Usia dua tahun pertama kehidupan anak disebut Periode Emas/Golden Period/Window of Opportunity. Istilah ini sangat penting dipopulerkan karena pertumbuhan anak sangat cepat pada dua tahun pertama kehidupannya. Jika pada rentang usia tersebut anak mendapatkan asupan gizi secara optimal, penurunan status gizi anak bisa dicegah sejak awal. Namun tidak berarti anak usia dua tahun ke atas tidak membutuhkan perhatian lagi, melainkan skala prioritasnya telah terlewati.
Jika periode emas ini terlewati, maka tak dapat diulangi lagi (irreversible). Pemberian asupan yang optimal sejak bayi adalah upaya yang paling efektif untuk meningkatkan kesehatan anak. Tahun 2006 diperkirakan 9,5 juta anak meninggal sebelum berusia lima tahun dan 2/3 kematian ini terjadi di tahun pertama kehidupan anak-anak tersebut. Dari berbagai penyebab kematian bayi/anak-anak, 35% berhubungan dengan kekurangan nutrisi. Masalah gizi balita di Indonesia terutama berupa kurang energi (kurus), kurang protein (tumbuh pendek/stunting), kurang vitamin A, kurang zat besi (ADB/Anemia Defisiensi Besi), serta kurang yodium.
Malnutrisi yang terjadi selama periode emas menyebabkan stunting/tumbuh pendek (tumbuh lebih pendek dari tinggi potensialnya) serta berpengaruh pada kesehatan dan perkembangan otak serta intelektual jangka panjang. Sayangnya, 1/3 balita Indonesia menderita stunting (pendek) ini. Jika wanita menderita malnutrisi saat kecil, kapasitas reproduksi wanita tersebut juga terpengaruh. Bayi yang dikandungnya kelak dapat lahir dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan dapat terjadi komplikasi selama melahirkan.
Oleh karena itu WHO/UNICEF pada tahun 2002 mengeluarkan rekomendasi Standar Emas Makanan Bayi (Golden Standard of Infant Feeding) sejak lahir sebagai berikut:
- Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir.
- Hanya memberikan ASI sampai bayi berusia enam bulan (ASI eksklusif selama 6 bulan).
- Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia enam bulan (bersama dengan ASI).
- Menyusui/pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
Banyak ibu yang khawatir bayinya kelaparan saat bayi terus-menerus menyusu (bisa saja bayi sedang dalam tahap growth spurt/percepatan pertumbuhan yang normal terjadi pada bayi, serta saat bayi menunjukkan ketertarikan akan makanan. Padahal kesiapan bayi untuk menerima MP-ASI juga tergantung dari kematangan sistem pencernaan bayi dan perkembangan bayi lainnya.
Berikut ini adalah bahaya/kerugian pemberian MP-ASI dini:
- Bayi lebih rentan terkena berbagai penyakit (terutama diare).
Saat bayi menerima asupan lain selain ASI, maka imunitas/kekebalan yang diterima bayi akan berkurang. Pemberian MP-ASI dini berisiko membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman, belum lagi jika MP-ASI tidak disajikan secara higienis. - Berbagai reaksi akibat sistem pencernaan bayi belum siap.
Makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan bisa menimbulkan berbagai reaksi seperti diare, sembelit/konstipasi, dll. Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang lengkap. Berbagai enzim seperti amilase, enzim yang diproduksi pankreas belum cukup ketika bayi belum berusia 6 bulan. Begitu pula dengan enzim perncerna karbohidrat (maltase, sukrase), dan lipase serta bile salts untuk mencerna lemak. - Bayi berisiko menderita alergi makanan.
- Bayi berisiko mengalami obesitas/kegemukan.
Pemberian MP-ASI dini sering dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada anak-anak. - Produksi ASI Mama dapat berkurang.
Makin banyak makanan padat yang diterima bayi, berpotensi menyebabkan bayi akan mengurangi permintaan untuk menyusu. Bayi yang mengonsumsi makanan padat pada usia yang lebih muda cenderung lebih cepat disapih. - Persentasi keberhasilan KB/pengaturan kehamilan alami (LAM/Lactational Amernorrhea Method)
- Bayi berisiko tidak mendapatkan nutrisi optimal seperti ASI.
Umumnya MP-ASI dini yang diberikan bentuknya bubur encer/cair yang mudah ditelan bayi seperti ASI/PASI (Pengganti ASI yaitu infant formula/sufor). MP-ASI seperti ini mengenyangkan bayi, tetapi miskin nutrisi. Akibatnya bayi berisiko menderita malnutrisi hingga gagal tumbuh. - Bayi berisiko mengalami invaginasi usus/intususepsi.
Invaginasi usus/intususepsi adalah keadaan saat bagian segmen usus masuk ke dalam bagian usus lainnya. Hal ini menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius dan bila tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian. Walau penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, tetapi hipotesis yang paling kuat karena pemberian MP-ASI yang terlalu cepat.
Jika selama periode pemberian ASI eksklusif pertumbuhan bayi melambat (slow growth), segeralah berkonsultasi dengan dokter anak dan juga konselor menyusui/konsultan laktasi. Perlu segera dicari penyebabnya dan umumnya kesalahan ada pada manajemen laktasi, seperti Mama yang mulai kembali bekerja dan ASI perah yang diterima bayi kurang dari kebutuhan hariannya. Jadi ketika pertumbuhan bayi melambat solusinya bukan segera memberikan MP-ASI, tetapi carilah pendampingan dan konseling menyusui serta pengobatan bila bayi menderita suatu penyakit.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan trend mengenai MP-ASI, salah satu yang cukup populer berkembang selama 10-15 tahun terakhir adalah BLW (Baby Led Weaning). Apa itu BLW? Dari salah satu jurnal kesehatan yang dipublikasikan NCBI (National Center for Biotechnology Information) tanggal 29 April 2017 berjudul “Baby-Led Weaning: The Evidence to Date ” dipaparkan bahwa BLW adalah salah satu metode alternatif pengenalan MP-ASI kepada bayi. Bayi tidak disuapi oleh orang dewasa (bayi memegang sendiri MP-ASI yang dihidangkan) dan bayi menentukan sendiri kecepatan makan, apa dan berapa banyak yang dimakan. Jenis MP-ASI yang disajikan bukan berbentuk bubur/pure, tetapi makanan padat seperti finger food). Pengikut/pendukung metoda BLW menyatakan bahwa metode ini memberikan banyak manfaat pada bayi seperti pengontrolan nafsu makan yang lebih baik, mencegah obesitas, lebih mudah menerima makanan keluarga, serta perkembangan kemampuan motorik yang lebih baik. Hingga saat ini belum banyak penelitian yang dilakukan mengenai manfaat serta keamanan BLW bagi bayi, tidak seperti metode pemberian MP-ASI aktif-responsif yang direkomendasikan oleh WHO-UNICEF yang telah melewati penelitian yang panjang.
Salah satu negara yang tidak merekomendasikan metode BLW adalah New Zealand. Kementrian Kesehatan New Zealand tidak merekomendasikan BLW karena penelitian mengenai manfaat dan keamanan BLW belum cukup untuk diimplementasikan dalam skala besar sebagai alternatif metode pemberian MP-ASI.
Beberapa kekhawatiran akan dampak BLW pada bayi adalah:
- Bayi tidak mendapatkan cukup kalori yang dibutuhkan (berisiko pertumbuhan terhambat hingga gagal tumbuh).
Berdasarkan salah satu penelitian (di mana berat badan bayi pada saat lahir dan usia 6 bulan sama) ditemukan bahwa pada usia 18 hingga 24 bulan bayi yang menjalani BLW beratnya lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang menerima MP-ASI dengan cara tradisional (spoon feeding). - Bayi tidak mendapatkan cukup zat besi (berisiko menderita ADB/Anemia Defisiensi Besi).
- Risiko tersedak.
Selain itu, bayi yang terbiasa mengonsumsi makanan keluarga sejak dini seperti bayi yang menjalani BLW sejak menerima MP-ASI, berisiko mengonsumsi makanan yang tidak tepat seperti terlalu tinggi kandungan garam dan gula.
Rekomendasi WHO & UNICEF mengenai pemberian makan pada bayi dan anak telah diadopsi oleh berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Prinsip Dasar MPASI menurut IYCF (Infant & Young Children Feeding) WHO & UNICEF dikenal dengan konsep AFATVAH (Age – Frequency – Amount – Texture – Variety – Active/Responsive & Hygiene). Penjelasan singkatnya:
- Age (Usia)
Usia saat dimulainya MP-ASI adalah 6 bulan (5 bulan 30 hari) - Frekuensi, Amount (Banyaknya) & Tekstur Pemberian MP-ASI
Berdasarkan rentang usia bayi, anjurannya adalah:
Usia 6 bulan (Pengenalan): Makanan lumat (bubur ASI), 2-3 sendok makan secara bertahap bertambah.
Usia 6-9 bulan kurang: Makanan lumat/saring, 2-3 kali sehari banyaknya meningkat hingga 125 ml (kira-kira setengah gelas) dengan 1-2 kali selingan seperti buah kerok, puding. Usia sekitar 8 bulan bayi diperkenalkan finger food seperti kentang kukus, apel kukus, dll.
Usia 9-12 bulan kurang: Makanan lembek (tim)/cincang 3-4 kali sehari banyaknya 125 ml hingga 200 ml dengan 1-2 kali selingan.
Usia 12-24 bulan: Makanan keluarga yang dicincang, disesuaikan dengan kemampuan bayi. Bumbu juga disesuaikan. Sebanyak 3-4 kali sekali, 200 ml hingga 250 ml dengan 2-3 kali selingan. - Pemberian makanan hendaknya bervariasi karena tidak ada satu jenis bahan makanan yang mengandung seluruh kandungan gizi yang diperlukan tubuh bayi. Penekanan pada pemberian berbagai protein hewani seperti telur, daging merah, ikan (yang dagingnya berwarna putih diutamakan) serta pemberian setengah sendok teh minyak (bisa minyak kelapa, VCO, minyak zaitun) saat masakan masih hangat sebelum disajikan untuk meningkatkan kalori MP-ASI serta lebih mudah ditelan bayi. Mengenai penyiapan, penyajian hingga penyimpanan harap diperhatikan higienitasnya, termasuk pemilihan wadah untuk penyajian dan penyimpanan di kulkas.
- Cara pemberian MP-ASI metode aktif responsif
Proses pemberian MP-ASI sebagaimana pada waktu bayi belajar menyusu memerlukan kesabaran dan ketelatenan. Bayi perlu belajar bagaimana cara makan, mencoba rasa, tekstur bahan makanan baru, juga belajar bagaimana mengunyah hingga menelan makanan.
Metode responsive feeding menekankan bayi yang makan MP-ASI didampingi penuh oleh Mama/pengasuh lainnya. Terutama saat pemberian MP-ASI perdana, suapi anak dengan pelan dan sabar, ajaklah anak untuk makan tanpa memaksa. Berikan anak sendok bila anak memintanya, atau bila anak ingin memegang makanan diperbolehkan, tetapi kontrol tetap pada Mama. Bila anak menolak jangan dimarahi. Coba ditambah ASI perah, bila masih menolak ganti dengan bahan makanan lain/variasikan makanan.
Hindari banyak hal yang dapat mengganggu perhatian bayi seperti suara bising. Sebagaimana halnya saat menyusui, perhatian Mama dicurahkan penuh pada bayi, jadi diharapkan Mama tidak sambil memegang gadget/sibuk hal lain. Saat memberi MP-ASI sama seperti menyusui yaitu kontak mata dan sentuhan, meningkatkan bonding/kedekatan dan cinta, tataplah mata anak, ajaklah berbicara, sampaikan apa saja makanan tersebut, warnanya, dll.
Semoga penjelasan mengenai MP-ASI kali ini dapat dipahami para Mama. Apa pun metode yang nantinya dipilih Mama dikembalikan pada kebutuhan Mama dan keluarga ya. Yang utama adalah bayi tumbuh sehat dan bahagia.
image credit: Panduan MPASI UNICEF & PMBA Indonesia
Baru baca ini jadi makin kebuka lah segala pikiran ini. Manfaat dan kerugian BLW, padahal ternyata salah kalau aku ngebiarin anakku BLW
Terima kasih artikelnya mama Monik, bagus banget. Semoga banyak mama-mama baru yang semakin tercerahkan perihal MPASI ini :).
Yuk bantu tingkatkan awareness pemberian makan bayi yg optimal :)
Pencerahannya bagus sekali mb Monik. Semoga ibu2 baru bisa lebih bijak memberikan MPASI dan ASI untuk anak2nya
Betul Mba karena kesalahan pemberian asupan pada bayi - anak berdampak hingga dewasa dan waktu tidak bisa diputar kembali.
Setuju banget dengan artikel ini.. Thanks sharingnya mba Monik
Yuk bantu tingkatkan awareness masyarakat :)
setuju mbak monik, apapun metodenya, dilihat dari kebutuhan orangtua dan anak serta manfaat yang paling banyak yg di dapat anak. Semua metode ga ada yang salah, tinggal orangtua pilih cara apa yang cocok, karena setiap orangtua punya cara sendiri dalam mendidik dan membesarkan anak. Terima kasih ya mbak monik artikelnya. Semoga ga ada ibu-ibu yang galau dan baper lagi hehe
Well noted.. tentu gak perlu galau bin baper kalau para Mamas sudah banyak membaca, bertanya n berdiskusi yaa..
-Monik