-
Dear Mamas&Papas,
Meskipun Mozi masih 6bln dan ngga nonton filem, tapi aku prihatin deh pas kemaren nonton Harry Potter-Deathly Hollows dan ngeliat ortu2 yang bawa anak2 kecil untuk nonton filem ini. Padahal meskipun basic-nya untuk young reader tapi menurutku di seri terakhir ini HP lebih sesuai untuk 18+ deh. Soalnya ada kissing scene, semi-nude scene bahkan killing scene. Belum lagi gambar2 yang mengerikan seperti ular raksasa (aku aja ngeri) dan alur cerita yang lebih rumit.
Aku saran nih TUM bikin forum review filem/tontonan/pertunjukan mana yang sesuai dengan anak2 dan mana yang enggak. Mungkin dari para mama-papa yang udah nonton duluan atau mau nonton. Misalnya Laskar Pelang Musikal baguskah untuk para bocah?
Kalo sejauh ini menurutku filem bioskop yang sering dikira filem anak adalah: Batman Begins eh apa Dark Knight ya (wih adegan jokernya kan ngeri banget tuh), Avatar (ada yang ngira ini filemnya Avatar the Legend of Aang) dan Deathly Hollows ini.
Thanks TUM!
-
Oritje
Setuju, filem "anak2" emang kadang nggak cocok buat anak2.
salah satunya Shrek3. tadinya gue rencana ajak Alyssa (6th) nonton ini, cuma untungnya gue sama laki gue nonton berdua doang dulu.. dan tyt ini film beda sama yg 1 dan 2-nya... yg ke3 buat gue terlalu 'suram' buat anak2..
yg buat gue cocok buat anak kecil biasanya filmnya disney yah.. dan (mungkin) pixar...
-
tetep liat umurnya sih kalo film. ngga semua film kartun itu untuk semua umur juga.
kesukaan Raka: shrek 2 (lucu banget), tapi tetep aja kalo diliat secara detil lebih cocok utk anak SD kali.
atau Kung Fu Panda, tetep aja adegan berantemnya blm terlalu cocok utk anak <4 thn, yang belum ngerti bahwa itu film dan gak boleh dipraktekin langsung.
Film lucu Pooh Heffalump aja waktu itu ngga cocok buat Raka 2 thn karena bikin dia sedih dan nangis sesegukan. Padahal ngerti dialognya juga kagak, tp kalo dia nonton sekarang pasti ngga sedih lagi.
And thelilsolder is back. Fire!
-
iih pas bangeeett.. gue baru aja selesai ngajak naia (2thn 8bln) nonton di bioskop. sebenernya bukan film pertama di bioskop, nonton
rapunzel. walopun naia udah oke banget diajak nonton di bioskop, kita jarang2 karena ya kita mesti tau dulu ceritanya kalo mau ajak anak ke bioskop, mostly emang cari yang disney atau pixar aja.
sebenernya untuk tau movie itu appropriate untuk anak apa engga kan bisa diliat dari rating nya. ada G, PG, PG13, R, NC-17, yang artinya:
- Rated G: General Audiences — All ages admitted[/*]
- Rated PG: Parental Guidance Suggested — Some material may not be suitable for children[/*]
- Rated PG-13: Parents Strongly Cautioned — Some material may be inappropriate for children under 13[/*]
- Rated R: Restricted — Under 17 requires accompanying parent or adult guardian[/*]
- Rated NC-17: No children under 17 admitted[/*]
rightfully, film dengan rating G harusnya aman untuk anak2, tapi bukan berarti gak ada adegan2 yang mungkin ada mild cursing, nudity & sex .. walopun masih dalam kadar yang mild banget krn cultural difference. misalnya nih kayak
rapunzel walopun itu G rated, dan emang buat anak2.. tapi ada adegan dimana si rapunzel ciuman sama cowok yang dia suka. buat orang2 amerika, ciuman yang bisa dibilang cuma beberapa detik itu adalah hal yang biasa, tapi buat kita yang di indonesia, mungkin gak. dan buat beberapa orang, eventhough it's mild, it's not something you want to show to kids at such early age.
jadi ya selain dari ratings, mesti bisa juga tau sinopsis ceritanya jadi bisa nebak tar kira2 ceritanya seperti apa sebelom bawa anak. and most of all, tunggu review dulu, krn pasti akan ada yang review apa benar2 suitable untuk anak kecil ato gak..
? a worker by choice, a mom & wife by nature ?
owner - slesta.com |
@slesta
-
Ini tentang movies ya? Kalo tontonan televisi seperti Nickelodeon, Disney, Playhouse Disney, BabyTV, CBeebies gimana?
Anak pertama saya, usianya 3 tahun-4bulan, sukanya Playhouse Disney. Jenis tontonannya singkat, pendek-pendek, dan jarang terlihat konflik. Banyak pesan moralnya. Konflik yang diperlihatkan masih seputar diri sendiri, seperti kalo di Dibo the Gift Dragon, konflik pada diri tokoh-tokohnya. Seperti pada Bunny yang pengiri, Crow yang egois atau Elo yang rakus. Tapi ada juga sih sedikit pertengkaran, walaupun tidak pake adegan pukul dan tempeleng. Apalagi bunuh... hiii..
Untuk anak yang lebih besar, sudah bosan dengan Playhouse Disney, sepupunya Prana lebih suka nonton Disney atau Nickelodeon.
Oya, untuk movie layar lebar, saya mau rujuk film Toy Story. Anak saya yang masih 3 tahun itu, suka Toy Story 1 dan 2. Tapi takuuutt sama Toy Story 3, apalagi saat konflik antara gerombolan Lotso dengan teman-teman Woody yang disekap di Sunnyside Daycare. Paling takut dan tegang sama adegan monyet-monyet mainan yang berteriak-teriak. Kalo saya bilang, Toy Story 3 memang ga terlalu bisa ditonton anak balita. Masih terlalu keras konfliknya. Jiwa-jiwa halus anak balita bisa shock melihatnya.. hehe.. mohon share yang lain ttg Toy Story 3, mungkin anak saya aja yang terlalu perasa.
OK gitu dulu...
-
Slesta - Asli baru tau secara lengkap tentang rating film pas baca thread ini. Soalnya emang gue belum pernah juga bawa Migu nonton bioskop, ( waktu goelali fest, kan hanya 40menitan tp anehnya anteng :p ) takutnya kelamaan didlm trus bosen, soalnya dirumah juga dia bukan tipe yang anteng nonton kartun ampe lamaa... paling banter 15menitan, udah gitu bawaannya pasti udah pgn kesana-sini.
*duduk manis ikut menyimak*
Miguel is my Rocktober Baby
@siskaknoch
-
Slesta
rating-nya itu bisa diliatnya di mana yah? kalau di poster film ada nggak?
-
Nah, ini pernah jadi pembahasan antara temanku dan aku di Twitter nih. Fara (3 tahun) waktu itu minta nonton Toy Story 3, setengah jalan gak kuat dan langsung minta keluar dari bioskop. Nonton Meraih Mimpi juga dia cuma setengah jalan dan takut waktu tokoh-tokohnya masuk ke gua.
Anyway. Setelah nonton TS3 aku ngobrol-ngobrol sama teman-teman Twitteranku ujung-ujungnya baru tahu badan rating US itu bukan organisasi yang jelas melainkan sekelompok orang tua yang tidak punya background industri perfilman atau background yang jelas untuk rating film. Mereka nge-rate itu juga berdasarkan selera mereka.
Seperti banyak film animasi itu pasti dikasih cap G dengan asumsi kalo film animasi/cartoon/anime itu pasti buat anak-anak. Padahal kalo kita benar-benar ngerti guyonannya itu terlalu dewasa, apalagi yang model slapstick yang terlalu kasar untuk anak-anak kecil. Belum lagi yang ada perkelahian yang sampai berdarah-darah mental ke sana sini, digiling, ditembak, dibakar terus hidup lagi, wolf-whistle sampai yang passionate kissing dan nudity. Seperti film-film kartun US dari DreamWorks Animation, Cartoon Network, Disney dan Pixar yang jaman sekarang (yang Pixar sebelum bergabung dengan Disney cendrung lebih 'aman'), terus Hanna Barbera (misalnya Tom & Jerry) dan Muppet Show jaman dulu banget juga banyak yang seperti itu.
Kalau untuk cocok tidaknya itu tergantung sih dengan si anak. Seberapa toleran mereka dengan ceritanya. Kadang anak-anak tidak mengerti jalan ceritanya tapi mereka melihat ekspresi tokoh dan sound effect itu mereka sudah bisa mengerti bagian apa yang menyenangkan, lucu, sedih atau seram.
Fara waktu 2 tahun aku kasih nonton
My Neighbor Totoro (???????, Tonari no Totoro). Alurnya sederhana dan ceritanya lumayan ringan, tidak ada frontal nudity, ok ada scene di mana anak-anaknya mandi rendaman di bak mandi dengan ayahnya tapi tidak dikasih lihat aurat sama sekali, tidak ada perkelahian fisik model gebak gebuk tapi lebih ke dunia hayal. Selain itu buat Fara dia lebih bisa nyambung karena tokoh utama itu anak-anak, yang pindah rumah (dan in real life kita juga berapa kali pindah rumah), punya ayah ibu, ke sekolah, dan ke alam.
Hanya waktu di cerita salah satu tokohnya, seorang anak perempuan kecil, hilang Fara takut sekali dan hampir nangis. Sampai-sampai aku harus pause DVDnya dan tenangkan dia dulu dan aku kasih spoiler kalau tokohnya itu nanti diselamatkan oleh teman-temannya Totoro dan oleh kakaknya. Setelah itu baru kita lanjutkan nontonnya. Sekarang Totoro itu jadi salah satu film favorit dia. Sama dengan nonton Ipin Upin dan acara Playhouse Disney dan Jim Jam, aman dan nyaman.
Sepertinya pada akhirnya kalau film harus kita (orang tuanya) dulu deh yang nonton dan dari pertimbangan kita apakah cocok atau tidak dengan anak kita.
-
chika, fanny rating itu seperti savitris bilang adalah rating dari badan perfilman di amerika. dan untuk semua film yang masuk ke amerika, selalu ada rating itu di posternya, ato paling gak di sinopsisnya. tapi bener savitris bilang kalo rating itu adalah rating dari orang2 yang bukan dengan background orang tua, jadi rating nya pun sangat subjektif. tapi buat gue it helps banget! rating G, walopun untuk all age, belom tentu bener2 boleh untuk anak2 loh..
ya seperti gue bilang, contohnya rapunzel itu.. walopun itu kartun, rightfully buat semua umur kan? tapi ceritanya lebih untuk ke teenager.. even di 21 cineplex, di sinopsisnya disebutkan itu untuk Remaja. jadi balik lagi ke orang tua masing2 sebenernya... apa mau ngajak anaknya nonton atau enggak.
personally gue tetep ngajak naia nonton rapunzel karena disitu ada beberapa animals yang dia suka.. dan overall ceritanya, dia suka banget! jadi mild violence & short kissing scene gak terlalu masalah. plus gue yakin, at her age, dia masih lebih prefer melihat animasinya daripada ceritanya sebenernya. dan selama kita juga ajak diskusi after the movie ttg apa yang tadi dia tonton, harusnya gak masalah yaa..
on the other hand, gue sih rekomen banget untuk para orang tua selalu cek sinopsis dan rating dari film itu di negaranya masing2. karena itu bisa dijadikan patokan. so for those who brought their kids watching harry potter terakhir itu.. bener2 ignorant banget! gue juga tadinya mau ajak naia, tapi setelah baca sinopsisnya, langsung .. ih gak jadi!
savitris naia nonton TS3 di umur 2 tahun loh. emang sih stengah jalan dia akhirnya ketiduran, tapi overall kok menurut gue ceritanya gak masalah ya buat anak2? nah tapi ini sih again menurut gue kembali ke orang tua dan anak masing2. mungkin buat satu anak, nonton movie gitu bisa bener2 bikin dia jadi meniru2... some (salah satunya yang kayak anak gue) lebih excited krn bisa liat karakter2 lucu.
? a worker by choice, a mom & wife by nature ?
owner - slesta.com |
@slesta
-
Salah satu contoh movies yg aman ditonton berulang2 untuk anak (dan termasuk film fav. my lil Fra) adalah FINDING NEMO
Fra (1y) ga ada bosen2nya nonton FM, seminggu bs 2-3x dia nonton
kalo lagi pengen nonton, dia lari ke dvd player sambil bumbling Memomemo
filmnya mengisahkan perjuangan ayah ikan menemukan anaknya yg hilang, juga mengajarkan anak tentang keberanian mengarungi tantangan hidup, mengajarkan team work, persahabatan, pokoknya TOP BGT deh :)
-
atarescha,
wah, waktu sepupuku sekitar 3thnan, dia malah ngga berani nonton finding nemo. karena pas awalnya ada adegan yg ibunya nemo mati, dia jadi takut dan ngga mau nerusin nonton..
-
iya kayaknya tergantung anaknya ya... kayak waktu itu Naila (6yo) minta nonton Tanah Air Beta dan Garuda Di Dadaku. Tantenya aja sedih dan heran Naila bisa suka/happy2 aja nontonnya. trus waktu nonton Rapunzel, sepupunya Naila (umur 5 tahun) mau nangis pas adegan yg sedihnya.
soal adegan ciuman, emang dilematis ya... tapi kalo gw memilih untuk menjelaskan sama Naila, bahwa budaya orang di dunia ini beda2. Ayah ama Bunda boleh ciuman krn udah nikah, dan kita juga ga akan ciuman di tempat umum. Rapunzel orang asing, yang di sana biasa ciuman di tempat umum dan belum menikah. kebetulan banget waktu itu dia liat di National Geographic ttg suku2 terasing di Afrika yang bajunya super duper minim. kita jelasin kalo di sana budayanya seperti itu. Allah menciptakan manusia bermacam2, tapi Naila musti ikut aturan Ayah sama Bunda.
adegan kekerasan juga gitu, musti bolak balik dibilangin, itu kartun, yang main "seperti boneka2", jadi jatuh dan ditendang2 gapapa. kalo manusia ga boleh begitu.
my daughter is not a code, but raising her is an infinite loop of learning
-
Kalau mau tahu lebih lanjut soal badan rating film di US, bisa klik link ini:
http://www.mpaa.org/, itu badan resmi rating film di US. KArna kebanyakan film yang kita tonton di sini emang keluaran Hollywood, jadi ya banyak yang ngikutin rating dari organisasi tersebut. Meski setelah masuk ke Indonesia, sebenernya melewati lagi proses badan sensor film, dan ratingnya diganti jadi "semua umur", "17 tahun" dan sebagainya (yang sayangnya, suka nggak diturutin juga sama penonton, dan nggak ditindak tegas juga pelanggarannya oleh petugas).
Kalau untuk kartun, memang yang paling safe menurut gw itu film kartun Disney jaman dulu, meski tetep ada adegan penjahat yang nyebelin (inget Cruela De Vile dari 101 Dalmatians, atau si penyihir jahat di Snow White? hiii), juga adegan sedih yang kadang keterlaluan sedihnya (ada yg nonton Bambi? atau Dumbo? itu sedih bangeeettt). Dan temanya pun sejak jaman dulu kala berkisar tentang friendship, love dan good/evil. Jadi sebenernya temanya sama-sama aja kayak film org gede, cuman dikemas dalam bentuk animasi/dongeng aja.
Tapi emang, masuk ke era 2000-an, makin susaaah nyari cerita yang pure buat anak. Pixar pun sebenernya bawa pesan-pesan moral yang kadang terlalu berart buat anak kecil, misalnya film Wall-e tentang lingkungan hidup. Atau adegan meninggalnya istri si kakek di film Up (itu gue aja nangis bombay gt nontonnya).
Jadi, keputusannya sih tinggal di tangan kita ya. Mau gimana nanggepinnya. Menurut gw sih, selama adegan/dialog film nggak kasar, sadis, atau ada sex scene yang bener" vulgar, go for it aja deh =) dulu jg sebenernya kita disuguhi film kartun/anak yang sejenis dengan jaman sekarang, cuman tergantung org tua kt juga gimana memilah-milah pesan moral dari film supaya bisa diterima oleh kita.
a working mum who longs to be at home with baby yo all day.
-
kalau dulu sih gue mikirnya kita gede dengan cerita2 tom & jerry yang sekarang setelah punya anak, imo sangat2 violent banget. gue sampe ga bolehin naia nonton itu. tapi dulu gue nonton tuh.. tapi ternyata gak masalah kan? atau tweety & sylvester juga mayan violent kan menurut tuh?
yang penting kita mesti ajak anak untuk komunikasi dan jelaskan apa yang ada di film itu beda dengan real life. jadi anak pun ngerti untuk gak take everything for granted.
? a worker by choice, a mom & wife by nature ?
owner - slesta.com |
@slesta
-
Hmm.. menarik ya, diskusinya. Ternyata, masing-masing anak pun juga berbeda reaksi dan ekspresinya dalam mengapresiasi sebuah film.
Jadi mengingat-ingat tontonan jaman dulu apa ya? Saya dulu suka banget serial si Unyil yang disiarkan di TVRI. Ada pengemisnya, yang saya inget pak Ogah dan ada juga karakter jahat (lupa siapa). Karakter galak, Pak Raden. Hehe.. emang sih karakter jahat ga sampe vulgar amat dipertontonkan.
Tapi layaknya sebuah tontonan, pasti perlu ada karakter jahat yang kemudian insyaf dan berubah jadi baek. Supaya ada hikmah yang diambil. Anak saya, nonton Dora The Explorer yang menyelamatkan pangeran yang disekap oleh penyihir jahat di menara tinggi. Wah, awal2 nonton sampai nangis-nangis menyayat hati. Dia tidak rela pangeran itu mendapat perlakuan jahat dari sang penyihir. Padahal ya tontonan yang ada di Dora, sama sekali ga ada adegan vulgarnya, anak saya tetep aja tegang kalo muncul yang namanya penyihir jahat atau tokoh Swiper yang suka mencuri. Oleh saya sih, diantepin aja. Toh dia perlu belajar menghadapi ketakutan yang ada dalam dirinya. Memang perlu juga orang tua mendampingi saat anaknya menonton film dan setelahnya ngobrol soal hikmah dari cerita dalam film. Menurut saya, insting orang tua jugalah yang kemudian menentukan apakah si anak siap menonton film2 tertentu. Buat saya, untuk anak seperti Prana yang super sensitif dan perasa, memang jadi rada tricky dalam memilih tontonan. Dora The Explorer, oke, saya tetap perbolehkan menonton buat Prana anak saya, meskipun dia bakalan tegang2 juga nontonnya. Tapi Harry Potter, nanti dulu. Toy Story 3, jika si anak yang minta, saya akan puterin juga, tapi kalo sampai dia takuuuut banget, ya udah matiin dulu aja, tunggu sampai dianya siap menonton lagi.
-
topiknya seru nih...
Selama ini, film yang menurut gw bagus buat Nara adalah film keluarannya pixar kaya finding nemo, toy story 1 dan 2, cars, etc. Pernah ngajak Nara nonton Laskar Pelangi di dvd tapi dia bosen dan ngeloyor keluar kamar.
Untuk film kartun, udah kelepasan ngasi Nara Ben10 :( trus suami pernah memperkenalkan power rangers (which i hate) dan menurut gw si power ranger itu ngga mendidik buat anak seumur Nara (3,5yo) Jadi sekarang selalu dialihkan supaya ngga inget-inget lagi sama power rangernya.
Menurut gw emang musti kompak sama suami soal tontonan ini, karena boys will be boys..kadang rasanya suami yang heboh dan ngajak-ngajak dan kelupaan bahwa itu belum suitable sama umur si anak.
btw Harry Potter 7 itu emang bukan buat anak-anak, coba aja liat ratingnya. IMO kita sebagai orangtua yang musti ngecek apa rating filmnya karena banyak loh film yang kita pikir tontonan anak-anak tapi sebenernya ratingnya PG-13 atau R karena afterall it's only business dan nggak semua pembuat film peduli sama pendidikan anak.
-
Oya gw stuju sama superpippo, film-film pixar kadang juga terlalu berat messagenya, tapi gw rasa si anak nangkep messagenya sesuai dengan nalarnya dan tetep bisa enjoy. Message di dalem satu film kan bisa banyak (friendship, keteguhan hati, etc) jadi bisa dicicil ngajarin messagenya (karena nontonnya berkali-kali, hehe). Yang kita tangkep di Wall-e bisa jadi lebih dalem (saving the environment) tapi mungkin buat anak yang ditangkep baru soal friendshipnya.
-
nimbrung, keira juga doyannya nonton yg majority film2 punya disney-pixar ato dreamworks yg animasi.. so far dia paling suka sama toy story dan cloudy with a chance of meatball. gue sendiri gak terlalu membatasi kissing scene dan berantem2an (kartun ya) sama keira, tp setiap nonton ya kalo bisa kita dampingi sambil kita jelasin ceritanya kayak gimana. tapi belum pernah bawa keira ke bioskop lagi sih, suka konflik kepentingan nih bapak ama mamahnya, hehehe...
engineer.wife.mom.daughter.sister.food lover :)
-
paling enak emang baca review dulu baru nonton. pernah ikutan parenting seminar bareng riri riza, selain rating G-17 thn ke atas, penting juga mencermati hal-hal terkait dengan:
- violence: utk anak-anak termasuk bullying. eh tapi kalo martial art violence gemana ya? kalo yang gory-gory berdarah pasti udah bukan G rating lagi.
- profanity: bahasa yang kasar-kasar seperti stupid, ass. Raka sih belum ngerti sumpah serapah itu, tp kalo ngikutin gimana ya?
- sex/nudity: termasuk cium-cium. selama ini sih Raka biasa aja ngeliat Shrek cium Fiona. menurut dia itu kan suami istri. Susah juga jelasin waktu nonton Karate Kid ada adegan Dre cium temen ceweknya itu (untung cuma bayangan).
- adegan sedih: Raka umur 3 tahun aja ngga bisa nonton Bolt. Nangis bombay di bioskop karena Bolt diculik penjahat. Toy Story 3 juga lumayan sedih ngeliat Andy mau berpisah dengan Woody dan mainannya.
apalagi ya? gue lupa euy.. ntar dicari dulu bahannya. intinya sih sebisa mungkin kita baca review dulu, biar lebih siap ngadepin pertanyaan anak.
ah iya, Raka juga nonton Transformers. Bukan film anak-anak pastinya. Am I a bad mom? :(
And thelilsolder is back. Fire!
-
metariza, superpippo emang bener film2 keluaran pixar gitu messagenya kadang terlalu berat, tapiiii.. menurut gue ini karena mereka juga pengen targetin film ini ke anak2 yang udah gede. dan buat kita yang ngerti ini itu, jadinya duh ini film dalem bangeeett gitu ya? tapi kita mesti inget, impact film ke kita yang adult dan ke anak kecil itu beda. anak kecil biasanya lebih ke visual sementara kita yang udah gede bener2 ngikutin jalan ceritanya.
contoh aja nih yaa.. kita kalo nonton UP pasti nangis2 bombay gitu kan nontonnya. storyline nya juga serius banget. tapi selain storyline, visual dari kartun itu juga baguus banget! terbukti, ketika naia nonton film itu dari umur 2.5 tahun (sampe sekarang), yang dia perhatikan adalah karakter kevin (yang warna warni), karakter si anjing yang kesakitan, dan visual balonnya. at this point, gue gak ngerasa naia ngerti apa arti cerita dari film itu. yang dia ambil dan jadi pembicaraan dia adalah.. "kasian burungnya digigit, jadi sakit.. " malah ada masanya dia nyebut karakter kevin si burung dengan sebutan "burung sakit" heheh..
? a worker by choice, a mom & wife by nature ?
owner - slesta.com |
@slesta
-
Inga, menurut gw sih ga bisa ngejudge a bad mom cuma gara2 1 film... hehehe.. Naila pas umur 5 tahun nonton Highschool Musical 3. yeaaah... gw rada2 dicela2 jg ama temen2. dibilang korban tren lah, emaknya yg sakaw Zac Efron tp ngajak anak lah, dll dst. waktu itu Naila cuma seneng tari-nyanyinya,, krn waktu itu dia lagi centil2nya seneng nari-nyanyi. pas di mobil kita jelasin sih, itu Gabriella sama Troy peluk2 & cium2 walaupun masih sekolah, krn (dalam bahasa gue) mereka bukan orang Indonesia. kalo di sini ga boleh begitu :D .
my daughter is not a code, but raising her is an infinite loop of learning
-
sLesTa, exactly my point...jadi walaupun pesannya kadang berat, si anak tetep bisa enjoy menangkap apa yang dia bisa tangkap..di saat kita udah nangis bombay pas istrinya mr.fredrickson (bener ga nulisnya?) anak kita lebih seneng liat Kevin dan anjing-anjingnya, hihi.
-
Sama spt Slesta, aku selalu lihat dulu ratingnya dan baca synopsis-nya sebelum kasih anakku nonton. Sepertinya, tiap negara punya rating system yg berbeda. Aku biasanya cek synopsis dulu di IMDb. Di UK, pake sistem umur, U (universal) utk semua umur diatas 4 thn, lalu PG (parental guidance, biasanya cocok utk diatas 8thn krn bisa upset younger and sensitive children), 12, 15, 18, R18. Aku biasanya milih film2 yg rating-nya U jadi 2 anak2ku bisa nonton.
Krucilku umur 7th dan 4th dan seleranya berbeda2, si adek gak begitu suka nonton, paling nonton bentar, lalu kabur. Jadi biasanya yg nonton tuh si kakak. Si kakak sampe sekarang belum suka ma film2nya princess2 disney, padahal dulu aku suka banget dan pengen nonton bareng dia, tapi dia gak mau. Film2 spt thumbelina, barbie princess dia jg gak begitu suka. Dia paling suka nonton monster inc., ice age, madagascar udah berpuluh2 kali nonton ice age. Toy story dan shrek jg baru nonton baru2 ini. Mereka suka toy story tapi gak begitu suka shrek.
-
@ sLesTa
Yup, setuju sekali dengan sLesTa. Semuanya kembali lagi ke orang tua dan kalau pun orang tua ajak harus siap berdiskusi dan menjelaskan panjang lebar (sebelum dan sesudah acara) tentang (kalau ada) apa pesan moral, apa yang boleh ditiru dan yang tidak dan mana yang hayal dan yang mana yang tidak.
Soal unsur kekerasan dalam film, kalau tidak salah pernah ada penelitian yang mengatakan semakin anak-anak itu terekspose secara rutin terhadap sesuatu image (misalnya kekerasan) mereka semakin terbiasa dengan hal tersebut. Nanti aku coba cari lagi, semoga masih bisa ketemu. Habis bacanya duluuuuu banget.
Anak-anak pun seperti kita, masing-masing punya selera sendiri. Ada yang lebih suka komedi, laga, musikal, percintaan, suspense dan horor.
@ thelilsoldier
Menarik sekali tentang hal-hal yang perlu diperhatikan, khususnya profanity. Yang aku perhatikan dari Fara dan juga anak-anak lain adalah mereka itu mmembeo dan menyerap apa yang didengarnya dengan cepat. Apalagi kalau dia dengar dari orang tuanya dan televisi pasti dia ulangi tanpa mengerti arti kata tersebut. Jadi untuk bahasa kasar seperti sumpah serapah itu memang harus diperhatian.
-
Ikutan ah..
[list=*]
- [/*]
Pada dasarnya menurutku todler emang kurang bagus kalo punya kebiasaan terlalu sering nonton... Kayaknya kurang bagus gitu buat perkembangan syaraf matanya (eh bener gak sik?)
Jadi, selain isi cerita, buat saya, durasi itu penting banget.
Kalo filmnya panjang, saya selalu mengusahakan ada jedanya.
[list=*]
- [/*]
Dulu pertama ajak nasha nonton waktu dia umur 2th. Ice age. Betah sebentar trus lari-lari di depan layar tempat parkiran stroller sama anak2 lain hehehe... gatot!.
Baru kemaren nih, setelah umur 3th ajak nonton Rapunzel di bioskop.
Ehh.... Nasha sueneng bangettt... ternyatta dia sdh bisa menyimak ceritanya. Semua dikomentarin dan ditanya.....
Sambil nonton dan disuapin hotdog, tetep, ada waktu2 nasha saya peluk dan diajak merem sebentar, supaya matanya gak cape.
Menurut gw rapunzel ini lumayan bagus dan lucu, kecuali adegan waktu pangerannya ditikam sama si ibu jahat (menurut gw ini serem banget buat anakkecil). Trus gw juga harus menjelaskan kenapa sampe ada ibu yang jahat.
[list=*]
- [/*]
Hari minggu kemaren nyobain nonton Laskar Pelangi Musikal.
Alhamdulillah Nasha excited dan betah, seru aja di dalam gedung pertunjukan, serius nonton dan ikutin ceritanya scene demi scene... ya gitu deh, sambil tanya2 dan celetak-celetuk komentar..
Sempet dia bilang: "Kalo ini bioskopnya orangnya beneraan ya ma?" hihihi...
Seneng juga sih lihat si 3thn ini sudah bisa mengapresiasi seni pertunjukan.
Dialognya memang banyak yang cukup berat buat anak-anak, tapi secara audio visual, setting panggung yang ganti-ganti, musik dan koreografi, akting dan nyanyi pemaen anak2nya.... semuanya emang bagusss bangetttt...
Meskipun Nasha cukup menikmati, pas break babak 1 kami memutuskan pulang. Pertama, saya intip babak kedua lebih banyak sedih2nyaaa... Lagipula buat kami durasi babak pertama sudah cukup panjang dan sdh cukup lah untuk pengalaman pertama nasha.... supaya dia gak sempet jenuh dan bosen...
Anyway......... untuk pertunjukan ini, kayaknya memang kurang cocok buat balita (sayang kita baru tau belakangan).
[list=*]
- [/*]
Kalo film sampe sekarang Nasha paling seneng Up. lebih karna dia amaze banget liat rumah yang bisa terbang pake balon-balon banyak warna-warni..... dan seneng banget sama ide anak kecil yang berpetualang seperti Dora.
Kemaren quality time nonton dvd Babies berdua di rumah.
Sambil nonton dan menjawab pertanyaan2 dia, somehow it hit me...... how amazing rasanya belajar bareng dia, afterall it was all my first times too.... :)