Judul: Entrepreneur Housewife - 100% istri, 100% ibu, 100% karir, 100% sosial
Email:
[email protected]
Twitter: @holysie
IG: holysie
"Eh, nanti kalau sudah menikah, tetap kerja atau jadi ibu rumah tangga?" pertanyaan seperti itu kerap diperdengarkan oleh teman-temanku... Yah maklumlah, sebagai seorang wanita, menikah dan punya anak pasti jadi sebuah momen yang mengubah kehidupan, sehingga patut dipikirkan secara masak-masak.
"Tetap bekerja dan berkarya lah,... jangan sampai sia-sia jasa Bu Kartini memperjuangkan hak kita... ," jawabku.
Ketika menuliskan tulisan ini, saya kembali teringat janji saya saat itu, untuk tetap bekerja dan berkarya...
Saat saya kuliah di Jepang, saya melihat bagaimana keluarga Jepang ini dibentuk. Seorang wanita akan berhenti bekerja saat mereka mulai memiliki anak, karena dengan mengurus anaknya sendiri, maka mereka dapat menurunkan seluruh kapasitas dan juga kemampuan yang mereka miliki kepada si anak, sehingga anak-anak Jepang merupakan anak-anak yang luar biasa, hasil didikan orang tuanya, bukan didikan orang lain. Tentu saja dengan demikian orang Jepang bisa maju...
Ah, tapi kalau hanya mengurus anak, rasa-rasanya ada yang kurang... Kenapa tidak bekerja dan juga mengurus anak bersamaan? Saya yakin pasti bisa, karena itulah saya mencoba...
Sederet kegiatan dimulai di pagi hari pukul 6, saat saya harus mempersiapkan si kecil pergi ke sekolah, mulai dari mempersiapkan seragam, sarapan dan juga mengantarnya ke sekolah. Saya dan suami biasanya bergantian mengantarnya. Saat saya ada banyak kerjaan yang harus dikerjakan, biasanya saya minta suami yang mengantarnya. Tapi selama saya bisa mengantar, sayalah yang mengantarnya. Saya ingin agar anak saya punya kenangan indah bersama saya.
Biasanya saya sudah kembali sekitar pukul 7.30 ke rumah, saya bisa langsung memasak untuk makan siang dan malam. Maklum lah, karena waktu yang terbatas, saya hanya memasak 1 kali untuk makan siang dan malam keluarga. Waktu untuk memasak ini kurang lebih 1 jam, karena saya masak sendiri, tanpa bantuan asisten rumah tangga, otomatis mulai dari persiapan sampai mencuci semua peralatan harus saya lakukan sendiri.
Selesai memasak, saya bisa siap-siap untuk bekerja, entah itu ke lokasi proyek perumahan yang saya dan suami kerjakan, atau ke bank untuk mengurus KPR buyer, ke tata kota untuk mengurus perijinan, ke notaris untuk mengurus sertifikat, membuat spanduk, membuat brosur, dll, pokoknya segala hal yang berurusan dengan pekerjaanku di proyek perumahan, akan saya kerjakan mulai pukul 9 pagi.
Karena proyek perumahan yang kami kerjakan cukup jauh dari rumah, yaitu di daerah Bekasi, otomatis saya terkadang tidak punya waktu yang cukup untuk bisa menjemput si kecil dari sekolah pukul 13.30,... saat seperti ini terjadi, biasanya saya akan menghubungi sekolahnya untuk menyuruhnya tidur di sekolah, sampai nanti saya jemput kembali saat sore hari. Untungnya di sekolah ada sistem Day Care, atau mereka sebutnya dengan sebutan Full Day, sehingga anak-anak yang orang tuanya bekerja bisa tinggal di sekolah, selesai makan siang, bisa tidur dan bangun sekitar pukul 4 sore untuk makan sore dan mengerjakan PR.
Kalau sedang cepat atau tidak ada kerjaan, saya bisa menjemput si kecil tepat waktu, pukul 13.30, maka saya akan langsung jemput dia di sekolah dan kembali ke rumah.
Malam hari biasanya saya mengajar si kecil dengan urusan PRnya ataupun untuk persiapan ulangan, mengajar dia bermain piano ataupun latihan sempoa. Selesai itu saya bisa mencuci baju kotor kami. Tidak semua saya cuci sendiri, baju-baju kerja dan baju rumah saya cuci di laundry.
Untuk bisa tetap bugar, saya tetap meluangkan waktu untuk senam. Seminggu 2x, hari Senin dan Kamis, pukul 17.30-18.30. Dengan olah raga inilah saya bisa tetap sehat, jarang sakit.
Di sela-sela waktu yang ada, saya juga harus mengurus si kecil yang telah mengeluarkan album lagu anak-anaknya yang pertama, sehingga seringkali saya yang harus mengajarnya menyanyi dan koreografi, karena kelompok mereka kerap kali diundang untuk bisa tampil di berbagai macam acara, sehingga hari Sabtu dan Minggu biasanya saya juga sibuk dengan urusan performance si kecil.
Di lain sisi, sebagai seorang penulis buku-buku parenting mengenai anak dan hubungannya dengan golongan darah, saya sering kali diminta untuk bisa membawakan seminar-seminar di berbagai sekolah, kadang juga di radio maupun televisi sehingga hari Sabtu ataupun Minggu biasanya saya schedulekan untuk bisa membawakan seminar-seminar ini. Jadi, hari Sabtu dan Minggu merupakan hari seminar atau hari perform anak saya plus hari keluarga, kalau tidak ada apa-apa, saya sekeluarga akan pergi jalan-jalan, entah itu ke tempat wisata ataupun ke mall hanya untuk sekedar memiliki waktu rileks bersama.
Setelah semua kegiatan selesai, kalau masih ada waktu di malam hari, biasanya saya isi dengan menulis, sehingga saya bisa berbagi hidup saya dengan orang lain lewat karya-karya saya. Sampai saat ini sudah 7 buku terbit dan buku kedelapan sedang dalam proses pengeditan di penerbit.
Di kegiatan sosial (lingkungan), saya ikut dalam kegiatan lingkungan yang biasanya diadakan di hari Jumat. Sesibuk apapun, kita tetap perlu meluangkan waktu untuk kegiatan lingkungan, agar hubungan sosial kita tetap terjaga. Dalam kegiatan lingkungan ini, biasa saya menjadi pemain musiknya. Lumayan juga untuk bisa melemaskan otot-otot kepala dan tangan yang tegang selama 5 hari kerja...
Jadi,... Entrepreneur housewife: 100% istri, 100% ibu, 100% karir, 100% sosial, pasti bisa, asal kita sebagai wanita, niat mengerjakannya.
Hal-hal seperti inilah yang membuat saya merasa percaya diri, bahwa kita sebagai seorang wanita telah diberikan Tuhan sebuah posisi yang luar biasa dengan berbagai macam kemampuan. Kalau kita bisa menggunakannya secara maksimal, tentu kita akan bisa mendapatkan buahnya. Semoga para wanita yang lain juga bisa memiliki pemikiran yang sama seperti saya. Kalau para wanita berpikir maju dan memiliki semangat juang yang tinggi, saya yakin pasti bangsa kita bisa maju!