Bermain memiliki manfaat yang besar bagi aspek perkembangan fisik, kognitif, sosial serta emosi anak. Sebagai orangtua, terkadang kita merasa perlu untuk terus-menerus menemani anak kita bermain. Padahal sebenarnya belum tentu mereka perlu untuk selalu ditemani. Selayaknya orang dewasa yang merasa agak ‘risih’ kalau ada yang selalu mengikuti, begitu pula anak kita yang berusia 0-5 tahun. Mereka juga butuh waktu sendiri untuk melakukan kegiatanya, khususnya bermain. Memberikan anak waktu uninterrupted play akan memberikan manfaat yang sangat besar, tidak hanya bagi anak, tapi juga bagi orangtua.
Uninterrupted play bisa diartikan sebagai waktu saat anak bermain sendiri secara bebas dan bisa melakukan apa pun terhadap mainannya di lingkungan yang aman serta orangtua bertindak sebagai active observer. Dalam uninterrupted play, anak secara bebas mengeksplorasi mainan yang aman untuknya dan orangtua tetap berada di dekat anak untuk memperhatikan dan merespons sesuai permintaan anak.
Dari pemahaman di atas bisa kita lihat bahwa uninterrupted play bukanlah waktu bermain yang sama sekali tidak ada campur tangan orangtua. Orangtua tetap hadir di dekat anak sebagai observer, di mana 100% perhatian orangtua lekat tertuju pada anak, tanpa ada intervesi TV, handphone, maupun pekerjaan lain. Selain itu, orangtua juga sama sekali tidak memberikan ide apa pun dalam permainan anak. Semua ide permainan berasal dari anak, atau disebut juga sebagai child-lead play.
Dalam uninterrupted play, orangtua hanya memberi respons ketika anak yang meminta, contohnya saat anak meminta papanya untuk menyisir boneka, maka segeralah lakukan hal tersebut. Selain itu, dalam uninterrupted play, anaklah yang akan lebih banyak bicara dibandingkan orangtuanya dalam situasi bermain ini. Awalnya tentu akan terasa agak sulit saat menjadi observer karena kita terbiasa melakukan dan terbiasa sibuk. Tapi hal ini akan lebih mudah jika sering dilakukan mengingat banyak manfaat yang menyertainya.
Manfaat Uninterrupted Play
Manfaat besar dari uninterrupted play yang pertama adalah kegiatan ini dapat menstimulasi kemampuan anak untuk bisa konsentrasi dalam waktu cukup lama. Ketika kita terus menginterupsi permainan anak dengan cara memintanya melakukan ini-itu atau menanyakan sesuatu padanya, hal itu berarti kita sedang menghentikan apa yang sedang ia lakukan saat itu, padahal mungkin saja ia sedang berkonsentrasi pada sebuah proses kegiatan yang sedang ia lakukan. Interupsi dari urban mama dan papa, meskipun memiliki tujuan yang baik, tetap menjadi distraksi pada proses berpikir yang sedang anak lakukan.
Kedua, bagi urban mama dan papa, saat hanya fokus menjadi observer waktu anak bermain, urban mama dan papa bisa menjadikan momen ini untuk lebih melihat secara lekat permainan anak, caranya bermain, perasaan apa yang ia utarakan saat bermain. Terkadang amat sulit bagi orangtua untuk hanya duduk diam serta memperhatikan anak bermain dan baru merespons saat anak meminta.
Namun, dari observasi urban mama papa tersebut, akan banyak sekali informasi yang bisa kita dapat mengenai anak kita. Terutama bisa diketahui apa yang menjadi kebutuhan anak, contoh: butuh objek permainan baru atau perasannya terkait suatu hal. Kita juga jadi bisa lebih mengenal anak kita dan lebih memahami cara merespons sesuai dengan kebutuhannya. Jika kita bisa mengetahui cara merespons yang tepat sesuai kebutuhannya, tentu akan banyak sekali masalah anak yang bisa kita hindari sejak dini.
Ketiga, anak belajar untuk menyelesaikan sendiri ‘masalah’ atau tantangan yang ia temui saat bermain. Saat orangtua aktif ikut bermain, kita cenderung ingin segera menolong. Tetapi jika kita tidak menginterupsi, maka anak akan belajar untuk menyelesaikan masalah yang ia hadapi saat bermain.
Keempat, saat orangtua memperhatikan anak tanpa terbagi perhatiannya terhadap hal lain, anak mendapatkan pesan bahwa ia tetap mendapatkan perhatian penuh tanpa perlu untuk menunjukkan ‘perform’ apa pun di hadapan urban mama dan papa. Hal ini tentu menjadi momen yang sangat berarti bagi anak, karena anak seakan mendapatkan validasi dan dukungan karena ia diperbolehkan bermain sesuai dengan keinginanya.
Kelima, orangtua menjadi lebih rileks saat bermain dengan anak karena hanya perlu untuk mengobservasi anak. kegiatan ini terkadang memberi kesenangan tersendiri karena orangtua merasa tidak harus selalu bermain sambil menghibur anak.
Saat kita berbicara tentang uninterrupted play, kita juga perlu melihatnya dari segi usia anak karena beda usia akan berbeda pula persentase waktu yang diperlukan bagi anak untuk melakukan uninterrupted play.
Usia 0 – 18 bulan
Pada usia ini akan sangat baik jika 100% waktu bermain anak bersifat uninterrupted play. Pada usia ini, semua hal terasa baru bagi anak karena ia baru mengenal dunia sekitarnya. Hal sederhana seperti tangannya pun bisa menjadi suatu ‘mainan’ menyenangkan yang menstimulasi indra-indranya. Pada usia ini, berikanlah mainan yang sangat sederhana seperti bola, bel, botol plastik. Hindari memberi mainan yang butuh persiapan lama untuk memainkannya karena pada usia ini, hal-hal sederhana bagi kita merupakan hal baru bagi anak kita.
Usia 18 bulan ke atas
Pada usia ini persentase uninterrupted play dengan interrupted play adalah 80:20. Tetap di dominasi oleh uninterrupted play dengan sedikit kebutuhan interrupted play. Hal ini disebabkan anak mulai membutuhkan keterlibatan orangtua secara aktif baik dalam hal pemberian mainan yang sedikit lebih kompleks yang mengandung tujuan spesifik, sebagai contoh bermain memasukkan waterbeads ke dalam botol. Pada saat inilah orangtua dapat mengeluarkan ekstra tenaga untuk mengkreasikan berbagai macam mainan untuk ananda.
Baiklah urban mama dan papa sampai jumpa lagi ya di artikel selanjutnya. Ingatlah:
“Children play beautifully on their own. They do not need to be taught how to play” (Magda Gerber, 1998)
Sumber:
Gerber, Magda.1998. Your Self-Confident Baby.John Wiley & Sons: Kanada.
Kredit foto: Siska Knoch
Kadang memang Kalki (4 tahun) saya biarkan main sendiri, dan dia pun jadi hanyut dalam permainannya
Artikelnya bagus banget, jadi tambah ilmu. biasanya karena anip anak tunggal, kalo main pasti berdua saya, dan bener... jadinya saya suka ikut-ikutan pengen ngatur hehe. Makasih ya mbak Devi ilmunya :)
makasih artikelnya bu devi, ternyata pas observasi ngga boleh ada hp yah. Kadang niat kita mau mendokumentasikan kegiatan anak2, jadi hp stand by pas anak mainan.
waa sama, baru tercerahkan pas baca artikel ini. Makasih yaa mbak Devi ...
Tidak harus selalu diobservasi mb @musdalifa , yg penting setiap hrinya ada beberapa menit yg kita observasi