-
Halo Bunda, sekarang ini penggunaan internet memang bukan hal yang asing ya bunda. ini beberapa tips untuk anak dalam menggunakan Internet, kan kita juga gak bisa terus-terusan mendampingi anak ya bunda.
1. Curate your friends
Anak-anak terkoneksi ke social media, entah Facebook, twitter, ataupun Pinterest. Melalui social media, anak-anak terkoneksi dengan banyak orang. Mintalah anak-anak agar skeptis, kritis, dan tidak mudah percaya terhadap informasi yang diperoleh di social media.
2. Curate resources
Melalui browser, anak-anak bisa menjelah ke mana-mana. Bantu mereka memilih website mana yang berguna untuk mereka. Bantu juga memilih website mana yang bisa mereka percayai.
3. Curate images
Gadget bisa memproduksi dan mendistribusikan foto. Bantu anak-anak memilih foto mana yang bagus disimpan dan didistribusikan.
4. Curate links and content
Link dan konten yang berguna bagi pendidikan mereka jelas lebih baik. Bantu mereka menemukannya.
Selamat mencoba!
Sumber :
http://m.tribunnews.com/2012/12/15/4-tips-internet-aman-dan-berguna-untuk-anak
-
hallo, afrill
terima kasih informasinya, menarik ya.
pembahasan serupa sudah ada di link berikut:
The Urban Mama Forum » Child » Anak & Internet
http://theurbanmama.com/forum/topic148-anak-internet.html
tapi kalau dari judulnya sih, mungkin agak berbeda ya, penggunaan internet untuk anak & remaja.
apalagi sekarang ramai issue tentang cyber bullying :(
berhubung anak2 saya masih balita, jadi belum bisa ikutan sharing nih.
mungkin mama2 yg lain yg anak2nya sudah beranjak remaja bisa ikutan diskusi..yuk..mama yg lain.. :)
-
Hai bunda Eka
tweens kan lagi usia nanggung2 nya tuh, anak saya juga udah mulai susah lepas dari BB nya. takut aja gitu tiba2 di culik kayak di TV-TV :)
-
Tika
Yah, jangan terlalu parno juga bunda, tar anaknya malah merasa terkekang dan akhir nya malah jadi mencari perhatian dari luar rumah :)
-
Hallo Afrill dan Tika,
Imho, yg paling penting kita jaga aja komunikasi sama anak... Kita gak bisa selalu ada and protect them tapi paling gak kalau ada kolunikasi kita bisa ngawasin dan kasih masukan ke anak.
Aku pernah kecolongan, di forum chatting yang seharusnya aman dan dijaga moderator, ada juga yg nakal. Untung anakku ngadu, dan bilang.. Mamah masa ada yg ngomong begini begini.. Aku blok aja ya terus report as spam?
Hihihi.. Walaupun kaget tapi aku seneng juga sama keterbukaan dan inisiatif dia.
Oya mo nambahin, hati2 kalau ngelink gadget dengan credit card kita, pernah denger ada kakek yg tiba2 dapet tagihan cc puluhan juta karena cucunya beli apps dan games.
Kalau aku pribadi, kasih itunes credit buat ipod/ipad anakku.
Itupun dia harus selalu minta ijin sebelum download, bahkan yg gratis sekalipun...
-
Bunda Fanny,
iya bunda setuju
Buat Afrill TFS ya
-
informasi yang berguna banget nih. let's face it, internet itu udah jadi part of everyday life. buat anak2 kita nanti, itu udah jadi part of life yang udah take it for granted. jadi kalo melarang kan gak mungkin, tapi sebagai orang tua kita berkewajiban untuk monitor.
? a worker by choice, a mom & wife by nature ?
owner - slesta.com |
@slesta
-
Kebetulan belum terlalu lama (skitar 4 bln yang lalu) saya punya pengalaman tentang social media, khususnya facebook.
Caca, my 8 y.o daughter, tiba2 jadi pendiem dan ngga pernah keluar rumah selama dua minggu saat itu. Saya dan suami kaget juga karena kami tau banget Caca itu sosialita alias gak betah kalo gak ketemu temen2nya, sepupunya, gak les ini gak les itu. Tapi selama dua minggu lebih itu dia nggak mau ke mana2, males berkegiatan di luar rumah, bahkan les ngaji yang cuma perlu jalan seratus meter dari rmh. Selidik punya selidik ternyata dia lagi berantem sama temennya yang lbh besar, kelas lima es de (dia kls dua). Saya tanyakan masalahnya ke Caca, tapi dia enggan bercerita lebih rinci selain mengatakan bahwa mereka hanya bertengkar karena teman dia itu tidak suka jika Caca berteman dengan si A atau si B (biasalah..masalah anak2 terutama cewek). Saya dan suami berusaha membantu dia dengan segala cara, mulai dari berusaha mendamaikan dia dengan temannya itu, mencarikan dia tempat les baru dengan harapan dia dapat teman baru lagi dan tidak memikirkan pertengkarannya dengan si teman. Saya juga berusaha sering di rumah (saat itu saya masih full time kantoran) dan menemani dia beraktivitas. Setelah sebulan, situasi kembali normal. Dia sudah baikan dengan si teman. Namun, suatu hari, saya sedang 'membersihkan' fb dia dari teman2 yg saya rasa ngga perlu (masa ada lelaki berusia 30-an yg bukan saudara yg jd teman dia di fb dan saat saya tanya kenapa dia accept, dia pikir itu anak seumurannya krn pp-nya gbr pemandangan dan biar temannya banyak spt yg lain - ini jg langsung saya kasih pengertian dan dia langsung mengerti). Saat sedang mengecek2 fb inilah saya lihat isi inbox-nya dan ternyata ada message dari temannya yg kls 5 sd itu dan isinya cukup mengagetkan saya. Mereka berantem di-inbox dan isinya sampai berisi ancaman2 segala. Saya kaget dan merasa bersalah. Saya pikir mereka hanay berantem biasa layaknya anak kecil tapi ternyata dia sudah di bully dan saya ngga tanggap dng hal itu.
Ini menjadi pelajaran berharga buat saya dan menjadi salah satu alasan saya untuk kembali bekerja paruh waktu.
Spt kata SlesTa bhw internet sdh menjadi part of everyday life, jd anak2 tetap saya bebaskan terpapar dengan gadget dan internet seperti biasanya, namun kali ini saya memonitor mereka secara lbh berkala. Mereka pun sudah tahu tentang batasan2nya. Beberapa kali anak saya yg cowo googling sesuatu dan konten/gambar yg muncul ngga nyambung dan agak menjurus, dia langsung komen: "ihh mama, liat deh, masa ada yang jorok gini." Biasanya reaksi saya ngga panik (meski pun dalam hati sih senewen), saya kasih tau dia aja bahwa gambar itu memang tidak pantas untuk dilihat, apalagi untuk anak kecil.
Dengan reaksi saya yang menurut saya ngga berlebihan, sepertinya justru berpengaruh positif pada perkembangan mental mereka. Pernah suatu kali, saya sedang di dapur dan mereka sedang berkumpul dengan teman2nya dan browsing, saat tiba2 konten yg muncul adalah gambar yang kurang pantas mereka lihat (ngga parah sih, hanya perempuan dengan baju sexy), teman2 mereka langsung seperti orang penasaran, ada yang menyuruh untuk meng-klik gbr tsb, ada yang minta cari lagi gambar sejenis, ada yg mengomentari betapa seksinya cewek itu, bahkan ada yg spontan teriak "ih! boops-nya keliatan!, dll, dll. Dengan santai anak laki2 saya mengomentari, "ahh..cuma gambar gituan aja diliatin. Udah..udah, cari lagi foto CR yang lain." (ternyata mereka lagi googling tentang Christian Ronaldo dan salah satu gbr yg muncul adalah mantan pacarnya kalo gak salah). Hihihi..saya cuma bisa senyam-senyum dari dapur. Sempat sih penasaran dan mengintip layar monitornya, tapi secara diam2.
Gitu deh..tiap orang tua mungkin punya cara sendiri2 yang sesuai dengan kondisi keluarganya. Mudah2an dengan terus belajar lwt forum2 spt ini, kita bisa jadi ortu yang lebih bijak ya..
twitter and IG: @zataligouw
Blog :
http://www.zataligouw.com/
-
Bisa coba pakai K9 web protection moms, jadi kita bisa nge-block web by category, misal kita mau nge block pornografi, drugs, dsb..bisa dicustomize sendiri moms. aplikasi nya free kok, bisa untuk PC dan android
-
mykidzcorner, makasih infonya ya, mau coba ah ntar pake K9 web protection itu..
twitter and IG: @zataligouw
Blog :
http://www.zataligouw.com/
-
Bicara tentang Internet & tween, saya punya peraturan yang cukup strict. Di hari sekolah, anak2 saya (10 & 6, all girls) hanya punya waktu 1 jam untuk screen time yang mencakup: 1) nonton kabel TV/DVD/YouTube, 2) browsing Internet dan 3) main game. Setelah waktu habis, biasanya mereka membaca, menggambar, atau 'ngacak2 rumah' :D Dan sehabis maghrib, no screen time at all kecuali untuk tugas sekolah, itu pun dengan supervisi dari saya/bapak mereka.
Di Sabtu-Minggu, peraturan di atas tidak berlaku. Tapi biasanya kalau weekend kami keluar, entah ke mal/tamasya/mengunjungi saudara, jadi otomatis waktu screen time tetap terbatas. Kalau pun di rumah, saya biarkan mereka ber-screen time ria sepuas mereka. Yang jelas, maghrib tiba, screen time habis. Tapi karena sudah terbiasa cuma boleh 1 jam mandang layar, biasanya setelah 1-2 jam, maksimal 3 jam, mereka akan berhenti sendiri karena bosen :D
Untuk memproteksi mereka dari situs/materi yang aneh2 di Internet, semua gadget kami yang biasa dipakai mereka dipasangi filter. Nah, untuk urusan itu, saya serahkan pada suami saya yang lebih technologically savvy. :)
Oya, anak2 saya juga belum saya izinkan punya socmed (FB, Twitter, Path, Instagram, dll). Izin akan saya berikan kalau umur mereka sudah mencukupi untuk setiap socmed, seperti 13 tahun untuk FB (cmiiw). :)
-
wahhh udah lama banget gak mampir ke siniii..
makasih ya moonskee masukannya, setuju sih soal umur anak yang sbeaiknya sudah agak besar saat boleh bersosmed. Anak2ku sedikit agak kecepetan, makanya selalu aku pantau biar gak kebablasan...
twitter and IG: @zataligouw
Blog :
http://www.zataligouw.com/
-
moonskee,
wah terimakasih sharingnya. Anakku belum remaja, tapi bisa diterapkan lah.
Selama ini anak-anak dapat waktu main internet hanya sabtu-minggu atau salah satu dari hari itu. Maksimal juga 3 jam dan dibagi beberapa sesi, biar matanya gak pegel.
Sehari-hari hampir gak pernah menyentuh internet. Kalau tv masih, biasanya 30 menit dan gak duduk anteng gitu. tetep ngacak2 rumah juga. gemes juga mamanya :D
ka Zata,
anak-anak main sosmed mulai usia berapa kah?
trus kalau udah punya sosmed sendiri gitu, kita sebagai ortu juga rajin ngecek akun mereka? atau tanya-tanya sama anaknya aja?
Sampai kapan di pantau?
Love my kids
twitter & IG :
@ndiievania
blog :
https://ndiievania.wordpress.com/