Melanjutkan psoting saya mengenai sampah di Jakarta di
http://theurbanmama.com/forum/topic1100-greenlifestyle-sampah-plastik-kita-setara-borobudur.html, saya akan posting artikel berikutnya. Masih berkisar mengenai sampah. Khsusunya sampah plastik.
Volume besar sampah di Jakarta sebagian berupa sampah plastik. Sampah plastik ini merupakan bekas alat keperluan kantor sampai rumahtangga. Sampah plastik ini berupa bekas pembungkus makanan dan minuman kemasan. Sampah plastik dari rumah tangga paling sering berupa plastik bekas kantong berbelanja sekali pakai. Menggunakan kantong plastik sekali pakai untuk tempat belanjaan sekilas memang praktis, tapi itu bisa menjadi awal dari bencana lingkungan.
Selain membuat buruk pemandangan, sampah plastik yang dibuang sembarangan juga dapat memperburuk kualitas lingkungan. Karena sifatnya yang tak mudah hancur, sampah plastik yang tertimbun sembarangan akan menjadi sarang penyakit, sarang nyamuk, sarang lalat.
Beberapa saat lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan penelitian tentang bahaya plastik terhadap kesehatan. Hasilnya menyebutkan ada banyak jenis kemasan plastik berbahaya beredar di pasaran.
Sebagai lembaga yang bertanggung jawab, BPOM pun memperingatkan masyarakat agar berhati-hati dalam menggunakan kemasan plastik untuk makanan. Beberapa jenis kemasan plastik berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Itu di antaranya termasuk kantong plastik kresek serta kemasan plastik. Benda ini berbahan dasar polistiren dan polivinil klorida (PVC) yang umumnya hanya sekali pakai, setelah itu dibuang, dan tak lama nasibnya berakhir di keranjang sampah.
Hasil penelitian BPOM mengungkap kalau kantung plastik kresek banyak dibuat dari plastik bekas yang riwayat penggunaannya tak jelas. Ia diproduksi melalui proses daur ulang bahan-bahan plastik bekas, sehingga tak menjamin kebersihan. Ia bisa saja itu berasal dari bekas wadah limbah berbahaya seperti pestisida dan logam berat, limbah rumah sakit atau kotoran. Yang lebih menakutkan proses daur ulang plastik kresek ini kerap menggunakan bahan kimia.
Kemasan plastik berbahan PVC pun tak sepenuhnya aman. Monomer PVC dapat terlepas ke dalam makanan bila berinteraksi dengan bahan yang berminyak atau berlemak atau mengandung alkohol, terlebih dalam keadaan panas.
Produksi plastik PVC melibatkan bahan penstabil berupa timbal (Pb), kadmium (Cd), dan timah putih (Sn) untuk mencegah kerusakan. Ada juga serta senyawa kimiawi ester ptalat dan ester adipat yang membuat Plastik lentur. Bahan-bahan tambahan itu bisa terlepas dan bercampur dengan makanan sehingga berisiko membahayakan kesehatan. Timbal adalah racun yang merusak ginjal, cadmium dapat menjadi racun bagi ginjal dan memicu kanker, senyawa ester ptalat dapat mengganggu sistem endokrin.
Sementara di lapangan terdapat fakta meningkatnya volume sampah plastik di Jakarta. Penelitian oleh Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (PSTL FTUI) menunjukkan bahwa komposisi jenis sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) Bantar Gebang (Bekasi) terdiri dari sampah organik 67%, plastik 17%, kertas 6%, logam 0,4%, karet 1,5%, tekstil 7%, kaca 0,9%, dan lain-lain 0,5%.
Dibanding data penelitian terakhir tahun 2005 lalu, komposisi sampah pada 2010 kali ini naik sekitar 2%. Dan tren peningkatan yang signifikan justru ada pada jenis sampah plastik. Pada riset 2005, sampah plastik di TPST Bantar Gebang hanya sebesar 13,3%, tapi kini telah mencapai 17 persen. Kurang lebih 1.250 ton sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang setiap hari adalah plastik. Ini merupakan jenis sampah yang membutuhkan waktu lama untuk terurai, yaitu sekitar 10-12 tahun.
Seperti telah dipaparkan di atas, sampah plastik sebagian besar berasal dari keluarga. Dan bila dilacak lebih jauh, sampah plastik keluarga ini berasal dari bekas kantong plastik belanjaan sekali pakai. Ini berarti, sudah saatnya bagi kita untuk meningkatkan peran dalam mengerem volume sampah plastik.
Caranya? Dengan mengurangi penggunaan kantong plastik sebagai tempat belanjaan yang sekali pakai. (*)