Mempersiapkan Persalinan yang Damai

Oleh Febi Purnamasari pada Kamis, 05 Januari 2017
Seputar Our Stories
Mempersiapkan Persalinan yang Damai

Hari Ibu tahun ini sangatlah spesial karena saya melahirkan anak kedua.

Memasuki trimester ketiga, horornya proses persalinan mulai menghantui pikiran saya. Betapa tidak, persalinan terakhir baru berlangsung 2015 silam dan setelahnya saya memang sempat mengalami trauma melahirkan. Nyeri kontraksi, rasa tegang menanti pembukaan lengkap, proses mengejan yang alot, menyaksikan darah di mana-mana, nyerinya bekas jahitan... Saat itu, butuh berminggu-minggu untuk bisa move on dari rangkaian peristiwa tersebut.

Terlebih beberapa teman juga menceritakan pengalaman melahirkan anak kedua yang menurut mereka lebih menyakitkan. Sebagian bilang mungkin karena belum siap atau terlalu cuek menjalani kehamilan.

Tak ingin trauma melahirkan terulang, saya pun memantapkan hati untuk bersalin dengan bahagia. Menginjak bulan ketujuh kehamilan, saya mulai membaca-baca kembali buku pegangan saat kehamilan pertama. Buku yang membantu saya menghadapi kontraksi tanpa drama: Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dengan Metode Relaksasi Hypnobirthing karya Evariny Andriana.

Saya juga makin tercerahkan dengan membaca buku Ibu Alami oleh Pendiri Yayasan Bumi Sehat Robin Lim. Sang penulis bergerak secara sosial membantu ibu berbagai kalangan di Bali untuk menjalani persalinan alami alias gentle birth.

Kedua buku tersebut berhasil menenangkan hati dan memasuki pikiran alam bawah sadar saya dengan sugesti-sugesti:

  1. Persalinan sejatinya proses alami setiap makhluk hidup dan percayakan itu pada tubuh kita sendiri
  2. Rasa sakit persalinan jangan dilawan, melainkan diterima dan dihadapi. Semakin kita melawan seperti menahan napas, merintih, atau menangis, hal itu justru membuat nyeri makin terasa.
  3. Hadapi rasa sakit dengan bernapas panjang supaya lebih rileks.
  4. Bila badan rileks, rasa nyeri makin kecil.
  5. Ternyata mulut wajah dan mulut rahim saling berkaitan. Jika mulut wajah rileks, begitu pun mulut rahim. Jika kita tersenyum, mulut rahim ikut tersenyum.

Berkenalan dengan Profesi Doula

Saya sempat mencari tahu tentang doula. Yakni, pendamping persalinan terlatih yang memberikan dukungan mental, fisik, dan spiritual lewat edukasi kehamilan, persalinan, sampai postpartum. Bekal pengetahuan tersebut nantinya dapat memberdayakan perempuan ketika menghadapi persalinan. Mereka juga membantu perempuan menghadapi persalinan yang nyaman dan indah, salah satunya lewat hypnobirthing.

Sebenarnya saya ingin sekali melahirkan didampingi doula. Namun, suami kurang setuju karena ia ingin menjadi satu-satunya pendamping persalinan. Akhirnya saya cukup mengambil sesi prenatal dengan doula ProV Clinic bernama Jamilatus Sa’diyah alias Mila yang juga seorang bidan. Pada pertemuan pertama, kami membahas tentang birth plan atau rencana persalinan. Birth plan tersebut berupa kuesioner tentang berbagai kondisi yang nantinya disepakati pihak pasien maupun tenaga medis bersangkutan dalam menghadapi persalinan.

Lewat sesi prenatal ini, saya juga menjadi tahu:

  1. Pijat perineum rutin dapat membuat otot-otot vagina lebih rileks. Lebih detail mengenai caranya, bisa cek akun YouTube "Bidan Kita."
  2. Teknik-teknik yang sering diterapkan para dukun bayi di Asia dan Amerika Latin seperti rebozo sifting, shake the apple tree, dan sebagainya dapat mengurangi nyeri kontraksi jelang melahirkan. Selengkapnya bisa dipelajari lewat situs spinningbabies.com.
  3. Gym ball dapat mengurangi nyeri panggul dan otot vagina mendekati persalinan. Ternyata rutin bergerak lembut di atas gym ball sambil beraktivitas membuat rasa nyeri panggul dan otot vagina yang saya hadapi berkurang drastis. Jelang persalinan, saya biasanya pakai gym ball saat menyuapi si kakak makan.
  4. Induksi alami yang rileks dapat mempercepat kelahiran si bayi dan ini berhasil pada saya. Kebetulan hari kelahiran si bungsu maju sepekan lebih cepat dari hari prediksi lahir.
  5. Stres membuat pembukaan mandek. Ini benar adanya. Saya sempat stres sebelum beranjak ke rumah sakit karena gagal bersalin dengan dokter kandungan kepercayaan. Setibanya di rumah sakit, pembukaan saya masih tiga menurut bidan. Padahal, saya sudah mengalami kontraksi sejak 11 jam sebelumnya. Sempat sedikit kecewa, tapi saya mulai berpikir positif, berusaha menghadapi keadaan dengan santai, dan tetap bernapas panjang.
  6. Hati yang tenang ternyata berkontribusi terhadap kemajuan persalinan. Meski sempat ditinggal sebentar-sebentar oleh suami karena mengurus ini-itu, saya tak mau tegang dan merasa sendirian. Saya pun mencurahkan antusiasme menghadapi persalinan melalui media sosial maupun grup Whatsapp. Doa dan dukungan teman-teman membuat saya lebih bersemangat kala itu. Setengah jam kemudian, ketika dokter kandungan yang bertugas bertemu saya pertama kalinya dan memeriksa kemajuan persalinan, ternyata saya sudah pembukaan enam. Tak lama, saya mengalami pecah ketuban, lalu diinduksi, dan melahirkan. 
  7. Saat bersalin, alam bawah sadar perempuan terbuka lebar. Biarkan pikiran-pikiran positif yang masuk dan otak kitalah yang berwenang mengaturnya. Ini juga berhasil saya terapkan, begitupun hipnosis lainnya yang dipelajari selama ini terekam dengan baik dan terealisasi lewat cara saya menyikapi persalinan. Entah kenapa ketika pembukaan akhir, saya ingin melampiaskan klimaks rasa sakit dengan tertawa dan benar saja saya tertawa.

Belum lagi, sang dokter mengompori saya dengan berkata bahwa untuk anak kedua, proses mengejan saya malu-maluin. Alih-alih mematahkan semangat, saya pun menjadikan kalimatnya sebagai pemacu diri untuk membuktikan, saya mampu mengejan dengan baik dan segera melalui perjuangan hebat tersebut. And it worked! Kurang dari lima kali mengejan, si bungsu terlahir ke dunia.

Rasanya lega dan bahagia sekali. Menurut dokter yang menangani, hanya ada sedikit luka pada perineum sehingga kondisi saya berangsur pulih tanpa jahitan.

Alhamdulillah, saya jauh lebih bahagia dengan persalinan kali ini. Semoga lebih banyak lagi perempuan yang menjalani seluruh rangkaian persalinan dengan jiwa, raga, dan pikiran yang damai serta bahagia.

Febi Purnamasari

A new mother of two who loves sharing whatever she has learned from seminars and books especially related to parenting issues. She’s now developing her career path as journalist for a national television. Belly-dancing is her hidden obsession.

15 Komentar
Honey Josep
Honey Josep January 17, 2017 12:55 pm

Congratulations Febi! Welcome Janna!

senangnya ga perlu dijahit jadi pemulihannya lebih cepat :)

Sehat selalu ya!

adhisti rahadi
adhisti rahadi January 15, 2017 10:01 am

Mbak Febi, makasi banget postnya... Sebentar lagi saya juga mau melahirkan dan bener seperti pendapat mbak di awal, kehamilan kedua saya merasa lebih cuek..dan baru sekarang berasa deg2annya. Untung banget baca ini, saya jadi lebih tenang, plus tips2 yang saya belum pernah baca. Semoga bisa lebih rileks lahirannya. Oya selamat ya atas kelahiran anak keduanya :)

Febi
Febi January 15, 2017 1:19 pm

Waaah good luck mbaa, selamat berjuang! Saya doakan persalinannya tenang dan semoga tips-tips di atas berguna saat hari H :)

Retno Aini
Retno Aini January 7, 2017 3:10 am

Selamat ya mama Febi, proses kelahiran baby Janna lancar. Semoga sehat2 selalu. Wah jadi pengen baca bukuya Ibu Robin Lim juga, mana tahu nanti kepakai pas hamil anak kedua :D

Febi
Febi January 15, 2017 1:18 pm

Amiiin, terima kasih dukungannya, mba Aini. Hihihi iya recommended deh bukunya Ibu Robin itu :)

Agatha Nuri Prasanti
Agatha Nuri Prasanti January 6, 2017 4:56 pm

Selamat mba Febi untuk kelahiran anak keduanya. Menginspiratif sekali ceritanya dan membuat saya tersentil bahwa sampe saat ini masih ada kenangan menakutkan tentang persalinan. Semoga perlahan-lahan bisa hilang dan suatu saat nanti siap untuk hamil lagi.

Febi
Febi January 15, 2017 1:15 pm

Amiiin mba Agtha. Semoga kelak bisa mengalami persalinan yang lebih indah ♡

Leila Niwanda
Leila Niwanda January 6, 2017 8:03 am

Masya Allah, persiapannya kereeen, Mba. Inspiratif deh. Selamat ya atas kelahiran bayinya, semoga sehat semuanya dan happy breastfeeding :).

Febi
Febi January 15, 2017 1:14 pm

Amiiin terima kasih dukungannya, mba Leila :)