Setelah menikah, seminggu kemudian saya langsung diboyong suami ke Korea. Sebulan kemudian pun saya hamil. Padahal seminggu sebelum cek kehamilan saya main ski bersama suami dan jatuh berguling guling dari ketinggian.
Semasa kehamilan, saya merasakan banyak kemudahan dan kenikmatan tersendiri.
Hal pertama adalah subsidi yang diberikan kepada setiap wanita hamil yang berada di Korea termasuk warga negara asing sebesar 400.000 won,- untuk biaya pemeriksaan kehamilan. Dokter membuat surat rujukan yang kemudian saya bawa ke Korean Bank. Proses pengurusan account hanya sehari dan besoknya saya sudah punya debit card yang tinggal saya "gesek" setiap kali periksa kehamilan. Sampai waktu melahirkan saya hanya keluar uang kira-kira sebesar 70.000 won dari kantong sendiri untuk biaya pemeriksaan.
Ketika saya hamil 5 bulan, saya mendapat undangan dari walikota Anyang, tempat saya tinggal. Saya tidak mengerti begitu jelas isi undangannya, tapi saya datang saja bersama teman saya yang juga sedang hamil. Teman saya orang Indonesia yang menikah dengan lelaki korea. Sesampainya di tempat undangan, suasana begitu sesak dan hiruk pikuk dengan wanita-wanita berpipi chubby dan berperut buncit. Rupanya undangan tersebut adalah konser musikal gratis yang ditujukan untuk ibu-ibu hamil sekota Anyang. Saya pun menikmati konser itu, bayangkan saja wajah-wajah seperti personil SUJU dan 2PM bernyanyi seriosa di depan ibu-ibu hamil. Selesai konser acaranya lebih menarik lagi, doorprize. Ada nomor dibawah bangku kita dan siapa yang beruntung bisa mendapatkan hadiah seperti bak mandi, baby walker, car seat, stroller, blender, dispenser, slow cooker dan itu semua bermerek favorit para mama muda. Sayang saya kurang beruntung, jadi hanya bisa gigit jari. Namun ternyata saya tidak diijinkan gigit jari, karena keluar dari concert hall sudah berbaris petugas yang membagikan goodie bag besar berisi peralatan bayi seperti bedong 1 lusin, baju newborn, shampo, sabun, lotion, botol, pencuci botol, handuk, dll.
Saya banyak menggunakan transportasi subway kemana-mana. Subway Korea memiliki area khusus ibu hamil dan lansia yang walaupun kereta sedang penuh tidak akan diduduki oleh yang tidak hamil ataupun lansia. Jika area itu penuh, akan selalu ada orang yang memberikan tempat duduk segera. Hal ini mungkin juga dapat ditemukan di Indonesia, walaupun teman saya suka curhat sedih karena sering sekali lelaki di busway pura pura tidur kalau lihat dia yang sedang hamil berdiri.
Udara di Korea sangat segar khususnya di musim semi dan gugur. Ketika hamil setelah menyiapkan keperluan suami ke kantor, saya sempatkan jalan pagi keliling taman dan menyusuri sungai. Padahal saya tinggal di kota bukan di desa, namun udara segar tidak sulit untuk saya hirup setiap harinya.
jalan menyusuri sungai di depan apartemen |
Mungkin orang orang berpikiran melahirkan di luar negeri mahal, namun ternyata murah sekali. Saya melahirkan di RSIA Bombit yang bisa dibandingkan dengan salah satu RSIA yang berada di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Biaya persalinan dengan rawat inap 4 hari di kamar VIP, paket facial dan creambath, bubble theraphy, kelas menyusui dan berbagai fasilitas rumah sakit yang modern hanya menghabiskan dana sebesar 400.000 won atau kurang lebih Rp. 3.240.000,-.Tetapi saya dengar pasang IUD di korea mahal sekali yaitu sebesar Rp.3.000.000, sedangkan saya pasang di Jakarta hanya seharga Rp.500.000,-.
Suami sedang main game selama menunggu di rumah sakit |
Suami juga mendapatkan cuti selama 3 hari, di negara lain ada yang suaminya mendapat cuti selama sebulan. Wah, yang ini penting karena setelah melahirkan peran suami sangat dibutuhkan.
Beberapa vaksin imunisasi di Korea gratis, seperti Hepatitis B, DPT, BCG, Polio dan MMR. Sehingga budget ivaksin - vaksin tersebut bisa dialihkan untuk vaksin lainnya yang harganya cukup mahal seperti rotavirus, PVC dan HIB.
Last but not least, flea market. Daerah tempat saya tinggal banyak "bule bule" yang sementara tinggal di Korea. Saat akan pulang kampung mereka menjual murah semua isi rumahnya termasuk barang-barang bayi. Saya membeli bouncer, play mat, mainan bayi, buku-buku dari flea market dengan harga miring dan kondisi barang yang masih sangat bagus.
Demikian nikmatnya masa-masa hamil dan melahirkan di Korea, tetapi memang tidak sebanding dengan menderitanya saat ngidam bubur ayam abang-abang dan saat baru melahirkan tidak ada mbok mbok pijet yang siap sedia.
Halo puan.. Saya Aliah dari Malaysia.. saat ini menetap di Korea dan ingin melahirkan anak di sini.. ingin tahu lebih lanjut lokasi hospital yang puan melahirkan tu di mana ya? Harap puan dapat contact saya di alamat email
[email protected]
Halo bund,,salam kenal.btw bunda nikah sama WN korea ya? Q juga,,,q mau tanya dong bund seputar visa.pasti bunda juga sebelum ke Korsel ikut suami harus bikin visa dulu kan di kedubes Korsel di Jakarta?btw bunda pake visa apa?n ribet ga ngurusnya?? N berapa lama proses pembuatan visanya di kedubes? Makasih ya bund,,
Malam MommyMinjee...
Bolehkan aku minta kontak moms untuk keperluan wawancara tentang pengalamannya melahirkan di Negeri Ginseng? moms bisa mengirimkan No. HP moms ke email [email protected].
terima kasih
Terima kasih sekali untuk respon cepat dan penjelasannya yang lengkap. Kami tinggal di Kota Wonju, Provinsi Kangwon (Kangwon-do). Saat ini kehamilan istri sudah masuk minggu ke-34, diperkirakan HPL ada pertengahan April nanti. Sebagai tambahan informasi, bantuan pemerintah untuk prenatal test dinaikin mulai tahun ini jadi 500 ribu Won. Untuk pengalaman yang lain sepertinya mirip dengan cerita di atas.
Sekali lagi terima kasih....
Hai mas tinggal dimana?
Surat pengurusan ga sulit kok.. Keluar dr rumah sakit kita minta keterangan kelahiran dr rumah sakit (biasanya lgsg dikasi pas ambil bayi) trus dibawa ke kbri plus foto bayi pake latar belakang kain putih, akte nikah ortu, plus paspor kita.. Biaya sekitar 50$ .. Kurang lebih 3 hari sudah jadi akte lahir plus paspor nya..
Untuk alien card saya diurus kantor suami, tp kalau mau urus sendiri mudah jg.. Bawa aja paspor bayi dan orang tua plus akte kelahiran dalam bahasa inggris. Nanti akte yg dikeluarkan kbri bahasa indo dan kita translate sendiri trus bawa ke kbri utk dilegalisir.. Biaya nya saya lupa mungkin 40 ribu won..
Kira2 seperti itu ya mas.. Mohon maaf klo ada salah2.. Karena saya sudah agak2 lupa.. Klo ada tambahan info dr suami saya nanti saya kirim email.. :)