“Ibu sayang sama Adik, nggak?” begitu tanya Lintang suatu sore. Agak kaget saya mendengar pertanyaan ini, sekaligus menduga-duga ke mana sebenarnya arah pertanyaannya.
“Ya sayanglah!” Jawab saya. “Kenapa Lintang tanya begitu?”
Dan Lintang menjawab, dengan sebuah pertanyaan, “Meskipun Adik nangisnya keras sekali, mengamuk-ngamuk kayak tadi malam, Ibu tetap sayang?”
Oh, ini maksudnya, kata saya dalam hati. Sedikit lega, karena arah pertanyaannya bukan sesuatu yg saya harus khawatirkan – seperti tanda-tanda sibling rivalry, misalnya.
Jadi pada malam sebelumnya, Sekar adiknya Lintang rewel 'mengamuk' tak seperti biasa. Menangis keras sekali. Kami menduga, penyebabnya karena tidurnya tidak tenang. Kebetulan ada acara di rumah pada jam yang biasanya Sekar tidur dan cukup banyak orang. Sekar bisa tidur tetapi tentu saja berulangkali terbangun, karena suara-suara banyak orang di sekitarnya. Akhirnya sampai larut malam ia justru tidak bisa tenang tidurnya. Matanya sudah terlihat ngantuk, tetapi terbangun-bangun. Akibatnya… mengamuk!
Kembali lagi ke pertanyaaan Lintang. Saya menjawab, “Ya Ibu tetap sayang Adik. Masa hanya karena Adik menangis membuat Ibu nggak sayang sama Adik."
Lintang menyahut lagi dengan balik bertanya, “Kalau Ibu nggak sayang, Sekarnya pasti Ibu biarkan saja ya, nggak ditenangkan sama Ibu?”
Hmm... saya tak segera mengiyakan.
Akhirnya begini jawaban saya, “Kalau Ibu biarkan anaknya menangis, nggak selalu juga berarti Ibu nggak sayang.
Lintang ingat nggak, dulu waktu Lintang masih kecil dan sudah bisa bicara, kalau Lintang nangis merengek minta sesuatu, Ibu justru bilang, ‘Lintang, kalau bicaranya sambil menangis begitu, Ibu tidak bisa dengar apa yang Lintang katakan dan Lintang minta'?
Jadi ibu tunggu sampai Lintang stop nangisnya. Baru ibu bisa dengar Lintang sudah bisa bicara yang jelas, maunya apa. Lintang ingat, nggak?”
“Enggak!” kata Lintang.
“Ibu dulu sering begitu, biarkan Lintang sampai berhenti menangis," lanjut saya, "Biar Lintang bisa bicara dengan baik maunya apa, tidak sambil menangis dan merengek. Sekarang lihat deh, Lintang pernah minta sesuatu ke Bapak Ibu sambil menangis?"
“Iya ya bu. Lintang nggak pernah lagi. Padahal aku sering lihat anak kecil nangis minta kalau di pasar atau di mal. Aku nggak pernah ya,” kata Lintang, seperti baru tersadar akan sesuatu.
“Jadi menurut Lintang, kalau Ibu diam saat anaknya menangis, biar anaknya belajar bahwa ada cara yg lebih baik untuk bicara yang lebih baik tanpa menangis, Ibu sayang atau tidak?”
“Ya sayang lah,” jawab Lintang.
“Itu buat Lintang. Tapi untuk adik Sekar, kan adik belum bisa bicara. Jadi cara Adik meminta atau memberi tahu sesuatu adalah dengan menangis, Ibu tentu saja tidak bisa membiarkan Sekar menangis sampe diam sendiri, kan? Tapi nanti, kalau ia udah bisa bicara, tetapi tetap pakai cara menangis atau merengek-rengek untuk minta sesuatu, baru ibu ajarkan Sekar seperti Ibu mengajari Lintang dulu. Begitu, Tang…!”
Dan Lintang pun mengangguk paham.
Entah bagaimana, percakapan saya dengan Lintang tentang sayang – tidak sayang itu membawa saya pada sebuah permenungan.
Saya jadi tersadar bahwa, ketika saya atau mungkin juga Urban Mama, berada pada situasi kehidupan yang berat, yang penuh hambatan, rintangan, kesulitan, yang berkepanjangan, dan bala bantuan dari yang Maha Kuasa kok rasanya tidak segera “diturunkan”, maka mungkin inilah juga yg terjadi.
Kerepotan yang saya hadapi saat baru menjadi ibu dari dua anak adalah untuk dihadapi, membuat saya tetap berjalan maju, bukan sekadar merengek meminta bantuan. Setelah saya berhasil menghadapinya, saya jadi tahu cara yang tepat untuk mengatasi masalah yang saya hadapi.
Wah, bagus banget dan bermanfaat artikelnya...
Bekal banget buat aku yang lagi hamil anak pertama :)
Karena sering banget lihat anak kecil menggunakan jurus menangis untuk meminta sesuatu agar dituruti.
Terimakasih mom :)
Terharu akuu, Lintang cantik dan pintar, terkadang pertanyaan lugu dari anak menyadarkan akan arti hidup kita untuk mereka yaa.......
Iyaa... Betul banget mbak Shinta. Eh tapi Lintang - si kakak - itu cowok Tante, hehehe...
*mewek . sepertinya sibuk dengan anak kedua yang baru lahir sampai lupa hal - hal seperti ini, makasih mama veronica sudah menjadi pengingat Saya dan urban mama yang lain *mewek lagi
Jangan mewek dong mbak Ayu.. *kasih tisyu.
Ah terharuuu....
Dan... satu lagi bekal artikel kalau2 miguel nanya2 soal sayang vs ga sayang sama adiknya :) tfs mama!