Sebagian besar Urban Mama pasti pernah menghadapi fase anak susah makan. Terlebih, kalau anak sedang sakit… si kecil mau buka mulut saja sudah bersyukur. Kebetulan saya baru saja melewati fase anak susah makan karena sakit. Saya beruntung bisa hadir di acara #TUMLuncheon bersama The Urban Mama dan Philips Avent. Temanya, “Tips Membentuk Kebiasaan Makan yang Baik.” Narasumbernya adalah Dokter Spesialis Anak Ranti Hannah. Menarik ya, Urban Mama!
Saya pun mendapatkan banyak ilmu seputar gizi dan perilaku makan anak lewat acara ini. Sebuah modal berarti bagi Urban Mama seperti saya agar bisa lebih bijaksana dan realistis menghadapi pola makan si kecil.
Perilaku makan yang baik dimulai sejak kecil
Gaya hidup yang sehat saat dewasa bermula dari masa kanak-kanak yang sehat pula. Menurut dr. Ranti, anak-anak yang sehat akan menjadi dewasa yang sehat dengan sangat mudah. Tak hanya aktivitas yang baik, gaya hidup sehat juga dipengaruhi kebiasaan makan yang baik pula.
“Kebiasaan makan ini kalau dimulai sejak dini mudah terbawa menjadi kebiasaan saat dewasa,” jelas dr. Ranti.
Dampak kebiasaan makan yang buruk
Tak main-main, kebiasaan makan yang buruk di keluarga dapat berdampak secara nasional!
Menurut data yang dipaparkan dr. Ranti, 17 persen anak Indonesia menderita gizi buruk, seperti bertubuh sangat kurus atau mengidap busung lapar. Selain itu, 36,5 persen anak Indonesia mengalami stunting atau memiliki tinggi badan yang di bawah standar karena kekurangan gizi yang kronis (lama).
Dampak anak menderita gizi buruk dan stunting mulai dari menghambat pertumbuhan juga perkembangan seperti IQ rendah sampai imunitas rendah.
Tapi di sisi lain, Indonesia memiliki tingkat obesitas yang tinggi juga, lho. Dampaknya, anak dapat terganggu dalam beraktivitas dan kurang percaya diri anak juga. Belum lagi, adanya risiko penyakit degeneratif.
Gizi buruk maupun obesitas sama-sama bisa mengurangi produktivitas dan kualitas hidup anak. Karena itulah, membentuk kebiasaan makan yang sehat sejak dini sangatlah penting.
Membentuk kebiasaan makan yang sehat
Lantas, bagaimana cara membentuk kebiasaan makan yang sehat pada anak? Mulailah perkenalkan makanan sehat juga perilaku makan yang sehat sejak dini. Makanan yang sehat bukanlah berprinsip “4 Sehat 5 Sempurna” yang kita pelajari saat sekolah dulu, melainkan makanan dengan gizi seimbang.
Selain itu, kebiasaan makanan sehat harus dimulai sejak anak dalam kandungan. Soalnya, janin dapat merasakan makanan yang dimakan oleh ibu lewat cairan ketuban. Hal ini berdasarkan temuan ilmiah, lho.
Selain memenuhi zat gizi janin, makanan yang dikonsumsi bumil kelak mempengaruhi food preference anak yang dikandungnya. Jadi, kalau Urban Mama ingin sang buah hati menyukai makanan-makanan yang sehat seperti buah dan sayur, perbanyaklah mengonsumsinya saat hamil sampai menyusui. Masa-masa hamil bagaikan sebuah keberkahan, ya, karena si ibu menjadi terdorong untuk makan sehat.
Perilaku makan sehat juga diawali dengan pengalaman pertama anak diberikan makanan.
Komunikasi, bonding, kepercayaan antara anak dan pemberi makan, serta cara memberi makan menjadi faktor penting yang mempengaruhinya. Jadi, jagalah hubungan antara ibu/pemberi makan dan anak agar sesi makan selalu menyenangkan dan positif.
Tanda lapar dan kenyang
Mungkin ada Urban Mama yang enggan menyudahi sesi makan kalau sajian yang dihidangkan untuk si kecil belum habis, Saya salah satunya. Apalagi, kalau kita sudah menyiapkan makanan untuk anak dengan susah payah dan sepenuh hati… Namun, mau tidak mau, kita harus berhenti jika anak sudah kenyang. Tanda-tandanya seperti anak berpaling dari sendok dan memainkan makanan atau perlengkapan makannya.
Sebaliknya, perhatikan juga tanda anak lapar seperti anak menunjuk-nunjuk makanan di depannya.
Menurut dr. Ranti, tubuh anak sudah ‘didesain’ sedemikian rupa oleh Sang Pencipta untuk memutuskan kenyang atau lapar. Jadi, ikuti saja kehendak anak sembari membekali diri tentang porsi makanan yang dianjurkan sesuai usia anak.
Lalu, bagaimana caranya agar sinyal lapar anak dapat kita andalkan? Jawabannya, terapkanlah jadwal makan yang rutin.
Tips membangun kebiasaan makan sehat lainnya:
- Orang tua memberi contoh makan penganan sehat, misal memperlihatkan antusiasme mengonsumsi sayur dan buah.
- Makan bersama keluarga karena menciptakan pengalaman makan yang menyenangkan. Anak pun merasa aman dan dicintai oleh keluarga.
- Bentuk suasana positif dan menyenangkan. Ajak anak ke toko buah dan libatkan buah hati membuat makanan sehat.
- Anak yang lebih besar bisa diajak merencanakan menu makanannya untuk seminggu.
- Untuk Urban Mama yang memiliki anak usia SD ke atas, jangan lupa berikan pengetahuan pada buah hati seputar kandungan dalam produk makanan berkemasan.
- Selama orang tua menyediakan makanan sehat, anak akan memilih makanan yang sehat pula.
- Jangan khawatir anak makan berantakan karena itu merupakan proses pembelajaran.
Diskusi dan sesi tanya jawab seputar “Membentuk Kebiasaan Makan yang Baik” pun berlangsung seru. Usai diskusi, para Urban Mama kemudian mengikuti kelas memasak “MPASI Sehat Resep Nusantara” bersama Mama Kushandari Arfanidewi yang dikenal luas lewat akun Instagramnya, @kelincitertidur. Sesi demo masak pun seru karena bahan-bahan masakannya diolah dengan Philips Avent Essential Baby Food Maker!
Mama yang lagi persiapan MPASI wajib memilikinya, deh. Selain hemat (330 watt saja), penggunaannya juga praktis. Berikut beberapa keunggulannya:
1. Mengukus dengan tetap menjaga nutrisi
Avent Essential Steamer Blender memiliki teknologi yang memungkinkan uap mengalir ke atas dari bawah. Hasilnya, makanan memiliki tekstur dan kematangan yang merata. Oh ya, air yang dipakai untuk mengukus dapat digunakan sebagai campuran makanan, lho.
2. Praktis, Urban Mama bisa mengukus dan mencampur dalam satu alat
Baby food maker ini sudah termasuk steam (mengukus) dan blend (mencampur). Mama pun dapat mempersiapkan MPASI dengan lebih mudah dan praktis karena dapat langsung mencampur bahan-bahan makanan setelah dikukus dalam satu wadah. Tidak perlu repot gonta-ganti komponen sehingga kebersihannya terjaga.
Dengan Avent Essential Steamer Blender ini, Mama juga bisa membuat penganan lokal khas Nusantara. Soalnya, alat ini bisa dipakai untuk mencampur bumbu-bumbu. Mama Ai bahkan membuktikan, ia bisa membuat Nasi Tim Ikan Bumbu Kuning dengan Avent Essential Steamer Blender.
3. Dapat menyesuaikan tekstur sesuai kemampuan makan anak
Mama bisa membuat makanan dari bertekstur puree hingga agak kasar. Avent Essential Steamer Blender pun cocok untuk setiap tahap makan anak. Jenis makanan yang bisa dicampur di food maker ini juga beragam seperti buah dan sayuran, daging, dan ikan.
4. Pembersihan lebih mudah
Desainnya mencegah makanan masuk ke tangki air. Selain itu, tangka airnya lebar dengan kapasitas 180 ml sehingga mudah dibersihkan dan diisi ulang.
Kushandari Arfanidewi alias Mama Ai juga berbagi pengalaman soal preferensi makanan Nyala, buah hatinya. “Ketika punya anak, saya menjadi belajar bahwa anak mengalami pengalaman makan seorang manusia, Bayi kan punya rasa, preference, kemauan, selera… Ternyata anak saya suka sekali makanan Indonesia. Waktu umur tujuh bulan, ia makan masakan padang untuk pertama kalinya,” jelas Mama Ai.
Tapi, jangan bayangkan masakan padang yang berlemak nan gurih itu, ya! Mama Ai hanya mengambil rempah-rempah dengan kandungan yang baik, kok.
Di #TUMLuncheon kali ini, Mama Ai mengenalkan bahan-bahan dan menunjukkan cara membuat “Nasi Tim Bumbu Kuning” dan “Kue Pulut Mangga (Pure)” menggunakan Philips Avent Essential Baby Food Maker. Seru sekali, ternyata kita bisa memperkenalkan rasa makanan nusantara kepada si kecil sejak dini. Penasaran akan resepnya? Resepnya bisa didapatkan pada artikel selanjutnya ya, Urban Mama.
Wah #TUMLuncheonnya menarik sekalii!
artikelnya juga komplit nih ada tips2nya juga.
Btw food makernya yang baru kece bangeeett! naksir!