Cerita dari Ruang ASI

Oleh Woro Indriyani pada Senin, 12 Oktober 2015
Seputar Our Stories

Kembali masuk kerja menjadi PR tersendiri bagi saya: bagaimana caranya agar kebutuhan ASI untuk anak saya tetap terpenuhi ketika saya harus kembali ke kantor. Maka dari itu sejak dua bulan sebelum cuti habis, saya sudah menyiapkan ASIP yang bisa dikatakan cukup untuk Rey selama saya nanti bekerja. Alhamdulillah kantor tempat saya bekerja sangat pro ASI. Di kantor disediakan ruangan kecil khusus untuk ibu yang ingin memerah ASI. Walaupun  fasilitasnya sederhana (hanya tersedia kulkas satu pintu, AC dan kursi), saya sangat beryukur karena banyak juga teman saya yang harus memompa di gudang, ruang arsip, atau bahkan toilet.

Memompa ASI di kantor ternyata berbeda dengan memompa ASI yang selama ini saya lakukan di rumah. Di rumah saya bisa memompa kapan saja, tetapi di kantor harus disesuaikan dengan jam kerja. Alhamdulillah lagi, saya mempunyai atasan yang pengertian. Beliau tidak keberatan ketika saya 'menghilang' 30 menit dari meja kerja untuk memompa ASI di ruang ASI yang terletak di basement gedung.

Kantor tempat saya bekerja punya banyak sekali karyawan, sehingga terbagi menjadi dua gedung. Namun hanya memiliki satu ruang ASI di gedung yang baru. Dari kegiatan memompa inilah, akhirnya saya berkenalan dengan beberapa ibu menyusui di kantor. Padahal kami ini satu kantor, tapi baru saling mengenal di ruang ASI. Ada juga beberapa dari mereka yang saya ‘kenal’ lewat email, tapi baru bertatap muka saat sama-sama memerah di ruang ASI. Awal memompa kami hanya ngobrol seputaran ASI, seperti  ‘dapat ASI berapa ml sekali perah?’, ’Anaknya sehari habis susu berapa kalo ditinggal?’ sampai akhirnya lebih akrab dan bisa saling mendukung. Contohnya ketika ada ibu menyusui yang baru masuk mengeluh karena ASI-nya sedikit sehingga harus campur susu formula, kumpulan ibu-ibu menyusui ini pasti langsung menyemangati untuk pompa lebih sering atau menyarankan ASI booster. Menceritakan pengalaman pribadi tentang susahnya mengumpulkan tetes demi tetes ASI di awal-awal, sehingga si ibu tersebut merasa tidak sendiri dan menjadi lebih semangat.


Memompa bersama-sama ternyata memberikan suasana berbeda. Dari yang biasanya saya hanya memompa sambil mendengarkan musik dan kadang merasa bosan, ketika harus pumping bersama teman-teman ternyata lebih seru. Obrolan-obrolan ringan, melepas stres dari pekerjaan nyatanya juga membuat ASI perah yang dihasilkan semakin banyak karena ada rasa senang.  Satu hal yang saya paling suka dari kumpulan ibu menyusui ini adalah dukungan yang kuat and no judgment at all. Walaupun ada yang masih harus campur susu formula karena ASI-nya tidak mencukupi, kami tetap menyemangati dan tidak menghakimi kenapa si ibu tidak booster ini, itu, dll. Ketika ada busui yang lupa membawa peralatan pumping, pasti banyak dari busui lainnya yang dengan senang hati meminjamkan peralatannya. Ketika ada busui yang bercerita anaknya susah minum menggunakan botol, ibu lainnya langsung memberikan semangat dan saran untuk mengunjungi ahli laktasi, dan lain sebagainya.

Semakin hari, jumlah ibu di kantor yang sadar akan pentingnya ASI semakin bertambah. Kulkas satu pintu yang disediakan kantor pun tidak lagi cukup menampung botol-botol ASIP. Akhirnya melalui perwakilan dari salah satu busui, kami mengajukan usul renovasi Ruang ASI ke Direksi. Setelah perundingan dengan Direksi dan Building Management, akhirnya disetujui untuk dilakukan renovasi. Renovasi yang dilakukan hanya mengganti kulkas satu pintu dengan kulkas dua pintu, menambah dispenser, menambah lemari dinding, dan mengganti kursi sehingga bisa muat lebih banyak. Walaupun ruangan tidak bisa diperluas, kami sangat bersyukur karena Direksi juga menyetujui dan memahami pentingnya ASI untuk Putra-putri kami. Friska, teman kami juga suka rela membuatkan DIY berupa tempelan foto-foto putra-putri kami dan ditempel di Ruang ASI. Ruang ASI yang semula hanya tempat kecil biasa, bisa menjadi tempat yang lebih menyenangkan untuk pumping.


Memang kami semua ini lebih banyak menghabiskan waktu di kantor dari pada di rumah, tetapi sebagai ibu, kodrat kami adalah memenuhi kebutuhan buah hati. Walaupun penuh perjuangan, karena memompa disesuaikan dengan ritme kerja, kami tetap berusaha selalu membawa pulang ASIP untuk putra-putri kami. Semoga urban mama yang harus bekerja tetap bersemangat untuk memberikan ASI kepada si kecil dan yakin untuk bisa terus sampai mereka berusia 2 tahun.

16 Komentar
fidnay November 23, 2015 5:17 pm

Keren bangett fasilitasnya lengkap, di kantor saya ruang meeting kecil biasanya dijadikan ruang pumping dadakan, tidak ada ruang pumping khusus, mudah2an direksi berbesar hati untuk mau membuatkan ruang pumping khusus yaa..

Semangat asi :)

jessijess October 23, 2015 2:09 pm

seru banget yah! semoga nantinya makin banyak kantor-kantor yang menyediakan fasilitas serupa sehingga para mommies tidak kerepotan^^ semangat untuk pumpingnya!!

Eka Gobel
Eka Gobel October 19, 2015 9:28 am

Serunyaa..banyak temen di ruang pumping! Jadi tambah semangat ya pumpingnya. Kereen deh semoga selalu kompak yaa

BundKiki October 18, 2015 10:08 pm

Kita bersyukur sekarang banyak yang sudah aware, termasuk para bapak2 yang sudah sangat support.

Cindy Vania
Cindy Vania October 18, 2015 1:22 pm

Happy banget jadi punya banyak teman pumping dikantor.
Kantornya juga asik banget,fasilitas ditambah untuk mendukung para ibu menyusui.