Salah satu pendukung keberhasilan pemberian ASI kepada bayi adalah wadah penyimpan ASIP. Sejak hamil, saya mulai browsing di internet tentang wadah penyimpan ASIP. Tinggal memasukkan kata kunci 'botol ASIP', langsung bermunculan artikel sampai tautan online shop penjualnya. Ada botol kaca, botol plastik dan kantung plastik. Dari yang baru sampai rekondisi, alias bekas pakai. Mau yang kapasitas kecil (50 ml) sampai besar (250 ml) pun ada. Waktu itu saya begitu idealis sampai menginginkan segala sesuatu yang baru untuk calon bayi saya, termasuk botol ASIP. Namun setelah browsing, saya memutuskan untuk membeli botol kaca ASIP rekondisi dengan beberapa pertimbangan:
- Botol jenis kaca lebih mudah disterilkan daripada botol plastik yang kemungkinan bisa berubah bentuk karena rebusan air mendidih. Botol kaca dapat dengan mudah dicuci, disterilisasi, dihangatkan dengan warmer dan disimpan dalam freezer.
- Botol kaca bisa reusable, alias digunakan berulang kali. Artinya lebih hemat karena tidak perlu membeli terus-menerus.
- Lemak ASI tidak menempel di botol kaca, jadi mudah dibersihkan dengan sabun cuci dan dibilas bersih dengan air.
- Botol kaca rekondisi belum tentu botolnya kotor atau rusak. Memang kita perlu jeli saat membeli, tetapi kualitasnya relatif tetap sama kecuali kalau botolnya retak atau pecah dalam proses pengemasan dan pengiriman.
- Harganya jauh lebih murah daripada membeli botol baru.
- Botol kaca tidak mudah tergores dan berubah warna.
Jadi, baru atau tidak, sebenarnya tidak mempengaruhi kualitas ASIP dalam wadah kaca asalkan disimpan dengan cara yang tepat.
Sementara jika memilih botol plastik, akan ada lebih banyak faktor yang harus dipertimbangkan, misalnya:
- Harga 1 botol plastik BPA-free jauh lebih mahal daripada 1 botol kaca. Jelas saya tidak mau ada bahan kimia dari plastik mencemari ASIP yang sudah susah payah saya siapkan. Jika dalam sehari saya harus menyiapkan stok ASIP sembilan botol dan harus membawa botol cadangan juga ke kantor, berapa banyak botol ASIP yang harus disediakan? Tentu mahal sekali jika harus menyiapkan botol plastik BPA-free.
- Saya pernah lalai merebus botol plastik sehingga botol berubah bentuk karena panas.
- Botol plastik makin lama warnanya berubah menjadi kekuningan; meski mungkin tidak mengurangi kualitas, tetapi tidak sedap dipandang dan kesannya kotor.
- Mencuci botol plastik juga harus ekstra teliti agar lemak ASI yang menempel bisa bersih sempurna. Jika masih ada sisanya, lemak ini menjadi sarang bakteri/kuman yang merusak kualitas ASIP dan penyebab penyakit pada bayi.
Namun tetap banyak ibu yang memilih botol ASIP berbahan plastik, alasannya lebih karena banyak botol plastik yang sudah kompatibel dengan pompa ASI. Jadi tidak perlu dipindahkan, cukup memasang botol pada breastpump kemudian setelah selesai bisa ditutup dan langsung disimpan.
Oh ya, ada juga kantung plastik penyimpan ASIP. Sayangnya plastik jenis ini bukan pilihan saya untuk stok ASIP. Harganya cukup murah tetapi tidak reusable, alias hanya sekali pakai saja. Plastik ASIP ini bagi saya lebih cocok digunakan saat melakukan perjalanan dinas keluar kota, dengan alasan:
- Tidak mungkin ke mana-mana membawa botol kaca dalam jumlah banyak. Bisa terjadi kemungkinan pecah, retak dan sebagainya.
- Plastik ASIP lebih ringkas dan tidak makan tempat saat disimpan dalam cooler bag atau cooler box.
Seperti kebanyakan ibu bekerja yang akan menyediakan stok ASIP untuk anak, tentunya saya berhitung dulu untuk manajemen ASIP. Dalam hal ini memperkirakan sehari bayinya menghabiskan berapa botol dan berapa stok pengganti yang harus saya siapkan sehari itu. Saya belajar untuk mengkalkulasi kebutuhan ASI bayi di sini. Diperkirakan bayi membutuhkan 750-900 ml ASI dalam frekuensi delapan kali minum per harinya. Tergantung juga kondisi bayi dan seberapa lama kita tinggalkan bekerja.
Singkatnya, sebelum cuti habis, saya harus bisa menyediakan minimal 60 botol ASIP beku di freezer untuk kebutuhan bulan pertama meninggalkan bayi di rumah. Wow, jumlahnya cukup membuat saya deg-degan. Saya harus ekstra memerah ASI pada jam-jam penting disela-sela waktu menyusui di rumah. Padahal di tiga bulan pertama bayi, tentu saja ASI hanya makanan utama dan bayi tidak pandang waktu kapan mau menyusu, kan?
Saya membeli botol ASIP dari berbagai online shop yang dikenal dari media sosial. Ada beberapa botol yang baru, banyak lagi yang rekondisi. Meski pada akhirnya saya menilai bahwa tidak ada perbedaan antara botol kaca baru dan botol kaca rekondisi itu. Saya putuskan membeli botol-botol rekondisi bekas minuman suplemen di salah satu online shop di Bandung. Selain lengkap, harganya bersaing, pelayanannya juga cepat dan memuaskan. Pemiliknya juga ramah dan tidak segan-segan mengajarkan tentang semua fungsi alat tempur ASIP.
Ada banyak pilihan botol kaca untuk penyimpan ASIP, antara lain:
- Botol rekondisi ex-UC1000: botol bekas yang sudah bersih dilengkapi dua jenis tutup baru, yaitu tutup ulir dan tutup pop-up berbahan plastik. Kapasitasnya sekitar 150 ml (bisa diisi 120 ml) dan menurut saya, cukup untuk bayi sekali minum.
- Botol Vial: botol baru yang dikenal dengan nama botol tutup karet. Kapasitasnya 100 ml (bisa diisi 90 ml). Banyak botol sejenis yang beredar tetapi statusnya rekondisi. Setahu saya, botol jenis ini digunakan untuk botol vitamin. Jadi bila membeli botol vial, alangkah baiknya kita memastikan botol itu baru atau rekondisi. Kabarnya untuk botol rekondisi, tutup karetnya sudah ada bekas suntikan. Bisa saja sih, tutup karetnya diganti dengan yang baru. Hanya jaga-jaga supaya tidak tertipu, belilah botol vial baru di supplier yang tepat. Botol Vial baru yang asli masih memiliki lapisan lilin dalam botolnya, yang membuat tampilan botol menjadi buram. Namun setelah dicuci akan menjadi bening.
- Botol Lubby: botol baru berbentuk seperti botol selai dengan mulut botol lebar. Kapasitasnya 130 ml (bisa diisi 100 ml). Tutupnya berbahan metal tetapi tidak mudah berkarat jika dibersihkan dan dikeringkan dengan baik. Bisa juga untuk menyimpan stok kaldu atau makanan pendamping jika sudah tidak digunakan untuk ASIP.
- Botol Wideneck: botol baru yang juga bentuknya seperti botol selai dengan tutup ulir plastik. Kapasitasnya 250 ml (bisa diisi 200 ml). Bisa juga untuk menyimpan stok kaldu dan makanan pendamping jika sudah tidak digunakan untuk ASIP.
- Botol BabyPax/Botol RBS: botol baru bermerk yang bisa digunakan langsung dengan pompa ASI pilihan ibu. Harganya cukup mahal bagi saya. Tetapi bila demi alasan praktis dan higienis, botol merk ini bisa dijadikan pilihan.
Beberapa tips perawatan botol kaca penyimpan ASIP:
Pertama kali setelah membeli botol kaca ASIP:
- Cuci bersih botol dengan sabun pencuci botol bayi, bilas bersih jangan tersisa wangi atau busanya. Sabun pencuci botol bayi biasanya sudah food grade, namun lebih aman lagi kalau dibilas sampai tidak ada wanginya.
- Masukkan botol dalam panci berisi air sampai tenggelam. Rebus sampai mendidih. Ini adalah cara tradisional untuk mensterilkan botol.
- Kemudian biarkan botol dalam panci sampai air dingin lagi. Ada yang bilang, dengan begitu botol menjadi lebih kuat dan awet. Namun cara ini hanya untuk saat pertama kali saja. Selanjutnya cukup dicuci-steril biasa.
- Bisa juga menggunakan alat sterilisasi botol bayi, karena botol kaca cukup aman meski dipanaskan dengan suhu tinggi.
Mengeringkan dan menyimpan botol kaca ASIP:
- Setelah disterilkan, tiriskan segera ketika botol dalam keadaan panas. Uap panas botol akan mengeringkan air yang menempel di kaca.
- Biarkan sejenak hingga panasnya hilang lalu keringkan sisa air dengan lap handuk bersih (bukan tisu).
- Hindari mengelap botol dengan tisu, karena serpihan tisu bisa saja tertinggal menempel dalam botol dan tercampur dengan ASIP.
- Setelah benar-benar kering, tutup rapat botol dengan tutupnya, simpan di tempat kering yang tertutup dan bersih (saya menyimpannya di lemari rak piring yang full kaca). Dengan begitu, botol siap pakai ketika diperlukan tanpa harus disterilkan ulang.
Demikian sedikit ulasan dari saya mengenai pemilihan dan perawatan botol kaca penyimpan ASIP. Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi para Urban mama dalam memilih botol kaca penyimpan ASIP.
(Sumber foto: @rumahasi)
bunda Febrina, sebenernya menurut saya sama aja tutup plastik atau seng. penanganan botol memang butuh keribetan ekstra. pertama karena isinya adalah gizi ajaib yang nantinya akan diminum anak kita. harus steril dan bersih tentu saja. kalo seng, wajib langsung dikeringkan supaya tidak berkarat.
saya banyak menggunakan tutup plastik dan karet bun, tapi tetap selalu dikeringkan langsung etelah dicuci.
para mama's saya mohon masukannya dong ttg tutup botol penyimpan asipnya. belajar dri anak pertama dlu sy pake botol kaca tutup karet, itu ngebersihin botol2 suka rada ribet ya. rencana sekarang sy mo pake botol wideneck. biar bersih2 botolny gampang. nah dri pengalaman mama's semua bagusnya pilih yg tutup plastik atau yg seng y? mohon pencerahannya . . .
Mom Hary Agustina, makasi banyak infonya ya, bermanfaat juga buat yang lain :)
Mom Aisyah, saya sepakat sama mom Hery Agustina. Intinya mengosongkan payudara akan menambah produksi ASI, jadi kalo tidak ada halangan enak banget loh punya stok ASIP. Kalo kita lagi perlu pergi meninggalkan baby dirumah, ada stok ASIP untuk diminum.
Mom Eka, sama-sama... semoga bermanfaat.
Ummu Raffa, saya dulu juga nyimpen ASIP join jadi satu sama daging dan semacamnya yang dibekukan di freezer. Kalo pas memang ada stok daging dan ikan, saya lebih nyaman membungkus botol ASIP dengan plastik dulu sebelum meletakkannya berdampingan dengan wadah daging. oiya, saya menggunakan tupperware untuk menyimpan daging/ikan di freezer, kemungkinan aromanya keluar sangat sedikit. semangat ya ummu... jangan sampe terpikir mau stop pumping selagi masih bisa memberikan yang terbaik untuk anak kita :)
coba deh, ntar yg di freezer saya cairkan dan dimimikan ke Raffa. kalo oke saya lanjut stock d freezer, kalo skrg mompa dadakan kalo mau ngasih asip pake spout (baru belajar mimik pake spout).
oh ya mom, OOT dikit mungkin. bayi saya gaya mimiknya udah aduhai, jadi asi suka berlepotan dan rembes kemana mana. setelah saya cium kok amis ya baunya (baru nyadar kok setelah baby hampir 5 bln, hehhehe).
ngga ada yg salah kan dengan kondisi asi sperti itu, raffa sih asyik asyik aja. cm kasian ama neneknya yg jagain kalo saya lagi sibuk