rumah pula :) seneng deh liat kakak banyak kemajuan. tetap semangat kakak! :)

Cindy Vania
Cindy Vania January 22, 2018 9:39 am

Wah senangnya kalau kakak mulai senang dengan sekolahnya, apalagi kemajuannya banyak yaa..
Senang deh baca ceritanya :)