Theurbanmama

The Urban Mama Forum

Pages
Post [ 3 to 3 of 60 ]


kurang lebih sih seperti itu ya, kalau utk TK setuju dg mamas lainnya lebih baik dicari sesuai dg SD yg mau dituju.
  • Kalau aku berhubung anakku ms PG lokasi itu penting bgt soalnya tau sendiri Jakarta. Kasihan anaknya klo tua di jalan gara2 macet. Tapi mungkin klo uda SD harus hunting lg yang lebih ok, masih punya waktu 3 tahun, semoga nanti nemu yang terbaik buat anakku ^^
  • Kalau untuk TK, kriteria utama saya dalam memilih sekolah adalah: dekat rumah. Ya nggak harus samping-sampingan sih, tapi waktu tempuhnya reasonable. Bukan apa2, saya nggak tega membangunkan mereka pagi2 buta demi bersekolah di sekolah favorit yang nun jauh di sana :D

    Alhamdulillah, anak2 saya (sekarang 10 & 6), TK-nya di TK dekat rumah yg tidak menerapkan sistem PR dan menggunakan metoda sentral.

    Nah, kalau sudah SD, jarak sudah bisa agak jauh demi mengejar faktor2 yg lain. Biasanya yg saya incar adalah sekolah di mana saya bisa berkomunikasi dg guru2 anak saya melalui teknologi yg ada sekarang (WA, BBM, even FB) tanpa saya harus sedikit2 datang ke sekolah (sorry to say, sekolah2 negeri biasanya begini).

    Anak2 saya sendiri SD-nya beda. Si kakak di SD swasta dekat rumah yang feels like negeri (long story), dan adiknya di SD swasta yg lumayan jauh dari rumah tapi masih dalam jangkauan lah, yg komunikasi dg guru2nya gampang. :)
  • Moms yang sudah pengalaman masukin anak toddlernya ke pre-school, aku mau tanya, apakah memberi PR ke anak umur 3.5 tahun itu praktik biasa di pre-school? Saya belum masukin anak saya (2 tahun) ke sekolah sih, tapi sedang nimbang nimbang. Lalu melihat keponakan saya, sekolah di pre-school yang ada kata Montessorinya, tapi kok ada PR dan PRnya lumayan banget, harus nulis huruf A misalnya, sampai 50 kali, atau menggaris lurus sampai 50 kali. Ada bukunya dan bukunya seukuran A4 dan tebal.
    Apa semua pre-school begitu? Apa itu memang Montessori? Saya memang agak buta soal Montessori ini, yang saya tahu sih lebih mengajarkan kemandirian, tapi ini seperti akademis juga ya.
    Tadi diceritain, keponakan saya nangis terus di sekolah karena sedang asyik main disuruh belajar. Lalu dia semacam "dimarahin" karena ga mau belajar. Bagaimana dengan pengalaman pre-school anak para mamah di sini? Terimakasih ya.
  • Mom Evimariani, anakku kumasukkan toddler class saat usianya 18bulan dan sekarang sdh Playgroup A tidak ada PR. Hanya bermain dan diajarkan kemandirian. Menggambar, mewarnai, menempel, menyusun balok, menyanyi, serta poin kemandirian seperti berani maju ke depan kelas, memakai-melepas sepatu sendiri, mengucap salam, dsb.
    Ortu dikasih buku penghubung yg isinya menceritakan respon anak sehari-hari. Utk PR, ortunya yg dapat materi mendongeng. Jadi di rumah, tiap ortu harus membacakan ke anak dengan gaya mendongeng. Materinya bervariasi. Nah si anak ini nanti masing2 ditanyai gurunya: Mama/Papa cerita apa tadi malam. Malu dong kalau ketahuan tdk aktif mendongeng utk anak hihihi...
    Kesyukuran tak terhingga
  • @akbar: mom, ada rekomendasikah preschool yg mengedepankan aqidah islam?

    Aku sih pengennya nyari preschool yg:
    1. Lokasi ngga terlalu jauh.
    Dengan commuting time di jakarta yg makin ngga bisa diprediksi, rasanya ngga tega kalo anak harus stres sama kemacetan jakarta. Belum lagi kalo anaknya pemalu dan ngga mau masuk kelas kalo telat.
    2. Mengutamakan pengajaran islam dan adab yg baik, NO CALISTUNG.
    Aku sama ayahnya arkan udh sepakat buat ngeblacklist preschool yg ada calistungnya. Kasian kalo dari kecil udh stres sama baca tulis hitung. Maunya yg mengutamakan adab kayak di jepang. Karena butuh waktu bertahun-tahun untuk membentuk karakter anak, dan hanya butuh waktu beberapa bulan untuk mengajarkan ilmu eksak pada anak.
    3. Biaya sesuai dengan fasilitas.
    Karena kami mengutamakan adab yg masih jarang dimiliki preschool2 jaman skg yg justru lebih mengutamakan calistung, maka biaya pun kami nomor sekiankan. Asal biayanya masih sesuai dengan fasilitas yang didapat. Toh jatuhnya investasi jg krn mengajarkan adab pada anak ngga gampang.
    4. Report card berupa perbandingan anak dgn dirinya sendiri, bukan berbentuk nilai yang akhirnya dibandingkan dgn anak lain.
    Report card yg berbentuk nilai hanya akan membuat para orangtua membandingkan anak satu dengan lainnya. Hal ini bisa membuat anak justru semakin tertekan dan minder kalo menurut artikel psikologi yang saya baca.

    Kalau ada rekomendasi mau dong dibisikin via pm hehehe butuh banget krn susah nyarinya :'(
  • Pages