salut untuk mommies yang terus berjuang untuk ASIX...
saya sendiri sejak sebelum hamil adalah penganut paham #kibulansusu yang teorinya di Indonesia banyak dikampanyekan oleh Erykar Lebang pakar Food combining. oleh karena itu selama hamil saya tidak sama sekali mengkonsumsi susu hamil produk sapi dan berniat keras untuk memberikan asi kepada bayi saya begitu lahir tanpa sedikitpun ada unsur sufor yang masuk kedalam tubuhnya.
disaat mommies lain saat hamil sibuk mempersiapkan kebutuhan bayi seperti stroller atau bouncer atau mainan-mainan lain, saya fokus kepada kebutuhan primer bayi saya nanti yaitu asupan makanannya, asi. menginjak usia 6 bulan saya mulai mengikuti kelas laktasi, pelatihan manajemen kesehatan payudara, memilih RS yang pro asi dan IMD (bersyukur RS tempat saya biasa kontrol hamil sangat pro ASI), karena saya ibu pekerja saya juga membaca review tentang pompa asi baik manual maupun eletrik, mulai dari buatan asia sampai buatan eropa. tidak cuma pompa, wadah penyimpan asip dan manajemen pemberian asip pun saya pelajari.
menjelang hari H, semua pakaian dan kebutuhan baby saya packing sedemikian rupa agar ketika mendadak kontraksi segalanya sudah siap. untuk berjaga-jaga, saya juga membawa pompa ASI dan tas khusus penyimpan asi, saya siapkan terpisah dari tas pakaian agar tidak kesulitan saat diperlukan untuk diambil nanti.
ketika hari H tiba, alhamdulillah saya bisa melahirkan bayi yang sangat sehat dan tampan dengan cara normal. begitu seluruh tubuhnya berhasil keluar dari rahim saya, segera dilakukan IMD, bayi diletakkan di dada saya. bayi saya hanya diam saat itu, tangisnya hanya sesaat dan kecil, tidak ada tanda-tanda ia mau menghisap. 1.5 jam ia diletakkan di dada saya baru kemudian dibersihkan dan diperiksa oleh dokter, tanpa menghisap asi dari payudara saya. saat itu saya belum bisa berpikir apa-apa karena lelah pasca sakit kontraksi.
malamnya, 4 jam pasca lahiran, RS yang memiliki fasilitas rooming in, mengantarkan bayi saya untuk diletakkan sekamar dengan saya. oleh bidan pendamping, saya diajari menggendong bayi secara nyaman untuk diberikan asi. yang terjadi adalah ketika bayi saya diletakkan di payudara saya adalah menangis kencang sekali, bahkan beberapa kali menggigit payudara saya. oleh bidan tersebut, saya diminta bersabar dan terus berlatih karena Ibu dan bayi sedang sama-sama belajar. dari pukul 21.00 hingga pukul 01.00 saya berusaha memberikan asi, meskipun tangisan kencang bayi saya tidak mau berhenti. Ya, ia menolak asi dari payudara saya. Tidak mau menyusu secara langsung. Hingga akhirnya mungkin karena lelah dan lapar, pukul 03.00 ia mau menyusu langsung meskipun awalnya hanya menjilat sembari menangis. ia menyusu dan kemudian tertidur.
tragedi belum berhenti, esok harinya kejadian ini terjadi lagi, bahkan benar-benar tidak mau menyusu langsung hingga keesokan harinya. bayi saya lebih memilih menangis hingga lelah sampai tertidur daripada menyusu langsung dari payudara saya. bidan yang berjaga kebingungan tidak tahu penyebabnya. beruntung di hari kedua, bayi baru lahir masih memiliki cadangan makanan saat masih di dalam rahim, sehingga tanpa ada asupan dari asi pun masih terbilang aman. namun suhu tubuh dan kondisi bayi saya terus dipantau oleh DSA.
di hari ketiga kejadian penolakan menyusu langsung masih berlanjut, DSA yang juga konselor laktasi melakukan visite memeriksa kondisi bayi saya. hasilnya tidak ada kelainan anatomi di mulutnya yang dapat mengganggu perlekatan ke payudara, semua dalam kondisi baik, termasuk keadaan puting dan payudara saya. volume asi saya? sangat melimpah, begitu melahirkan colostrum saya menetes dengan sendirinya. DSA saya bingung, saya lebih bingung. Disaat masalah ibu lain adalah produksi asi yang kurang atau tidak dapat mencukupi kebutuhan bayinya, masalah saya justru lain sendiri, yaitu bayi saya menolak saya, ibunya. patah hati. sedih hati saya.
akhirnya di hari itu DSA saya menganjurkan agar payudara saya dipompa karena bayi saya sudah mulai merasa lapar dan butuh asupan. alhamdulillah, segala peralatan pompa saya sudah siap tanpa perlu meminjam milik RS, meskipun tujuan awal saya membawa pompa adalah untuk mengosongkan payudara setalah bayi saya menyusu langsung. Catatan pentingnya saat itu adalah, pemberian asi bukan dengan dot, tapi dengan sendok atau cup feeder. harapannya agar bayi tidak bingung puting, sembari ibu dan bayi tetap berlatih melakukan direct breasfeeding atau menyusu langsung.
pemberian asi dengan sendok membuat air mata saya berlinangan. bagaimana tidak, bayi sekecil itu dikondisikan seperti orang dewasa yaitu minum dengan memakai sendok. disaat ia lapar ingin menyusu, saya berikan dengan sendok sedikit demi sedikit, namun ia mudah tersedak, dan susu mudah tumpah berceceran hingga ke pipi dan leher. niat saya untuk belajar menyusui langsung tetap kuat, saya belum mau memberikan dot meskipun ibu saya ikut menangis iba dan memaksa saya memberikan susu dengan dot saat melihat bayi saya yang selalu menangis kencang saat diberikan susu dengan sendok karena mungkin ia merasa kurang puas.
3 minggu tanpa hasil, selama 3 minggu itu saya bolak balik ke berbagai konselor laktasi rekomendasi sana sini, mencari tahu apa penyebab ia tidak menyusu langsung. tanpa hasil. terakhir kami diminta rawat inap untuk dilakukan relaktasi. saya tanya bagaimana mekanisme relaktasi, ternyata hal tersebut masih bisa dilakukan tanpa rawat inap. maka saya lakukan relaktasi di rumah, skin to skin, semalaman bayi saya letakkan di dada saya tanpa pakaian, begitupun saya. saat ia menangis lapar saya berikan payudara saya, ia menangis tambah kencang. sampai esok harinya, suaranya habis serak karena menangis tanpa henti dan kelaparan. hancur hati saya, patah hati. iri mengingat cerita ibu lain yang menyusui bayinya sambil bertatapan dan saling senyum, hingga bayi tertidur dan melepas sendiri puting ibunya saat kenyang. sungguh hal romantis dan penuh kasih sayang yang sangat ingin saya rasakan. bahkan saat ini juga sudah digalakkan proses wbw yaitu membiarkan anak berhenti menyusu langsung saat ia sendiri yang menginginkan, entah bagaimana saya menjalankan hal tersebut kepada bayi saya nanti. payudara saya bisa memproduksi asi tanpa pernah dihisap oleh mulut bayi saya saja, sudah sangat membuat saya bersyukur.
setelah relaktasi gagal, saya menyerah. dot saya berikan. setiap 3 jam sekali saya harus pumping agar produksi asi terus berlanjut. saya tidak tega melihat bayi saya terus menerus menangis tidak puas saat diberikan asi dengan sendok. anehnya berbagai macam merk nipple silikon dot bayi saya mau (hiks kenapa nipple ibunya ia tidak mau), minum dengan puas, tidak ada lagi tangis menjengking sampai hilang suara. tidurnya nyenyak dan lama. meskipun begitu usaha saya untuk memberikan asi langsung tidak berhenti, saya terus berusaha. hasilnya seperti biasa, bisa ditebak, menangis kencang, kalau sudah benar-benar marah sambil menggigit puting saya, bahkan beberapa kali baru diangkat hendak diletakkan di payudara ia sudah menangis duluan. hiks
saya sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, bergabung dengan forum ibu menyusui justru membuat saya minder dan takut dihakimi karena gagal menyusui langsung dan menyerah dengan memberikan dot.
sekarang saya sudah masuk kerja, usaha saya adalah harus konsisten pumping 3 jam sekali, payudara penuh atau tidak tetap pumping, alhamdulillah Allah memberikan kemudahan diantara cobaan yaitu asi saya melimpah, sekali pompa 2 PD di siang hari rata-rata 160-200 ml, sedang di saat subuh bisa mencapai 400 ml. freezer kulkas juga sudah penuh oleh ASIP bahkan saya berencana menyewa freezer tambahan khusus untuk simpan asi.
doa saya saat ini adalah mudah-mudahan manajemen penyimpanan asip, dan pemberian asip ke bayi saya sudah benar sehingga gizi dan antibody yang terkandung didalamnya tidak rusak dan dapat diserap oleh bayi saya. sayapun sangat galak dan disiplin kepada babysitter tentang cara pemberian asi dari asi beku-asi dingin- hingga proses pemanasan dengan warmer listrik, saya juga berharap bonding yang tidak terjadi antara saya dan bayi saat menyusu langsung dapat tetap terjaga melalui hubungan kami yang lainnya, selain itu saya juga selalu berdoa agar produksi asi saya terus bertambah hingga lulus asix bahkan sampai usianya 2 tahun nanti. amin