Breastfeeding abcess bukan menjadi akhir dari kegiatan menyusui dan ASI tidak harus dihentikan setelah terjadinya breastfeeding abscess ini.
MASTITIS? PLUGGED DUCTS? ABSCESS?
Pada hari ke-10 setelah Dowvan lahir, payudara saya mulai bengkak dan badan saya meriang setiap subuh dan sore hari. Saya bertanya ke sana-sini (termasuk ke dokter kandungan saya) dan solusi mereka adalah massage, massage dan massage. Saya putus asa karena semakin hari payudara saya semakin keras dan Dowvan semakin menolak si payudara keras ini. Akhirnya saya googling dan saya mengetahui apa yang disebut mastitis dan perbedaannya dengan plugged ducts (baca penjelasan jelas di sini, juga mengetahui tentang milk blister (penjelasan di sini). Dan karena keawaman saya, saya kira ini bukan mastitis, ini plugged ducts.
Saya coba ke beberapa RS, dokter kandungan, klinik laktasi RS, dokter umum sampai UGD dan sayangnya saya bertemu dengan orang yang tidak tepat, no sollution. Lagi-lagi saya cuma dibekali paracetamol dan disuruh pumping pakai pompa RS. Saya saat itu merasa kecewa, kenapa masalah saya waktu itu seperti dianggap sepele, padahal rasa sakitnya benar-benar tidak tergambarkan. Banyak dokter dan suster yang belum terlalu paham mengenai mastitis dan breastfeeding abscess karena memang ini kasus yang jarang di negara yang mayoritas ibunya menyusui secara aktif, dan dokter bedah saya pun bilang kadang dokter bingung antara plugged ducts, mastitis, dan abses. Ini sebabnya kita harus datang ke orang yang tepat.
OPERATING DAY
Dengan rasa badan yang makin tidak karuan, payudara merah padam, areola sampai mengilat karena sudah sangat bengkak dan produksi ASI yang makin menurun, barulah saya bertemu dengan dokter laktasi di RS KMC Jakarta yang akhirnya bilang saya harus rawat inap saat itu juga untuk terapi antibiotik lewat infus, karena kalau oral pasti sudah tidak mempan. Di situ hati saya makin tidak karuan dan saya menangis, rawat inap? Kenapa bisa sampe separah ini? Lalu bagaimana dengan bayi saya? Waktu itu Dowvan baru 1 bulan. Tapi di sana ibu saya bilang, jangan tunda-tunda karena menurut beliau kondisi saya sudah parah sekali.
Saat saya sedang mengurus administrasi rawat inap, dokter laktasi merujuk saya untuk bertemu dokter bedah di sana. Beliau berpesan agar saya bertemu dengan si dokter bedah yang satu ini karena proASI, semua obat yang dipilih adalah obat-obat yang seminimal mungkin mempengaruhi ASI, dan yang paling penting dia tidak akan menghentikan ASI pada saat masa pemulihan. Saya makin bingung, kok treatment antibiotik sama dokter bedah, tapi ya sudah saya ikut aja.
Sekitar jam 3 sore, saat ketemu dengan dr. Myra Sylvina SpB, saya langsung cerita apa yang saya keluhkan, di sana beliau memutuskan untuk melakukan respirasi (mengambil cairan dari payudara menggunakan jarum suntik) guna memastikan apa ini mastitis atau sudah menjadi breastfeeding abscess. Setelah respirasi dan ternyata cairan ASI saya yang tersumbat waktu itu sudah berwarna hijau mirip green tea latte. Dokter bedah saya langsung bilang kalo ini sudah tidak bisa di-treatment dengan antibiotik tapi harus diinsisi dan drainase malam itu juga (dilubangi dan disedot cairan ASI yang sudah terinfeksi), karena ternyata payudara saya yang terinfeksi bukan cuma sebelah tapi dua-duanya dan sudah parah. Saya yang sudah pasrah dan dengan dukungan suami akhirnya setuju. Saya dioperasi dengan bius total hari itu juga dengan hasil 120 ml cairan ASI dari kedua payudara.
RECOVERY
Operasi berlangsung sekitar 2-3 jam sampai akhirnya saya sadar dan bisa dibawa kembali ke kamar. Saya tidak terlalu ingat bagaimana detailnya. Yang pasti 1 hari setelah itu, sampai dengan 3 hari berikutnya, Dowvan dibawa oleh Omi-nya (ibu saya) ke RS sekitar pukul 10 pagi dan tetap di RS sampai pukul 10 malam karena pihak RS tidak mengizinkan bayi menginap dengan alasan ini kasus infeksi. Dokter anak mewajibkan Dowvan tetap menyusu langsung selama masa pemulihan agar ASI saya tidak berhenti berproduksi. Saya juga tetap pumping setiap 2 jam sekali.
Sebelum operasi, Dokter sudah bilang kalau nanti luka (ada 3 lubang insisi, 2 di kanan dan 1 di kiri) tidak akan dijahit, tapi akan ditunggu sampai akhirnya menutup sendiri agar sisa-sisa infeksi bisa tetap di-drainase dan tidak terjadi infeksi lagi. Jadi lubang-lubang yang panjangnya mungkin sekitar 2 buku jari telunjuk ini ditutup tampon kasa dan kasa ini harus diganti setiap hari selama di RS dan 2 hari sekali setelah saya pulang (oleh dokter tentunya). Jadi selama 1,5 bulan, agenda saya adalah bolak-balik ke RS untuk ganti kasa, ditetesi penumbuh jaringan dan diobservasi infeksinya, bukan hal yang menyenangkan tentunya.
Masa pemulihan ini bisa dikatakan salah satu masa terberat dalam hidup saya. ASI merembes dari lubang-lubang itu pada saat sedang menyusui/pumping sehingga membasahi baju saya dan Dowvan, jadi saya harus sering-sering ganti kasa luar (yang bisa saya ganti sendiri), badan yang lemas karena masih mengonsumsi antibiotik, pain killer, dll. Perasaan yang tidak keruan sampai sempat ingin minta obat penyetop ASI karena tidak tahan dengan lamanya proses pemulihan (lubang-lubang itu lama menutup karena selalu basah rembesan ASI) dan capek karena tiap 2 hari sekali harus mondar-mandir RS untuk ritual ganti kasa. Tapi Alhamdulillah saya punya ibu, suami, anak dan dokter bedah yang luar biasa, selalu mendukung dan mengingatkan kalau saya pasti bisa melewati ini.
RAINBOW AFTER THE RAIN
Dowvan sewaktu berumur 5 bulan
Selain kata-kata dokter, ibu dan suami saya yang selalu bilang semua akan baik-baik aja, Dowvan adalah motivasi saya untuk tetap "mempertahankan" ASI saya. Bagi saya, ASI adalah hak dia yang dititipkan melalui saya, rasanya sangat egois kalau saya masih bisa memproduksi ASI sebanyak saat itu, tapi saya putuskan untuk berhenti. Saya juga memotivasi diri dengan cara mengingat momen saat saya salah memberikan data pada bos besar yang berakibat dia dipermalukan di depan umum, waktu itu rasanya dunia saya runtuh, sangat takut, tapi buktinya ketika sudah berakhir dan saya perbaiki, saya bisa move on dan baik-baik saja. Saat itu, saya yakin suatu saat setelah semua penderitaan berakhir saya akan baik-baik saja dan tidak akan menderita.
Saya ingat hari saat akhirnya semua luka sudah menutup, hari terakhir kontrol ke dokter bedah, 1,5 bulan setelah hari operasi, saya sudah bisa tertawa lebar, semua sudah bisa dibilang baik-baik saja dan rasa menderita sudah tidak ada. Selama masa pemulihan dan sampai sekarang pun saya bertekad, saya tidak akan "malu" dan ragu-ragu untuk menceritakan ini, saya tidak mau ada orang-orang yang merasa sama seperti saya, kurang informasi, merasa sendirian, dan tidak tahu mengenai apa yang sedang dia derita. Saya pun makin rajin untuk mencari informasi mengenai ini.
Sekarang, Dowvan sudah 7 bulan, sehat, ceria dan saya sangat bersyukur dengan segala perjuangannya Dowvan masih terus minum ASI (walaupun saya harus E-Ping karena dulu saya selalu sedih kalau melihat bajunya basah (kuyup) setiap menyusu dan akhirnya saya lebih memilih pumping).
Saya juga sudah baik-baik saja, tidak ada lagi rasa mengerikan dan menyedihkan yang dulu selama 1,5 bulan saya rasakan, tidak ada rasa sakit, ASI lancar, walaupun ada 3 "kenang-kenangan" yang kemungkinan tidak akan hilang, but it's ok, bener-bener kebayar dengan bisa melihat Dowvan sehat, tertawa setiap hari, aktif dan bahagia.
Even if there is pain now, everything would be all right, for as long as the world still turns, there will be night and day. There's a rainbow always after the rain.
halo mom semua... mohon saran dan sharingnya ya
Saya juga mengalami infeksi hingga harus operasi abses mamae di PD sebelah kiri saat usia baby 2 bulan.
Luka sebesar ibu jari lubangnya. tetapi sudah hampir 2 bulan luka belum menutup dan masih basah
selama ini hanya diganti kasa / perban secara berkala (2 atau 3 hari dan di bersihkan dgn NaCl)
1 minggu ini sedang dicoba menggunakan Sanoskin (sejenis salep yg berbahan dasar madu) yang tentunya atas saran dokter bedah.
PD kiri tetap saya susui dan pumping kalo di kantor (atas izin dokter), pumping pun hanya 2x untuk PD kiri ini (atas izin dokter)
kenapa luka saya masih basah dan blm ada tanda menutup ya mom... mohon saran dan infonya ya... terima kasih....
Saya juga mengalami abses & dioperasi tgl 17 Maret 2016 lalu. Sayang sekali, saya baru baca disini kalo propolis melilea bisa membantu melawan bakteri penyebab mastitis.
Setelah di-insisi, saya masih melakukan fisioterapi infrared laser utk sisa-sisa bagian pd yg keras/grenjel. Sudah terapi 5x, seharusnya masih lanjut, setidaknya 1x lgi, krn kalau pd sdh penuh asi, bagian yg grenjel keluar lagi sedikit. Jdi harus dikompres dgn botol asi berisi air panas. Terus baru disusukan (biasanya babyku gak mau nyusu sampai habis, cuma sebentar aja) atau dipompa (setelah babyku ga mau nyusu) atau dipencet/pijat (dipleret istilah Jawa) setelah gak mempan dipompa.
Terapinya di Sidoarjo, jd sy gak bisa tiap hari/rutin ke sana. Saya di Malang.
Utk ibu2 disini yg juga di-insisi, sy mau tanya, apakah setelah di-insisi, bentuk pd ibu berubah??
Krn pd sy yg kiri (insisi) sejak selesai operasi, bentuknya jadi mengecil (mungsret) atau bisa dibilang tepos kata suami sy.
Seolah-olah saat operasi ada jaringan yg dikerok. Jd skr pd kiri & kanan tidak sama.
Padahal sebelum operasi, justru pd kiri yg mastitis itu membengkak 2x lipat dr yg kanan. Sekarang justru mengecil hampir setengahnya.
Apakah memang demikian kalau selesai di-insisi?
Terima kasih utk yg sudah mau sharing...
Tuhan memberkati
Saya juga mengalami mastitis dan telah di operasi tanggal 2 Feb 2016 lalu. Proses operasinya sekitar 30 menit dan saya sadar sekitar setengah jam nya kemudian atau lebih.Bekas operasi tidak dijahit, ditaro tampon dan ditutup kain kasa. Esok pagi nya dengan infus anti nyeri yang masih terpasang, saya ganti perban di Dokter.Saat itu belum merasa sakit, mungkin karena masih ada anti nyeri nya. Tidak merasa sakit di bekas operasi dan tidak merasa sakit juga keesokan harinya ( hari ke 2 ) setelah infus dilepas. Tadinya saya sudah berpikir pasti akan sakit sekali saat infus anti nyerinya tidak dipasang lagi. Tetapi ketika hari ke 3 kembali ke RS untuk dibuka perbannya dan ganti perban baru merasa sakit. Saat itu dokter berkata ASI tetap jalan terus aja,anak saya sudah berumur 2 tahun 2 bulan saat itu. Tetapi memang sejak bayi cuma mau asi di sebelah kanan, kiri tidak mau. Jadi yang dioperasi ini ,yang kena mastitis adalah sebelah kiri. 2 minggu setelah operasi, hasil laboratorium mengatakan Granulomatous Mastitis. Dokter saya berkata ini adalah semacam radang kambuh kambuhan, jadi saya diberikan obat 2 macam, Methotrexate dan asam folat. Saya mungkin sudah keburu stress mendengar kambuh kambuhan sehingga lupa bertanya juga apakah aman obatnya buat ASI? sehinggga ketika mulai minum minggu lalu, saya perhatikan anak saya kenapa sehari bisa BAB hingga 5x walaupun tidak diare, bab nya bagus. Saya berpikir dia tidak cocok lagi dengan susunya ( ada tambahan susu juga selain asi ), sehingga saya hentikan susunya. Bahkan saya sampai berpikir tidak cocok beras dan ganti beras merek lain . Terakhir tadi malam baru terpikir sepertinya karena asi saya, lalu saya tanya dokter saya, baru dokter saya berkata kalo minum Methotrexate maka ASI harus di stop. Terpaksa saya stop kasih ASI mulai tadi malam dan hari ini anak saya tidak sering sering BAB lagi. Apakah ada di antara sis sis yang hasil PA nya granulomatous Mastitis juga ? apakah ada yang mempunyai pengalaman kambuh kembali ?
Saya juga abses dan di operasi 4 des 2015 lalu. Di KMC juga. Dengan dokter Mira juga mba. Saya masih menyusui hanya dari 1 payudara saja nih mba karna baby setiap nyusu dari payudara yg sudah di insisi selalu hanya sebentar saja ngisep nya. Dan asi yg keluar tidak banyak juga keluar dr puting. Makanya baby jadi ogah nyusu dari situ kali ya mba? Solusi kata dokter teap di susuin aja baby nya pake payudara yg di insisi. Tapi yah bgitu, yg kelyar masih dikit. Di pompa pun ga keluar. Mohon bantuan nya mba.. kali aja ada yg punya pengalaman sama...
Mba ikarah.. saya sedang mengalami kasus ini,, saya sedang coba pake propolis.. dedenya juga g mau nyusu di payudara kiri.. maunya dipayudara kanan saja.. mba sampe kapan dedenya nyusu dipayudara kanan??