Beberapa pekan lalu, suami tiba-tiba memanggil, dan menyodorkan telepon genggamnya. Awalnya saya pikir ia akan memperlihatkan gambar atau artikel, tetapi ternyata ia menunjukkan ini:
Kalimat-kalimat tersebut terlontar begitu saja saat kedua anak saya tidak cepat merespons perintah saya. Misalnya saat dipanggil untuk makan atau mandi, tetapi ia malah sibuk bermain, diminta memakai baju malah menonton televisi, disuruh merapikan mainan malah membuat tambah berantakan.
Saya terkejut saat melihat tulisan pada ponsel suami. Mungkin tanpa sadar saya sering mengucapkan kalimat-kalimat itu, walaupun saya memang berniat berbicara seperti itu ataupun berperilaku kasar kepada anak-anak. Jujur saja, rasanya kaget dan malu saat melihatnya, ditambah pesan suami saya selanjutnya, “Ingat Bun, setiap perkataan yang kamu ucapkan itu doa buat mereka.”
Saya makin merasa bersalah kepada kedua anak saya. Padahal saya lumayan sering mengikuti pelatihan parenting dan membaca berbagai buku tentang pendidikan anak. Belum lagi mengikuti berbagai tulisan mengenai pengasuhan anak di media sosial. Mengapa tampaknya bekal saya ini tidak berguna karena tidak bisa mempraktikkannya dengan benar?
Saya jadi berpikir apa penyebab saya bisa jadi begitu nyinyir pada anak-anak? Menurut saya, salah satunya adalah kesibukan sehari-hari yang membuat emosi tidak stabil, apalagi jika sedang mengalami masalah. Misalnya saat pulang kerja lalu mendapati rumah berantakan dan anak-anak rewel. Atau sudah seharian di rumah mengurus anak, membereskan rumah, memasak, dan saat diminta makan, si kecil tutup mulut.
Saya sendiri bekerja sebagai dokter gigi, jadi bagaimanapun kondisi pasien atau kasus yang sedang ditangani, saya harus tetap tersenyum dan ramah. Saya pun harus tetap tenang walaupun pikiran sedang bercabang ke mana-mana. Saya juga harus bisa membujuk pasien anak untuk membuka mulut atau menghadapi anak-anak yang tidak kooperatif dan sering melawan secara fisik.
Entah bagaimana, rasanya sulit sekali mempertahankan keramahan dan kesabaran itu saat sudah berada di rumah. Apalagi di depan anak-anak, rasanya mudah sekali hilang kesabaran saat mereka tidak berperilaku sesuai yang kita inginkan. Namun anak-anak yang bisa langsung menghabiskan makanan dengan cepat, saat bangun tidur langsung siap-siap mandi, dan selalu mau berbagi mainan tidaklah bisa terjadi setiap hari, bukan? Sisanya mungkin yang terjadi adalah hal sebaliknya dan yang menggoda kita untuk mengomel.
Saya tidak bisa membayangkan apa yang ada di pikiran mereka jika setiap hari terus mendengar kata-kata, “Ayo cepat habiskan makanannya, kalau tidak nanti kamu sakit!” Sama saja dengan mendoakan agar anak saya sakit ya. Suami pun menambahkan “Ulangi saja terus kalimat yang kamu mau anak-anak lakukan. Tidak perlu diberi embel-embel. Ingat sekali lagi ucapan itu ialah doa bagi mereka.”
Semoga ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua, ya Urban Mama, apalagi saat sedang marah, kesal, atau ingin mengomel panjang pada anak-anak. Pilihlah kalimat yang benar-benar positif, kalimat yang baik, dan berbicaralah seperti kita memohon doa kepada anak-anak kita.
Terima kasih banyak sudah mengingatkan, Mba Annisa... masih suka kelupaan, hiks.
Sama -sama ya mama leila :*
Jadi refleksi diri nih.. Jadi ibu itu memang ternyata harus banyak latihan buat menjaga lisan ya (huhuu masih harus banyak latihan). Makasih banyak remindernya mama Annisa :)
Sama sama mama nisa semoga bermanfaat
jleb banget baca artikel ini. baguuus... :')
terima kasih yaaa mama annisa.
Ah teh ninit terima kasih banyak
samaa mbak< beberapa buku parenting sudah di baca< artikel terkait parenting juga sama tapi sering kali praktik dirumah ngak semulus teori yaa mbak, saat ini saya sendiri masih dalam proses self healing bagaimana supaya kejadian dulu yang saat saya masih sering nyinyir sama anak anak tidak berulang lagi. makasih sharingnyaa mbak
Hai mama annisa banget ya mam kadang suka khilaf dan jadi ngerasa bersalah. Btw, thanks udah baca yaaa
Benar-benar pengingat buat aku yang terkadang suka khilaf. TFS, mba Nisa :)
Hai mama febi salam kenal. Sama-sama mama ini juga jadi pengingat saya sendiri :)