Pola Pengasuhan Anak di Era Digital

Oleh ninit yunita pada Kamis, 21 Maret 2019
Seputar Our Stories
Pola Pengasuhan Anak di Era Digital

Bagi anak, teknologi adalah hidupnya. Urban Mama yang sudah memiliki anak, tentu menyadari bahwa di zaman sekarang, sedikit kemungkinan anak terpapar dengan gadget. Bahkan hampir tidak mungkin. Bagaimana pun, saat ini kita hidup di zaman dengan perkembangan teknologi yang luar biasa cepat. Manusia, termasuk anak-anak kita, adalah makhluk sosial. Mereka akan berinteraksi dan kini dengan keberadaan teknologi digital, mereka berinteraksi di sana. Pastinya ada kekhawatiran yang timbul pada orangtua yaitu apakah situs-situs yang mereka akses, aman atau tidak? Tugas kita, sebagai orangtua, adalah menemani mereka saat mereka menggunakan gadget. Internet akan membawa anak-anak menjelajah dunia luar, melihat berbagai hal yang belum mereka lihat sebelumnya, berinteraksi dengan orang-orang di dunia digital. Segala sesuatu mengandung nilai positif dan juga negatif, tergantung bagaimana kita menggunakannya.

Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada 5 Maret 2019, SMP Labschool Kebayoran mengadakan seminar Psychological Health Issues for Teenagers in Digital Era dengan nara sumber Ainun Chomsun, Cyber Collaborator Coordinator kumparan, dan psikolog Nuran Abdat, dengan dimoderatori Eva Julianti Yunizar, news anchor. Peserta yang hadirpun cukup banyak dan menyimak dengan antusias karena menyadari pentingnya pembahasan ini.

Menurut mbak Ainun, komunikasi, saling terbuka, dan kesepakatan yang dibuat oleh orangtua dan anak adalah kunci penting menjadi orangtua di era digital. Sebagai orangtua, kita harus berdiskusi dengan anak agar anak tahu kalau kita bisa diajak bicara. Kita harus sadar bahwa berbeda dengan zaman kita dulu, tantangan anak sekarang jauh lebih berat karena mereka masuk ke ajang persaingan secara global. Distraksi pun lebih banyak dan mungkin tidak banyak orangtua yang tahu kalau tingkat kecemasan anak sekarang, Generasi Z (yang lahir di tahun 1995 hinggal 2014), jauh lebih tinggi. Generasi Z sering melakukan self-diagnosis. Mereka dengan cepat dapat meng-google segala sesuatu.

Dengan dunia yang didominasi oleh berita online dan media sosial, hampir setengah dari Generasi Z mengatakan lebih cemas terhadap penampilan mereka daripada masa depan karir, uang, terorisme, dan perundungan. Akses informasi yang terbuka memberi kesempatan anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai minat bakatnya, mengasah kreativitas & kolaborasi, serta kesempatan belajar lainnya tanpa batasan kurikulum akademis dan usia. Mereka bisa memilih untuk jadi apa saja kapan saja.

Perkembangan teknologi pun mempengaruhi gaya belajarnya. Gaya belajar generasi Z:

  1. Mampu belajar dengan baik dari guru/tutor yang memposisikan diri sebagai sahabat.
  2. Mudah memahami contoh konkret.
  3. Menyukai format audio visual.
  4. Bergantung pada teknologi.
  5. Kritis saat mengemukakan pendapat.
  6. Gemar berinovasi.

Orangtua harus tahu apa password gadget anak, khususnya bagi remaja, atas kesepakatan bersama. Hindari menggunakan kata privacy karena ada saat tertentu, dalam kondisi darurat, orangtua harus masuk menggunakan gadget anak demi keamanannya sendiri.

Empat dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental remaja:

  1. Banyak teman di media sosial tidak menjamin apa pun
  2. Media sosial menimbulkan kecanduan
  3. Bermain di media sosial ternyata lebih banyak menimbulkan rasa sedih daripada rasa senang
  4. Terlalu sering main media sosial, bisa merusak kesehatan

Tapi harus urban Mama ingat bahwa tidak selamanya media sosial memberikan dampak negatif. Dampak positifnya juga banyak dan ini tidak bisa dinihilkan. Kuncinya adalah keseimbangan antara dunia nyata dan dunia maya. Aktivitas fisik bagi anak harus lebih diutamakan.

Sebagai orangtua kita harus terus membuka wawasan agar lebih paham mengenai dampak teknologi pada pola asuh anak yang sudah dipastikan tidak sama dengan masa lalu. 

 

4 Komentar
Angie Renata
Angie Renata March 25, 2019 7:33 am

iya betul, kuncinya harus ada keterbukaan antara orangtua dan anak dalam berkomunikasi. TFS ya teteh.

Lita Hapsari
Lita Hapsari March 21, 2019 9:41 am

Betul, yg jadi perhatian sebagai orangtua generasi digital adalah tidak mengabaikan kebutuhan konkret anak, seperti bermain yg sangat baik untuk perkembangan motorik dan sensori anak. Wajib memahami bahwa teknologi membantu anak-anak belajar di mana saja dan kapan saja, terlebih untuk saya yg menjalani homeschool. Teknologi (selain medsos) sangat membantu orangtua menyiapkan bahan ajar sesuai usia perkembangan anak. Terima kasih Teh Ninit untuk artikelnya yg mencerahkan. Teknologi sebaiknya tak membuat hidup kita penuh kecemasan ya.

Tyara Maryam
Tyara Maryam March 21, 2019 9:22 am

dipikir-pikir iyajugaya anak2 skrg tuh tekanannya besar. kita aja emak-emak kadang tertekan juga ya ga si klo liat sosmed emak-emak lain yang kayaknya ga pernah ada masalah. lah ini zaman sosmed udah ada dari anak-anak. ngerti sih skrg stlh bc artikel ini.

Honey Josep
Honey Josep March 21, 2019 9:17 am

wah seminarnya bagus banget ya teh. penting nih untuk menjalin komunikasi yang terbuka sama anak-anak di era digital ini.