Tak sedikit beredar artikel populer membahas tentang betapa sakitnya proses melahirkan. Di lain sisi, ada juga artikel yang lain membahas tentang cara melahirkan tanpa rasa sakit. Bagaimana sebenarnya tentang rasa sakit ini?
Sedikit analogi, coba tanyakan kepada sekelompok anak usia sekitar 5 tahun, mengenai apa yang mereka rasakan saat disuntik. Barangkali ada sekelompok anak yang langsung bergidik dan teriak “Sakit bangeeeettt”, tetapi ada sekelompok anak yang dengan bangganya bilang “Tidak sakit lho, beneran”. Jadi disuntik itu sebenarnya, sakit atau tidak sih? Apakah sekelompok anak yang berkata tidak sakit adalah anak yang berbohong?
Sudah menjadi fitrah apabila terjadi proses yang bukan ‘business as usual’ dalam tubuh, maka akan ada sinyal pesan yang disampaikan ke otak. Pesan ini bermanfaat agar pemilik tubuh dapat memilih respon dan menentukan apakah situasi ini berbahaya atau tidak. Maka sudah menjadi hukum alam jika kulit ditusuk dengan jarum, akan ada pesan yang akan disampaikan ke otak bahwa sesuatu sedang terjadi. Pesan ini diketahui dengan adanya sensasi dalam panca indera. Mari kita sebut sensasi (yang belum diberi nama) ini dalam skala 1-10. Sebenarnya, kisaran skala dari sebuah kejadian yang sama tidak akan jauh berbeda. Contohnya, sensasi kulit ditusuk jarum ada di skala 4-5.
Kembali ke terminologi sakit. Menurut The International Association for the Study of Pain, 'sakit' adalah "an unpleasant sensory and emotional experience associated with actual or potential tissue damage, or described in terms of such damage", yang dapat diartikan sebagai sensasi tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang terkait kerusakan jaringan, atau sesuatu yang berpotensi untuk merusak jaringan, atau sesuai deskripsi dari kejadian yang bersangkutan. Sakit menurut Kamis Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah 'berasa tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu (demam, sakit perut, dan sebagainya)'. Sedangkan nyeri menurut KBBI adalah 'rasa yang menimbulkan penderitaan'.
Dari berbagai macam versi pengertian sakit, bisa dilihat bahwa seluruh makna ini sifatnya subyektif, merupakan persepsi atau cara pandang.
Maka bisa jadi sensasi skala 4-5 bagi satu orang disebut sebagai sakit, namun bagi orang yang lain disebut tidak sakit. Walaupun mengalami skala sensasi yang sama, bisa saja satu pihak merasa trauma dan takut mengalaminya lagi, namun pihak lain merasa sensasi tersebut tidak menimbulkan masalah buatnya dan dia tidak takut mengalaminya lagi. Karena sakit merupakan persepsi, maka sebuah momen persalinan bisa saja sakit, namun bisa juga tidak.
Dalam persalinan, upaya untuk memanipulasi atau menggeser persepsi terhadap sensasi kontraksi inilah yang disebut sebagai pengelolaan nyeri. Cara pengelolaan nyeri ini ada yang perlu dipraktekkan langsung pada saat menuju proses kelahiran dengan latihan jauh hari sebelumnya, maupun dilakukan sesegera mungkin ketika kita sadar bahwa kita perlu menyetel ulang persepsi terhadap nyeri persalinan.
Yang perlu dijadikan fondasi sebelum mempelajari teknik pengelolaan nyeri adalah pengetahuan mengenai fisiologi persalinan agar mama memahami bahwa sensasi tidak nyaman mungkin akan muncul sebagai akibat tubuh kita berfungsi dengan normal, dan hal tersebut adalah indikasi baik. Kedua, bagi muslim, adalah dengan menyadari bahwa sakit adalah sebuah jalan penggugur dosa, maka jikapun persepsi masih menganggap bahwa persalinan adalah sakit (yang mana belum tentu sakit), maka kita bisa menjalaninya dengan syukur dan bahagia karena dosa yang berguguran.
Ada berbagai macam teknik pengelolaan nyeri, mulai dari teknik nafas, relaksasi, bantuan visualisasi, gerakan fisik tertentu baik yang dibantu maupun tidak, dan lain sebagainya. Inilah mengapa juga bisa banyak ditemukan video persalinan di mana sang ibu hanya bersantai, tersenyum, tertawa atau mungkin yang terlihat merasakan nyeri namun mampu mengelola dengan baik sehingga tetap santai dan rileks. Bahkan pada kondisi tertentu yang sangat meditatif (khusyu’), seseorang bisa saja tidak merasakan sensasi tidak nyaman sama sekali (zero pain). Tentu saja, zero pain ini adalah bonus, tidak perlu menjadikannya sebagai target.
Apabila menguasai teknik pengelolaan nyeri dan mengubah sudut pandang, bisa saja seorang mama berkata “Melahirkan itu ngga sakit kok” karena memang itulah yang dirasakan, sebagaimana anak kecil dengan berani menyemangati teman sebayanya dan berkata “disuntik itu ngga sakit kok”.
ah! menarik banget ini artikelnya :) rasa sakit pasti ada yah rasanya kalau ngga sakit juga ngga mungkin... yang penting bagaimana kita me-manage ekspektasi tersebut.