Hai mamas! Mau share aja, tulisan saya berkaitan perayaan ultah a la Montessorian. Saya copas aja dari note fb saya di link berikut ini:
http://www.facebook.com/note.php?note_id=451184336425
---
Semenjak anak pertama saya mulai bersekolah di Bandung Montessori School (BMS), saya sudah mendengar tentang ritual unik yang dimiliki oleh sekolah ini dalam memperingati hari ulang tahun seorang anak.
Hal ini tentunya tak lepas dari prakarsa pendiri metode Montessori itu sendiri, Dr. Maria Montessori. Seperti yang saya baca di School Newsletter dari BMS :
"Dr. Montessori also celebrated birthdays of the children. She taught and wished to enhance the child's understanding of the significance of the day. She designed a celebration that would give understanding of "where he is and what happened". "
Peringatan hari ulang tahun anakku Prana merupakan hari yang kutunggu-tunggu. Selain karena ini adalah pertama kalinya Prana merayakan ulang tahunnya di sekolah (ultah ke-3), juga karena penasaran ingin melihat secara langsung ritual birthday celebration a la Montessori.
Sebelumnya, oleh guru koordinator kelas, saya diminta menyiapkan foto Prana dari 0 bulan (newborn), 1 tahun, dan 2 tahun. Juga kue ulang tahun dan goodie bag tentunya, meskipun oleh pihak sekolah 2 hal belakangan itu sebenarnya tidak wajib.
Ketika saatnya tiba, guru meminta anak-anak duduk melingkar di matras. Di tengah-tengah mereka, guru menggelar sebuah kain kuning berbentuk lingkaran, di tengah-tengah kain ada sebatang lilin yang menyala. Ternyata kain kuning itu adalah simbol matahari. Kemudian, si anak yang berulang tahun akan membawa bola dunia (bumi) mengeliling simbol matahari tersebut. Tak lupa sambil menyanyikan lagu nama-nama bulan dalam satu tahun, "January, February, March, April, May, June, July, ... dst.. dst" untuk satu kali putaran. Putaran berikutnya lagu dimulai dari Januari kembali. Tindakan ini memberi gambaran kepada anak-anak bahwa satu kali bumi mengelilingi matahari disebut sebagai satu tahun. Anak-anak juga belajar nama-nama bulan dalam satu tahun.
Karena Prana sedang memperingati ulang tahunnya yang ketiga, maka ia mengelilingi simbol matahari itu sebanyak tiga kali. Guru juga menunjukkan kepada anak-anak foto Prana satu demi satu setiap selesai satu putaran mengelilingi simbol matahari itu. Ini menunjukkan kepada anak, bahwa ia bertumbuh selama tahun-tahun yang telah lewati. Juga dapat melihat kembali seperti apa dirinya pada tahun-tahun yang telah lewat.
Setelah Prana selesai dengan peringatan ulang tahun a la Montessori, kemudian disusul dengan acara tiup lilin dan potong kue dengan lagu “panjang umurnya” dan “happy birthday”. Tapi untuk bagian yang ini, optional sifatnya. Tidak wajib pake acara tiup lilin di atas kue ulang tahun. Potong tumpeng juga boleh. Atau tidak sama sekali. Terserah dari orang tua masing-masing anak. Yang penting, makanan yang dibawa tidak mengandung MSG, alkohol maupun yang bersifat allergenic.
Akhirnya saya pun lebih memilih kata 'peringatan ulang tahun' dibanding kata 'perayaan' karena dari kesederhanaan tradisi ini telah memberi makna yang dalam tentang arti sebuah ulang tahun. Pun tidak glamor layaknya sebuah pesta ulang tahun anak-anak jaman sekarang yang dilengkapi dengan badut, musik, sulap dan penganan aneka macam. Saya rasa baik juga apabila sejak dini anak ditanamkan pemahaman tentang makna ulang tahun. Tidak sekedar hura-hura dan pesta yang menghamburkan uang. Terima kasih Madam Maria Montessori untuk prakarsanya.