Sebagai orang tua, kita semua sudah paham bahwa pendidikan adalah salah satu investasi terpenting untuk anak. Meski demikian, saya melihat masih banyak diantara kita yang belum benar-benar mengetahui berapa “besar” tanggungjawab yang harus kita siapkan.
Inflasi Pendidikan Tidak Main-main
Satu cerita nyata tentang biaya pendidikan adalah uang pangkal masuk universitas. Kira-kira 12 tahun yang lalu saat saya masuk ke salah satu Universitas negeri di Jakarta, saya tidak membayar uang pangkal dan uang semester hanya sebesar Rp.490,000. Sekarang? Untuk membayar uang pangkal saja, orangtua harus merogoh kocek paling tidak sebesar Rp. 25 juta dengan uang semester Rp. 7 juta. Sehingga, solusi untuk mengalahkan inflasi pendidikan adalah dengan berinvestasi, bukan hanya menabung seperti orang kebanyakan di zaman dulu.
Sebagai seorang ibu, saya tentu saja tidak mau cuek dan menunggu bagaimana arus uang mengalir dalam mempersiapkan dana pendidikan untuk Arzie dan Nizieta, dua buah hati kesayangan kami. Sejak masih hamil, saya sudah mulai mempersiapkan dana pendidikan mereka. Meski, jujur saja, saya sempat melakukan kesalahan selama 2 tahun pertama mempersiapkan dana pendidikan Arzie!
Saat hamil Arzie, saya sudah sangat sadar untuk mempersiapkan dana pendidikannya. Tapi, kesalahan besar yang saya lakukan adalah tidak mensurvei dengan teliti sekolah mana yang kira-kira akan kami pilih. Alhamdulillah, 2 tahun kemudian, saya dan suami akhirnya mendapatkan sekolah yang menjadi pilihan terbaik untuk Arzie. Sehingga, inilah total kebutuhan dana pendidikannya yang kami hitung padatahun 2006 lalu:
Kebutuhan dana pendidikan yang totalnya mencapai Rp. 1,6 Milyar untuk Arzie, memang rasanya cukup fantastis. Tapi, inilah kenyataan yang dihadapi oleh kami dan jutaan keluarga muda lainnya, terutama di kota besar seperti Jakarta. Daripada hanya pusing-pusing saja, lebih baik mulai mempersiapkan, bukan?
Tips Mempersiapkan Dana Pendidikan
1. Untuk kebutuhan Playgroup & TK, karena jangka waktunya pendek, pilihlah investasi dengan risiko rendah seperti tabungan pendidikan atau reksadana pasar uang.
2. Untuk uang pangkal SD, boleh dipilih berinvestasi di Logam Mulia atau reksadana campuran yang moderat. Secara matematis, hasilnya akan serupa.
3. Untuk SMP hingga masuk Universitas, pilihlah berinvestasi di produk yang cukup agresif, memang berisiko, tetapi memiliki potensi imbal hasil antara 20% - 25% per tahun. Contohnya seperti reksadana campuran agresif, reksadana saham, atau di saham biasa.
4. Jangan lupa untuk membeli proteksi asuransi jiwa bagi urban Papa dan Mama yang memang bekerja dan berpenghasilan. Fungsi asuransi ini akan menggantikan risiko hilangnya pendapatan apabila pencari nafkah meninggal dunia.
5. Jika kita ingin memiliki rencana dana pendidikan yang optimal, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan para perencana keuangan independen.
It’s Your Responsibility, Not Others!
“Cintailah anak-anak dan kasihsayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rezeki.” (HR. Ath-Thahawi).
Saya sangat percaya bahwa anak yang dititipkan kepada kita, merupakan tanggung jawab yang harus diurus dengan sebaik mungkin. Nah, ayo kita periksa pengeluaran rumahtangga setiap bulan, berapa prosen kah dari penghasilan Anda yang sudah disisihkan untuk dana pendidikan buah hati tercinta?
Live a beautiful life!
membuka mata sekali mbaa. aku langsung bikin nih tabelnya. pingsan cantik! wkwkwkwk.
Mbaaa bikin acara sama TUM dong mba bahas dapend. Ini pentingb banget buat millenial parents kayak kita kita.
Aku jadi ikutan bikin tabel seperti mba Prita. Langsung pingsan wkwkwkwk! Mba bisa konsultasi di ZAP mengenai dapend ini?
terimakasih infonya mbak
Mbak Prita, aku juga bikin tabel seperti mbak Prita nih. Lebih enak ngeliatnya jadi tau kebutuhan masing-masing tingkat pendidikan. Terima kasih mbak Prita dan terima kasih TUM sudah meluaskan informasi ini. Love TUM banget!