Saat Mama yang sedang menyusui sakit yang pertama menjadi kekhawatiran Mama adalah apakah Mama harus berhenti menyusui?
Apalagi bila Mama menjalani terapi medis berupa mengkonsumsi obat-obatan, seringkali para dokter yang merawat Mama akan memberikan saran yang “aman” yaitu berhenti dulu menyusui hingga sembuh. Padahal sangat jarang kasus penyakit pada Mama menyusui yang mengharuskannya berhenti menyusui. Dalam tulisan kali ini akan dibahas mengenai perlukah berhenti menyusui saat Mama sedang sakit dan keamanan obat-obatan yang Mama konsumsi selama sakit.
Ketika seseorang menyarankan untuk berhenti menyusui saat Mama sakit, harap diingat bahwa ada risiko yang potensial dapat terjadi sebagai berikut:
- Risiko bayi menerima susu formula karena Mama tidak punya stok ASI perah yang mencukupi atau bahkan tidak pernah memerah. Risiko bayi menerima susu formula tentunya sudah umum diketahui seperti risiko alergi, tidak adanya proteksi seperti yang diberikan ASI, kandungan nutrisi tidak selengkap ASI, dll.
- Risiko bayi tidak mau menyusu kembali pada Mama setelah Mama sembuh, yang disebut juga Nursing Strike. Hal ini umum terjadi apalagi bila Mama melakukan penyapihan secara mendadak/tiba-tiba (abrupt weaning).
- Menurunnya produksi ASI Mama. Bisa saja Mama tetap menjaga memerah saat sakit, tapi dengan kondisi yang tidak ideal, frekuensi menyusu dan memerah tidak seperti biasanya, maka produksi Mama dapat berkurang.
Padahal sangat sedikit penyakit yang menyebabkan Mama harus berhenti/kontraindikasi menyusui. Berikut ini adalah daftar beberapa penyakit menurut Dr Ruth Lawrence (ahli laktasi dunia) dan sumber lainnya:
- Infeksi HIV & atau menjalani pengobatan antiretroviral (ARV).
- Infeksi HTLV (T-cell lymphotrophic virus) Tipe 1 atau 2.
- Menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba dan sejenisnya).
- Sedang menjalani pengobatan kemoterapi untuk penyakit kanker.
- Sedang menjalani terapi radiasi.
Saat Mama menderita beberapa penyakit berikut, maka disarankan sementara berhenti menyusui:
- Mama menderita penyakit berat seperti Sepsis, septicemia & harus diopname serta tidak diperbolehkan membawa bayi bersama Mama.
- Cacar air dan Herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1) pada payudara, bayi tidak boleh menyusu langsung pada payudara hingga lesi / blister sembuh. Mama dapat memerah dan memberikan ASI perahnya. Tapi bila saat Mama memerah dengan tangan dan atau alat pompa menyentuh lesi/blister di payudara, maka ASI perah harus dibuang. Payudara yang tidak terdapat lesi/blister boleh disusui langsung oleh bayi.
- Beberapa jenis obat seperti obat psikoterapi, antiepilepsi, golongan opioid, dll.
Mengenai Mama yang terinfeksi HIV, secara umum sarannya Mama tidak boleh menyusui. Namun beberapa negara mulai menerapkan Panduan terbaru dari WHO-UNICEF tahun 2010 (Guidelines on HIV and Infant Feeding 2010). Panduan tersebut menyatakan bahwa setiap negara memiliki wewenang untuk memutuskan asupan untuk bayi dari Mama yang terinfeksi HIV, pilihannya: Mama boleh tetap menyusui dengan pemberian obat antiretroviral / ARV pada bayi, atau tidak menyusui sama sekali. Bila ARV tersedia, maka Mama yang terinfeksi HIV direkomendasikan untuk menyusui hingga bayi berusia 12 bulan. Pengganti ASI (PASI) tidak boleh diberikan jika tidak tersedia PASI yang memenuhi syarat AFASS (Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable, Safe).
Sementara saat Mama menderita TB/Tuberkulosis atau umumnya disebut TBC, panduan di US masih menyarankan Mama yang menderita TB aktif agar dipisahkan dari bayi dan tidak boleh menyusui. Mama baru boleh menyusui setelah minimum 2 minggu menjalani pengobatan TB (OAT/Obat Anti TB). Sementara menurut panduan WHO- Breastfeeding and Maternal Tuberculosis, Mama tetap dapat menyusui dengan meminimalkan kontak dekat dengan bayi salah satunya dengan selalu mengenakan masker saat menyusui serta tangan selalu bersih. Anggota keluarga lain juga perlu diketahui statusnya menderita TB/tidak. Sementara bayi menjalani pengobatan pencegahan/profilaksis TB selama 6 bulan.
Jadi saat Mama menderita penyakit umum (Common problem) seperti batuk-pilek (selesma/common cold), radang tenggorokan, diare dll , tidak ada alasan untuk menghentikan menyusui. Bila dokter meresepkan obat-obatan, pastikan bahwa obat-obatan tersebut sesuai panduan tatalaksana penyakitnya serta aman untuk Mama menyusui. Penting diperhatikan agar Mama rajin mencuci tangan, mengenakan masker saat batuk-pilek, membatasi kontak dekat dengan muka bayi, memperbanyak minum air putih/asupan cairan lainnya.
Lalu apa keuntungan bagi Mama sendiri tetap mempertahankan menyusui saat sakit?
- Menyusui mengurangi stress.
Skin to skin contact dengan bayi serta terlepasnya hormon Oksitosin menurunkan tekanan darah dan hormon stress (cortisol). - Menyusui meningkatkan sistem kekebalan dan mood Mama.
- Menyusui membantu proses metabolisme tubuh Mama lebih efisien, salah satu contohnya usus mama menyerap nutrisi lebih efisien.
- Menyusui membantu Mama mendapatkan tidur lebih banyak dan lebih nyenyak.
Penelitian menunjukkan bahwa Mama yang menyusui dapat tidur 40-45 menit lebih lama dibandingkan Mama yang tidak menyusui serta kualitas tidurnya lebih baik (mencapai deep sleep lebih lama). - Menyusui membuat Mama lebih merasa berharga .
Saat sakit tentu Mama merasa sedih, bahkan marah. Menyusui membuat perasaan Mama lebih fokus pada aktivitas menyusui yang membuat Mama merasa lebih berharga dan memiliki kontrol dibandingkan fokus pada perasaan sedih dan marah tersebut. Tentu saja Mama perlu dibantu dalam memposisikan bayi, memindahkan bayi dll.
Untuk posisi menyusui bisa memilih posisi Side lying/Laid back breastfeeding ini:
Posisi Menyusui Side Lying (Berbaring) dan Laid Back Breastfeeding sering digunakan saat Mama sakit.
Saat Mama sedang sakit, ASI Mama mengandung antibodi yang spesifik akan penyakit Mama saat itu, tentu saja melindungi bayi dari menderita penyakit yang sama. Bila bayi tertular dan menderita penyakit tersebut, tidak akan separah/seberat yang Mama alami.
Mengenai keamanan obat-obatan untuk Mama menyusui, ada beberapa sumber/database yang bisa digunakan tenaga kesehatan dan juga Mama. Salah satunya database yang disusun oleh dr Thomas Hale. Dr Hale mengeluarkan Lactation Rick Categories yang secara umum dibagi menjadi beberapa kategori berikut:
L1 (Safest/Paling Aman), L2 (Safer/Lebih Aman), L3 (Moderately Safe/Cukup Aman), L4 (Possibly hazardous/Kemungkinan berbahaya), L5 (Contraindincated/Dilarang untuk diberikan pada Mama menyusui).
Bila ada tulisan NR (Not Reviewed) artinya obat tersebut belum diteliti keamanannya. Mama bisa melihat database dr Hale ini di website berikut: http://www.medsmilk.com/
Ada dua website lain yang bisa menjadi rujukan database keamanan obat-obatan untuk Mama menyusui. Yang pertama adalah www.drugs.com serta LactMed (Drugs & Lactation Database) . Jangan lupa yang dimasukkan bukan merk obat tapi kandungan aktifnya.
Pertimbangan lain yang perlu ditanyakan ke dokter saat meresepkan obat bagi Mama menyusui adalah:
- Usia bayi. Makin besar usia bayi apalagi bila bayi sudah mulai mengkonsumsi MPASI maka bayi sudah mulai berkurang frekuensi menyusunya, yang berarti makin sedikit paparan obat yang masuk melalui ASI ke dalam tubuh bayi.
- Berapa lama jangka waktu pengobatan. Beberapa obat-obatan dinilai aman bila dikonsumsi dalam jangka pendek, tapi bisa berbahaya untuk bayi bila dikonsumsi jangka panjang.
- Apakah obat termasuk kategori short acting? Pilihan obat short acting lebih baik karena artinya kandungan obat berada di dalam tubuh Mama dalam jangka waktu pendek.
- Bagaimana cara pemberian obat. Pemberian obat via injeksi (suntikan), mulut atau intravena (IV-infus).
- Apakah obat tersebut walaupun aman tapi mempengaruhi produksi ASI. Ada beberapa obat yang menghambat produksi ASI, contohnya Pseudoephedrine (dekongestan) yang terkandung di dalam obat sinus, batuk-pilek. Begitu pula dengan metoda pengatur kehamilan hormonal berupa pil maupun injeksi yang mengandung estrogen. Obat-obatan lain seperti Bromocriptine & Carbegoline yang merupakan obat ketidakseimbangan hormon efeknya menekan hormon prolaktin.
- Obat yang dinyatakan aman untuk Mama yang sedang hamil belum tentu aman untuk Mama yang menyusui. Hal ini karena selama kehamilan, janin bergantung pada tubuh Mama untuk mengeluarkan racun, berbeda dengan bayi yang sudah lahir yang menggunakan ginjal dan hatinya yang belum matang untuk mengeluarkan racun.
Contoh penggunaan Database LactMed, contoh kandungan aktif obat penurun demam & pengurang sakit: Paracetamol.
Hal terakhir, sangat penting untuk menjaga produksi ASI dengan tetap menyusui (saat pengobatan yang diperbolehkan menyusui) dan atau tetap memerah rutin bila mampu per 3 jam. Tujuannya untuk menjaga produksi ASI serta mencegah masalah seperti pembengkakan, mastitis dll. Saran dari dr Hale adalah menghindari “Peak Concentration”. Sebagian besar obat memiliki Peak concentration /konsentrasi tertinggi antara 1 hingga 1,5 jam pasca dikonsumsi. Jadi, paling tidak bayi bisa disusui/Mama dapat memerah setelah 2 jam pasca mengkonsumsi obat.
Semoga bermanfaat & Happy breastfeeding! :)
kemarin saya juga sempat sakit, dr. penyakit dalam saya tidak membolehkan saya utk tetap menyusui, sampai2 hasil perahan saya di RS disuruh buang oleh dr.nya, bbrp hari saya sakit, asip sampai habis dan ganti sufor, masalahnya anak saya tidak mau saya kasih sufor.. alhasil setelah saya sembuh, saya langsung kejar tayang menuhin asip dan menyusui untuk buah hati..
baru kemarin saya opname 3 hari, alhamdulillah ASIP cukup buat si Razan 15mo, tapi tetep wanti2 minta obat yang aman buat ansui dan busui, Alhamdulilllah dapat dokter spesilis penyakit dalam yang pro asi juga
Dear Mama Rennyta,
Sudah baca tulisan saya Nutrisi untuk Mama Menyusui?
Juga sebentar lagi akan keluar tulisan saya soal Booster ASI/galaktogog.
Tambahan, baca2:
http://kellymom.com/bf/got-milk/supply-worries/low-supply/
-Monik
Ass..bunda monik..cara meningkatkan produksi asi selain menyusu apa lagi bun??makanan ato suplemen yg bs meningkatkan?
Alhamdulillah, terima kasih infonya mbak monik, membantu sekali ini.