Dear mamas,
Bulan oktober 2013 yang lalu aku melahirkan seorang bayi laki-laki dengan bb 3,066 kg dan pb 49 cm. dari awal kelahirannya, kami tidak menemui sesuatu yang aneh pada bayiku. Memang sih pada hari kedua kami di RS, DSA yg visit kekamar mengatakan bahwa bayiku perutnya sedikit kembung dan BABnya belum lancar. "tapi itu biasa kok bu, pencernaan bayi kan belum sempurna," begitu penjelasan DSA bayiku.
Hari pertama anakku menolak untuk menyusu. Mungkin karena posisiku belum luwes. Tapi suster2 di RS tempat aku melahirkan terus mengajariku cara menyusui dengan baik. Hingga hari kedua anakku sukses menyusui. Dan anehnya tidak seperti bayi2 yg bersamaan dengan bayiku lahir, bayiku lebih banyak tidur sampe bidan di RS mengatakan ada yang aneh dengan bayiku, tapi hasil pemeriksaan lab semuanya bagus termssuk bilirubinnya.
Puncaknya hari ke empat (setelah kami dirumah) bayiku demam. Kami langsung memutuskan untuk ke RS dan bayiku dirawat karena dianggap kurang cairan. Aku ikut menunggui bayiku dengan membuka kamar perawatan juga disana, sekaligus kembali belajar menyusui sampai bayiku benar2 pintar menyusu juga.
Hari keenam kami pulang kerumah. Hari ke delapan kami kembali ke RE karena bayiku demam dan sudah 12 jam tidak mau menyusu. Anakku harus diobservasi lagi sampai pada pukul 3 subuh anakku muntah hijau dan langsung dipasang infus. Aku sangat stress melihat bayiku yang berumur 9 hari sudah harus terpasang jarum di tangannya. Suster bilang muntah hijau indikasi yang tidak baik. Saat DSAnya datang untuk mengecek kondisi bayiku ternyata arahnya sudah harus operasi2 segala. Karena di RS ypk nggak ada dokter bedah anak, akhirnya anakku dirujuk ke rsia hermina jatinegara. Karena hari otu hari minggu, pelayanan rumah sakit sangat terbatas. Dokter yang ada pun belum bisa mendiagnosa penyakit anakku. Yang aku tau anakku diberi antibiotik dan dipuasakan. Bayangkan bayi berumur 9 hari dipuasakan. Betapa sedih hatiku sampai saat itu tidak nafsu makan. Payudaraku yang mengencang pun tidak aku hiraukan. Aku cuma menangis menangis dan menangis merstapi anakku.
Hingga hari le 14, setelah kami melakukan barium enema di RS harapan kita, dokter mendiagnosa anakku mengidap penyakit hirschprung. Suatu penyakit bawaan lahir. Hirschprung itu seperti orang sembelit, kesulitan untuk BAB. Yang aku bingung,, anakku dari lahir lancar BABnya kok dibilang hirschprung. Emang sih semenjak dirawat di RS anakku jarang BAB aku pikir karena dia puasa.
Pada tanggal 27 november 2013 atau pada usia 40 hari anakku harus menjalani operasi pertamanya yaitu pembuatan kolostomi. Kolostomi itu membuat pembuangan sementara di dinding usus. Jd usus besarnya dikeluarin dan posisinya ada di perut. Haduh susah ngejelasinnya karena kalo inget itu jadi sedih lagi dan ngilu. Fyi, anakku dirawat selama satu setengah bulan di rsia hermina jatinegara karena fesesnya yang menumpuk dianggap menyebabkan infeksi. Bahkan pada usia 20 hari something anakku harus ganti darah. Ya allah waktu itu stressnya luar biasa, tapi aku harus kuat harus tegar. Ini bukan cobaan tapi ini hadiah dari Allah.
Tanggal 17 maret kemarin anakku menjalani operasi tahap kedua penutupan kolostomi. Alhamdulillah berjalan lancar, poopnya juga sudah dari anus. Dan yang paling aku syukuri walaupun kemarin terasa berat anakku tetap tumbuh sehat normal seperti anak lain. Berat badannya naik, bahkan umur 4 bulan sudah dikasih ijin untuk makan oleh DSAnya.
Maaf ya mamas sharingnya kepanjangan.
Adakah mamas disini yang ingin sharing hal serupa? Mungkin ada kerabat atau teman yang bayinyamengalami penyakit bawaan lahir?
Tanggal 17 maret kemarin