Jadi teringat cara papa mendidik ketiga anaknya, walau tidak ekstrim seperti Amy Chua, namun ada beberapa hal yang membuat pada akhirnya saya dan adik-adik selalu merasa hormat kepada beliau dan tau kalau dulu yang dia lakukan itu memang pada akhirnya buat kita. Hehehe Tiger Daddy dong :p Pengalaman dulu sih karena tinggal di Sorowako, yang ga ada mall, ga ada tempat hiburan, jadi memang kegiatan sehari-hari selama sekolah ya hanya di sekolah dan di rumah saja.
Kejadian yang paling membekas di ingatan dan dulu membuat tanda tanya besar, waktu teman sekelas memberiku penggaris miliknya. Sampai dirumah, papa marah besar dan bilang "ngapain kamu terima, itu bukan punyamu, kalau kamu mau, papa bisa belikan itu buat kamu, ayo besok dikembalikan", nah kalau dari kasus ini, bisa berarti dua hal, pertama hal ini merupakan gengsi papa saya sebagai orang tua dan merasa mampu atau kedua hal ini merupakan penanaman ke mental saya bahwa tidak semudah itu mendapatkan barang dari orang lain.
Hal lain, ga boleh nonton TV, ga boleh pulang sebelum jam 4 sore (pernah pulang maghrib akhirnya dikunciin pintu dari dalam rumah, asli nangis kencang minta dibukain pintu, pernah dihukum dikunciin di dalam kamar mandi juga:p)
eka wrote:
ya.. bener banget teh ninit..
waktu kecil ngerasanya 'ih bapak koq galak bener yaa..'
kerasanya sekarang, jadi gak mudah ngerasa crack under pressure.
kayak waktu opspek, saat yg lain pada pingsan2 n sesegukan dimarah2in tatib, kita malah mesem2 ngedenger si tatib teriak2, ngerasanya kocak aja gitu, jadi inget bapak yg galak di rumah :)
setuju banget sama mbak
eka, jadinya saya waktu SMA, kuliah waktu ospek tahan mental deh :D dulu papa juga setiap ada kesalahan kecil, misal numpahin air, nyenggol meja, ga bersih, ga rapi, semua berakhir dengan teriakan beliau. Efek yang kurasakan sekarang sih, jadi tegas walau kadang pada akhirnya merasa terlalu keras ke ixia :( kayak kutipan "anak cerminan orang tua", jadi kadang kerasa flashback dengan peristiwa dulu, ga tau deh hal kayak gini baik atau ga, khususnya dari segi psikologis. Hiks, kadang takut salah juga mendidik ixia.
Kalau yang tentang FUN itu tadi, kalau baca dari artikel ini
http://online.wsj.com/article/SB10001424052748704111504576059713528698754.html#articleTabs%3Darticle FUN menurut Amy Chua adalah
What Chinese parents understand is that nothing is fun until you're good at it
wrote:
dalam hal ini adalah musik.
I rolled up my sleeves and went back to Lulu. I used every weapon and tactic I could think of. We worked right through dinner into the night, and I wouldn't let Lulu get up, not for water, not even to go to the bathroom. The house became a war zone, and I lost my voice yelling, but still there seemed to be only negative progress, and even I began to have doubts.
Then, out of the blue, Lulu did it. Her hands suddenly came together—her right and left hands each doing their own imperturbable thing—just like that.
Lulu realized it the same time I did. I held my breath. She tried it tentatively again. Then she played it more confidently and faster, and still the rhythm held. A moment later, she was beaming.
"Mommy, look—it's easy!" After that, she wanted to play the piece over and over and wouldn't leave the piano. That night, she came to sleep in my bed, and we snuggled and hugged, cracking each other up. When she performed "The Little White Donkey" at a recital a few weeks later, parents came up to me and said, "What a perfect piece for Lulu—it's so spunky and so her."
wrote:
Jadi menurutku, FUN yang dimaksud itu adalah bahwa kesenangan sesungguhnya itu akan datang dari sesuatu hal yang sudah benar-benar kau kuasai, walaupun hal itu dimulai dengan cara yang sangat ekstrim dan sampai titik darah penghabisan seperti yang dilalui Lulu. Tapi pada akhirnya, lulu sendiri yang merasakan efeknya.
Once a child starts to excel at something—whether it's math, piano, pitching or ballet—he or she gets praise, admiration and satisfaction. This builds confidence and makes the once not-fun activity fun. This in turn makes it easier for the parent to get the child to work even more
wrote:
Last, semua memang kembali ke kita masing-masing dan setuju juga kalau semua itu cocok-cocokan dengan sifat anak juga :D tagline TUM emang oke benjet deh
"there is always a different story in every parenting style" :)