Mengurus Si Sulung Ketika Si Bungsu Lahir

Oleh Adhitya pada Jumat, 12 Februari 2010
Seputar Our Stories

Pra-Kelahiran


Menjelang kelahiran Arza, saya dan Ninit menghabiskan banyak waktu memikirkan bagaimana cara agar Alde tidak cemburu pada adiknya karena yang pasti Arza akan mendapat 100% perhatian ibu dan kami ingin Alde menjadi kakak yang tidak cemburu. After all, kita hanya bertiga merantau di sini jadi kami gak butuh konflik. Kami ingin ketika Arza lahir, Alde juga menyambut Arza dengan baik dan sayang juga pada adiknya. Di atas semua ini, kami gak ngomongin sembarang orang. Kami ngomongin seorang Aldebaran, seorang pribadi yang ekspresif dan emosional. Jadi, rencananya sebagai berikut:



  1. Dari sebelum Arza lahir, kami udah sounding bahwa baby Arza akan datang dan baby Arza sangat-sangat sayang sama Aa’ Alde.

  2. Kami didik Aldebaran untuk jadi anak yang independent. Kalo mau minta permen di rumah sakit, kami meminta dia untuk minta sendiri dan gak usah minta melalui kami.

  3. Kami menyiapkan mainan yang komprehensif untuk Alde dan kami berikan di saat Arza sudah lahir. Tujuannya agar dia distracted dan gak terlalu craving attention ibu dan kami bilang bahwa ini adalah kado dari Arza. Ini tips dari sahabat kami.

  4. Saya ambil cuti 14 hari kerja dan attention saya sebagai seorang ayah adalah untuk Aldebaran sementara attention Ninit sebagai ibu, ditujukan pada Arza.


Semua teori di atas baru bisa dibuktikan setelah Arza lahir.


Lahirnya Arza


Ternyata Ninit mengalami kontraksi hebat 2 minggu lebih cepat dari yang dokter perkirakan. Perkiraan dokter adalah 9 September dan saya udah setting cuti 14 hari kerja, mulai dari 7 september. Ibu kandung dan ibu mertua juga udah beli tiket untuk dateng 6 September. Semuanya udah perfect, timing wise.


Kemudian kontraksi dimulai Sabtu 29 Agustus pagi. Whaaa!!! semua rencana ke laut deh. Baby cot belum dateng, changing station belum beli, tempat buat mandi Arza belum beli, semuanya rencana beli hari Sabtu itu. Eh ini malah kontraksi. Kalo iya, kami menghadapi ini semua hanya bertiga.


Yang paling saya khawatirkan adalah apakah Alde sudah cukup dididik untuk menghadapi ini? Karena penkondisian dan pendidikan kami juga kami set secara halus agar dia siap ketika 9 september itu.


Kemudian kami pergi ke rumah sakit dan segera check in. Ninit langsung masuk ruang bersalin dan udah langsung bukaan 4 aja. Glen Eagles Hospital punya policy bahwa yang menemani istri di ruang delivery hanya 1 orang aja, yang artinya saya harus ninggalin Aldebaran di ruang tunggu sendirian. Saya berusaha membuat Aldebaran senyaman dan seasik mungkin, terutama setelah dia mulai nanya “Where’s mama?" beberapa kali. Saya tahu dia suka banget digicam pocket kami. Untuk hari itu, saya biarkan dia memonopoli digicam. Ini adalah distraksi terbaik ternyata karena dengan dia menghabiskan waktu jepret sana-sini, saya bisa ninggalin dia sesekali dan nemenin Ninit di ruang salin. Berikut adalah beberapa hasil jepretan Aldebaran, which objectively I have to say, not bad at all for a 3 year-old.



Ternyata solusinya terletak di digicam itu. Perhatian Aldebaran teralihkan olehnya. Mungkin salah satu hal lain yang membuat Aldebaran tenang adalah bahwa saya juga memanage expectation dia. Kalo saya mau pergi ke ruang bersalin, saya akan bilang ke dia bahwa saya masuk dulu (tapi gak bilang ke mamah).


"Alde, I’m going in now for 10 minutes. After 10 minutes, I promise I will go back to you. I will return when this pointer hits number 11." kata saya, sambil nunjuk jam.


Secara mengejutkan, Aldebaran ngangguk dan nunggu di waiting room. Tentunya sambil motret semua yang dia lihat seperti dispenser, vas bunga, dan orang-orang yang lewat. Dan saya juga menepati janji saya kembali pada Aldebaran di waktu yang dijanjikan.


Saya gak bilang bahwa saya ke dalam untuk nemenin mamah karena Aldebaran sangat dekat dengan mamahnya. Malah, protektif. Sebelum ini, setiap kali dokter Tracey (dokter kandungan) meriksa kandungan Ninit, Aldebaran selalu ngelarang dan meluk mamahnya. Dokter Tracey sendiri ngakuin bahwa untuk anak seumur Aldebaran, dia protektif, mandiri, dan outspoken. Ninit pernah ke dokter gigi dan ketika Ninit duduk di kursi pasien, yang heboh Aldebaran.



“Mamah, are you okay?” sambil megangin kaki mamahnya.



Itu sebabnya saya gak berani menyinggung mamah. Bukannya takut Aldebaran cranky, tapi saya justru gak mau Aldebaran khawatir akan ibunya.


Jam 12, dokter Tracey dateng dan bilang bahwa Ninit udah siap banget ngelahirin. Saya keluar lagi ke Aldebaran.



“Aldebaran, I need you to be a big boy and I need you to be a good boy. Listen to Bapak. Bapak needs to go back in there for 10 minutes. I really have to. I need you to wait in this waiting room. Don’t go anywhere. Can you do that for me, please?”


“Okay.”



Proses kelahiran berjalan lancar dan Aldebaran gak nangis sama sekali. So very proud of Aldebaran. I am a so very blessed person.


Saya segera laporan ke kantor dan cuti dimajukan sampe tanggal 16 September. Setelah itu, ternyata kamar belum siap jadinya saya dan Alde pulang dulu ke rumah. Aldebaran makan, minum susu, dan nappy time. Di sini dia mulai bilang, “Pak, I miss Mamah.”


That’s my cue to reveal the distracting present. Kami beli 3 buah train set yang bisa digabung jadi 1 gigantic set. Foto di bawah adalah set yang pertama.



Abis itu kita tidur bareng, seperti biasa.


 


Pasca Kelahiran


1. Spend time with Aldebaran



Hari berikutnya saya dan Aldebaran bener-bener gak pisah. Ke mana-mana bareng dan yang paling utama, maen kereta bareng. Sementara Ninit kasih atensi ke Arza, saya kasih atensi ke Aldebaran. Ngebuktiin ke dia bahwa kasih sayang kami gak berkurang dengan lahirnya Arza. Ini saya dan Aldebaran di East Coast, nyewa sepeda. Bener-bener seru abis. Aldebaran terus-terusan bunyiin klakson sepeda tiap kali lewat orang.


2. Menumbuhkan rasa sayang Aldebaran untuk Arza



Ternyata poin satu di atas adalah sumber untuk poin 2 ini. Dengan kita membuktikan kami tetap sayang sama Aldebaran, dia punya cukup kasih sayang untuk dia limpahkan pada Arza. Jadi, bukannya iri tapi juga ikut nyayangin. Jalan dua minggu, sebelum kita tidur Aldebaran sering menuntut agar baby Arza tidur berempat sempit-sempitan di kasur. Abis itu dia ciumin. Dia yang ambilkan blanket, bantal dan semua keperluan tidur Arza. Yang paling sering kami lakukan adalah pura-pura dengerin ke Arza dan bilang,



“Alde, baby Arza says he is very scared, he needs you to protect him.”


“Alde, baby Arza says he wants you to kiss him.”



It works.


Saya dan Ninit lega banget bahwa kami bisa melalui kejadian besar ini dengan lancar. Beberapa poin penting dari proses ini adalah komunikasi:


1. We need to manage his expectation. Tell him what he can expect and what he cannot.
2. We need to keep our promises.
3. Give him enough love and he will have enough love to give to the younger one.
4. Spend time with the older one. Cuti.

Kategori Terkait


Tag Terkait

29 Komentar
Sukmawati yusup
Sukmawati yusup March 15, 2010 1:36 pm

Saluut bwt Alde,
kalo aku, krn si kaka' jg dekat ama papahnya, jd wkt si dede lahir, si kaka malah seneng & sayang sama ade'nya. Aku jg tetep nyempetin wkt bwt maen berdua aja ama si kaka, jd gak terlalu cemburu, walo kadang manjanya jg keluar... tp gak parah... dan emang si kaka dah diajarin bwt mandiri dari awal...

ayiebrandon
ayiebrandon March 8, 2010 8:45 pm

wow!! alde sounded like a real gentleman at this point.. tfs ayah alde..

Mungkin boleh ditambahkan, dr sudut pandangnya teh ninit? (ada perasaan sedikit "guilty" atau kasihan gak sih, saat harus totally give attention to arza? kayak perasaan "selingkuh" gitu...? )
saya juga lagi kepikiran ttg hal ini nih.. pasalnya si kakak (Brandon) baru berumur 2 tahun 3 bulan dan manjanya minta ampun..
saya takut sekali ia ngerasa di "nomer dua"kan..

myson February 19, 2010 6:45 am

nah, ini bisa jadi acuan kalo punya anak lagi. Adhit, tfs, demen banget baca cerita yang detil. i hope one day alde will read this post!

musdalifa anas
musdalifa anas February 18, 2010 11:29 am

Whaaa alde keren, bener2 big boy dan sptnya akan menjadi fotografer hebat nanti :). Semoga Aku dan suami bisa seperti itu nantinya klo kami siap punya baby lagi.

Tfs ya Dit..

dhira rahman
dhira rahman February 16, 2010 10:55 pm

Teh ninit dan Aa-nya...
entah malam ini saya yang lagi mellow jell-o atau gimana, tapi ya, saya menangis membaca artikel ini,mungkinkah kami bertiga akan mampu seperti ini kelak jika waktunya tiba?..
Banyak sekali kekhawatiran saya, betapa zua amat protektif terhadap saya, bahkan ketika saya dipijitin ayahnya dan kesakitan, dia akan mendekat dan bilang "ayah, jangan sakitkan bundaku.."
semoga Aldebaran dan dede Arza selalu saling sayang satu sama lain sampai nanti nanti nanti..

 

Artikel Terbaru
Senin, 09 November 2020 (By Expert)

Mengenal Lebih Dekat Rahasia Manfaat BPJS Sebagai Asuransi Proteksi Kita

Jumat, 25 Desember 2020

6 Keuntungan Tidak Punya Pohon Natal di Rumah

Kamis, 24 Desember 2020

Rahasia kecantikan Alami dari THE FACE SHOP YEHWADAM REVITALIZING

Rabu, 23 Desember 2020

Lentera Lyshus

Selasa, 22 Desember 2020

Different Story in Every Parenting Style

Senin, 21 Desember 2020

Menurut Kamu, Bagaimana?

Jumat, 18 Desember 2020

Santa's Belt Macarons

Selasa, 15 Desember 2020

Christmas Tree Brownies