Ini merupakan umrah kedua saya tetapi pengalaman kali ini luar biasa berbeda karena saya mengajak Azima yang saat itu usianya masih 13 bulan. Sejak memutuskan untuk umrah, saya sudah berencana akan mengajak Azima karena saat itu Azima masih menyusui.
Dalam perjalanan umrah ini saya dan Azima ditemani oleh kedua orangtua dan kakak saya. Agak sedih sebenernya karena suami tidak bisa ikut. Sebelum berangkat, saya cari tahu dulu apa saja yang harus disiapkan terutama untuk Azima karena ini pertama kalinya Azima dibawa bepergian jauh ke luar negeri. Untuk dokumen seperti paspor dan visa semua diurus oleh agen. Khusus ke Arab Saudi harus ada buku sehat bukti vaksin meningitis.
Kesibukan mempersiapkan umrah dilanjutkan dengan latihan fisik, membuat checklist dan berbelanja barang-barang yang dibutuhkan. Ternyata barang bawaan untuk Azima banyak juga, ini lebih karena saya pikir lebih baik sedikit repot membawa banyak bekal dari sini daripada nantinya repot mencari-cari selama disana. Untuk kemudahan packing, barang-barang dalam checklist saya buat kategorinya:
- Perlengkapan umum yang semua ada di ransel saya seperti earplugs, plastik kecil, sunglasses, payung
- Obat-obatan, dari mulai vitamin, obat demam, obat batuk pilek, obat diare, obat alergi, salep untuk lebam, salep gigitan serangga, salep kulit, serta cairan antiseptik
- Pakaian, berupa jaket, setelan atasan-bawahan, topi, jilbab, kaos kaki, sepatu serta sandal
- Perlengkapan makan seperti feeding set dan kompor listrik. Walaupun saat itu Azima sudah bisa makan table food tetapi saya berjaga-jaga siapa tahu makanan disana tidak cocok dan mengharuskan saya untuk masak. Terbukti, disana kompornya terpakai untuk merebus sayur-mayur makanan Azima.
- Mainan kesukaan Azima
- Makanan, berupa sedikit beras dan sayuran yang cukup tahan lama
- Diaper pants
- Yang tidak kalah pentingnya: baby gear serta stroller. Saya bawa stroller Peg Perego Pliko Mini, gendongan baby carrier, baby sling, baby wrap serta kain jarik, walaupun yang dipakai ternyata hanya stroller dan baby carrier.
Jarak hotel kami ke Masjid Nabawi sekitar satu blok. Walaupun tidak terlalu jauh, untuk menghemat tenaga kami, Azima biasanya dibawa menggunakan stroller. Karena stroller tidak diperbolehkan masuk mesjid, banyak sekali orang memarkir strollernya di depan pintu-pintu masuk masjid. Pengalaman disana, stroller yang diparkirkan alhamdulillah aman-aman saja. Sesekali karena masjid sudah penuh, kami shalat di pelataran dan Azima didudukkan di stroller agar tidak merangkak kemana-mana. Jangan takut kalau anak menangis karena selama shalat juga akan mendengar banyak bayi-bayi lain menangis, jadi jangan khawatir akan ada yang menegur kita karena anak menangis, hehe. Ketika shalat, berikan saja anak mainan kesukaannya agar anteng dan tenang.
Tujuan selanjutnya dan utama adalah di hari keempat: ibadah umrah di Masjidil Haram, Mekkah. Ini yang bagi saya paling membuat deg-degan karena rukun umrah adalah ihram, thawaf, sa'i serta dan tahalul. Yang saya bayangkan, bisakah saya melakukan semuanya sambil menggendong Azima selama thawaf dan sa'i? Sesampainya di Mekkah, kami bersiap-siap untuk melaksanakan ibadah umrah yang dijadwalkan pukul sebelas malam waktu setempat. Azima terlihat sudah mengantuk, dalam hati saya berdoa semoga saja Azima tenang, tidak rewel dan bisa mengikuti bundanya beribadah dengan khusyuk'. Sama seperti di mesjid Nabawi, di Masjidil Haram pun stroller tidak diperbolehkan masuk mesjid. Yang ada hanya penyewaan kursi roda kalau membutuhkan bantuan saat thawaf dan sa'i. Saya sudah mengetahui aturan ini tetapi ayah saya yang menjadi pembimbing umrah bersikukuh menyuruh saya tetap membawa stroller ke masjid. [/caption]
Pada hari kesembilan, kami bersiap-siap pulang. Rute pulang kami adalah Madinah-Jeddah dengan perjalanan darat selama satu jam, dilanjutkan penerbangan Jeddah-Riyadh-Jakarta sekitar 11 jam. Pesawat pulang penuh tetapi kami dapat lagi satu seat kosong! Di perjalanan pulang ini, Azima sampai sejam sebelum landing.
- Sesampainya di tanah air, saya benar-benar menyadari bahwa banyak sekali kebaikan dan kemudahan yang Allah berikan dalam membantu saya menjaga Azima selama di sana. Untuk Urban mama yang berencana membawa bayi ikut beribadah umrah, tidak perlu ragu dan takut. Yang penting mama sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebaik dan selengkap mungkin, selanjutnya percaya kalau Allah selalu akan membantu kita.
Bayi dibawah 2 tahun bisa mendapatkan kartu meningitis hanya di KKP juanda, tidak di vaksin tp hanya diberi obat sblm keberangkatan. Resep obat nya bisa didapat dari dokter KKP juanda. Silahkan lgsg datang saja kesana utk info lbh lanjut.
Betul, di Indonesia belum tersedia vaksin meningitis yg conjugated. Saya rencana umrah bersama bayi saya umur 15 bulan ngurus buku kuning vaksinasinya di KKP Juanda. Alhamdulillah bisa, prosedurnya mudah dan ngga berbelit
Siang kak...
Mohon informasinya, KKP Juanda disini KKP Juanda di Surabaya ya?
Kemudian apakah bayi tetap di vaksin atau bagaimana?
Saya domisili cirebon dan KKP disini sudah menyampaikan kalau vaksin yg ada tdk bisa untuk anak dibawah 2 th jadi tdk bisa terbit buku kuningnya.
terima kasih sekali infonya kak..
Baby saya 8 bulan. Kalau dulu, vaksin meningitis dibawah 2 tahun masih bisa. Tapi sekarang udah gak bisa. Tapi ternyata yang bisa itu di KKP Juanda. Daftar online dulu, trus nanti diberi rekomendasi ke dokter spesialis. Alhamdulillah bisa
Hi mbak. Boleh tau suntik meningitisnya dimana ya ?. saya coba tanya dimana2 vaksin meningitis yg tersedia hanya untuk usia 2 tahun ke atas. .
Bagaimana cara dapat buku kuning untuk anak usia dibawah 2 tahun sementara vaksin miningitis conjugate tidak tersedia di indonesia