Luh Made Diandra A.K

Oleh the urban mama pada Senin, 04 Oktober 2010
Seputar Our Stories



Luh Made Diandra A.K, (Diandra), 26 tahun, stay-at-home mommy, menikah dengan Johanes H Sonny Pattirajawane (25 tahun) dan memiliki seorang putra bernama Matius Benjamin Pattiradjawane (Ben), lahir di Jakarta, 1 Juni 2009.



Saya dari kecil terbiasa melihat betapa beratnya ibu saya menjadi seorang ibu rumah tangga, hidup saya pun terdoktrin oleh beliau untuk terus berkarir. Ibu saya selalu mengingatkan saya, "Jangan sia-siakan ilmu yang telah kamu dapat, teruslah berkarir tapi jangan lupa dengan keluarga. Kamu tidak mau kan bernasib seperti Mama, untuk beli bedak saja Mama harus menyisihkan uang dapur".
Miris? Pastinya. Sedih saya melihat kenyataan itu. Ibu saya memang telah menjadi ibu rumah tangga dari awal pernikahan tanpa pernah mengecap dunia kerja. Mulai saat itu, saya bertekad untuk harus bekerja. Bukan hanya karena ingin bisa membeli bedak dari uang saya sendiri, tapi untuk bisa membahagiakan ibu saya yang selama ini waktunya telah didedikasikan untuk keluarganya.


Saat semester ke-7, saya diterima KP (Kerja Praktek) di sebuah perusahaan luar negeri bergengsi yang bergerak di bidang service oil company dan perusahaan inilah yang akhirnya menjadi tempat saya berkarir, selain itu momen saat saya KP itulah saya berkesempatan bertemu suami saya sekarang. Karena berkecimpung di dunia kerja yang sama, kami saling mentolerir "keanehan" jam kerja kami yang mengharuskan kami untuk pergi ke lokasi pengeboran selama berbulan-bulan dan pulang hanya dalam hitungan hari (non-rotasi).



Saya masih ingat, betapa saya terobsesi dengan pekerjaan ini, sampai saya rela tidak diwisuda. Dunia kerja yang saya selami, penuh dengan warna. Di perusahaan inilah untuk pertama kalinya saya bisa menjejakan kaki keliling Indonesia dan bahkan ke luar negeri. Tempat-tempat yang selama ini hanya ada di khayalan saya saja (Dubai, Bahrain, Abu Dhabi, Paris, LA, Houston, Abu Dhabi, KL, Labuan, KK, Miri, Singapura) akhirnya saya bisa ke sana.


Namun semua impian saya harus berakhir saat putra pertama kami, Ben, lahir. Ben lahir saat usia kandungan baru 28 minggu dengan berat 1195gram dan panjang 37cm melalui operasi caesar. Kelahiran dini itu dilakukan dikarenakan ketuban pecah. Masih lekat dalam ingatan saya saat suami ditanya, "Bapak harus memilih antara sang ibu atau sang bayi, karena istri bapak sudah mengalami infeksi yang menjalar ke anak Bapak". Pertanyaan yang sangat berat, tetapi suami saya tetap insist untuk memilih dua-duanya. Puji Tuhan ternyata Tuhan masih sayang dengan keluarga kecil saya, Tuhan mengijinkan kami untuk bersama-sama berkat kuasa-Nya. Setelah 3bln lebih dirawat di NICU dan menjalani berbagai operasi, akhirnya putra terkasih kami diijinkan pulang. Saat itulah saya harus memilih antara keluarga saya atau karir saya.



Posisi saya dikarir sedang "bagus-bagusnya", saya baru saja diangkat sebagai acting manager untuk Jakarta operation. "Great achievement", terutama karena saya perempuan (jarang perempuan yang bisa duduk diposisi itu) dan baru berusia 25 tahun. Namun mengingat semua perjuangan Ben selama dirawat di NICU, penyesalan saya karena terlalu aktif saat hamil, membuat saya memutuskan untuk menjadi seperti ibu saya. Setelah 4 tahun berkarir dan melalui pergumulan batin yang sangat hebat, saya memutuskan resign dari posisi saya. Banyak pihak yang menyesali keputusan saya, tapi tekad saya sudah bulat, saya memilih untuk menjadi stay-at-home-mom.



Walaupun terkadang saya merindukan dunia kerja yang sudah seperti keluarga sendiri, merindukan business trip gratisan, dan pastinya sangat merindukan gaji saya, ternyata keputusan yang saya ambil sangatlah tepat, motorik Ben yang selama ini terlambat (pada usia 8 bulan, 5 bulan usia koreksi, jangankan tengkurap, Ben bahkan belum mampu untuk miring-miring) akhirnya saat ini sudah mulai mampu mengejar ketinggalannya.


Ya, Tuhan ternyata sudah memiliki rencana untuk keluarga saya, rencana yang pastinya jauh lebih indah daripada sekedar uang. Yap, keluarga saya jauh lebih berharga dari sekedar materi.

Kategori Terkait


Tag Terkait

84 Komentar
queen maha
queen maha March 12, 2012 8:44 am

Mommy Ben, bangga yah jadi mama? Tidak ada pengorbanan sebesar pengorbanan mama.

Percaya deh, hidup itu sebenarnya tidak muluk-muluk. Uang bukan sahabat, prestasi bisa usang, dan eksistensi sebenarnya punya banyak 'efek samping'. Tapi ada nilai yang tidak tergantikan waktu melihat keluarga kita utuh, sehat, dan bahagia. Karir selalu bisa menunggu sampai kita siap kembali ke dunia kerja. Saya sendiri selalu percaya kalau pekerjaan datang dari Tuhan, Dia sudah 'secure'-kan sampai saya siap euy! Jadi enjoyyyyyyy this moment with Stay At Home club like me!!! Masa-masa berharga dengan Ben seperti ini ga akan bisa diulang lagi. Kiss kiss.

Mommy Giselle. *yang baru resign juga ;p

DianHilman March 5, 2012 4:58 pm

hi Diandra, ceritamu hampir sama dengan yg aku alamin. anak ku pertama lahir 33minggu dgn berat 2040gr (masih lebih besar dari Ben) rawat perina 3bln sampai badannya habis kayak tengkorak & kulitnya hitam kayak anak2 afrika :(
tapi alhamdulillah, semua ketertinggalan bisa di kejar, badannya tumbuh sehat.. skrg 5.5thn..
jujur, baca postingan mama diandra bikin aku nangis and flashback ke masa lalu :)
skrg aku sendiri udh kembali kerja sejak anakku umur 2thn, kemajuannya pesat dan udh bisa ditinggal :)

Santi
Santi February 17, 2012 1:32 pm

Semoga ben sehat terussss dan makin pinter ya ...

mama diandra pasti ga akan nyesel dech krn udah mili jd "stay at home mom" ...

iyu
iyu January 27, 2012 11:43 am

mama Diandra yang hebat. peluk cium buat Ben, he so small at the picture.
suami dan Ben pasti bangga punya diri mu.
very touching and inspiring story, hug for you mom

Vini Putri
Vini Putri October 31, 2010 2:38 pm

Inspiring story, mdh2an aq bs jg spt itu, menjd ftm. Salam cium buat Ben yah, smoga sehat teruss..