Terapi Sensori Integrasi pada Anak PDD-NOS

Oleh Annisa Satriana pada Senin, 30 Mei 2016
Seputar Our Stories

Tidak terasa waktu sudah berlalu hampir 3 tahun sejak Remy pertama kali didiagnosis dengan PDD-NOS. Sejak ceritanya saya bagi di The Urban Mama, banyak sekali email yang masuk kepada saya, dari para orangtua yang bertanya tentang anaknya yang menunjukkan gejala yang sama dengan Remy. Hampir seluruhnya bertanya tentang bagaimana perkembangan Remy setelah menjalani terapi. Saking banyaknya email yang masuk, sampai akhirnya saya membuat template khusus untuk menjawab email yang masuk.

Kali ini, saya ingin berbagi tentang perkembangan Remy dan terapi yang sudah dijalani Remy. Saya harap tulisan ini dapat membantu para orangtua yang anaknya mengalami gejala seperti Remy.

Terapi yang dijalani Remy adalah Terapi Sensori Integrasi (SI). Remy mulai menjalani terapi SI sejak akhir Mei 2013. Saat itu frekuensi terapinya dua kali seminggu. Satu sesi terapi lamanya 1 jam yang terdiri atas 50 menit terapi dan 10 menit diskusi antara orangtua dan terapis. Saat terapi, orangtua hanya diperkenankan menunggu di luar ruang terapi. Saya hanya bisa mengintip lewat jendela untuk melihat proses terapi. Setelah terapi selesai, terapis akan menjelaskan apa saja program yang tadi dikerjakan, bagaimana respon anak dan memberikan PR (home program) untuk dikerjakan di rumah. Di awal terapi, terapis memperkenalkan perbedaan tekstur kepada anak seperti mana yang halus, kasar, diajak main foam, melatih motorik halus anak dengan cara memisahkan beberapa jenis kacang-kacangan, bermain puzzle, meronce, hal-hal yang sebetulnya bisa dilakukan di rumah karena permainan edukasi seperti itu sudah banyak yang menjual.

Enam bulan setelah menjalani terapi SI, terapis mulai melihat respon Remy untuk meniru ucapannya sehingga disarankan untuk mulai terapi wicara (TW). Remy mulai TW satu kali seminggu selama 1 jam per sesi (sama seperti terapi SI).

Pada pertemuan-pertemuan pertama TW, lagi-lagi yang saya lihat, kok hanya seperti bermain-main saja? Terapisnya hanya mengajak Remy mengobrol, menyanyi, meniup lilin, meniup peluit, terompet. Ternyata sesi terapi, baik SI maupun TW, yang terlihat hanya seperti bermain-main saja, malah nyata hasilnya. It worked! Enam bulan pasca terapi SI saja perkembangan Remy sudah cukup terlihat. Remy mulai ada respon saat dipanggil, lebih banyak kontak mata dan lebih bisa menyampaikan keinginannya.

Setelah menjalani SI selama 2 tahun dan TW selama 1.5 tahun, terapis SI Remy menyatakan frekuensi terapi SI sudah bisa mulai dikurangi menjadi satu kali seminggu saja karena dia melihat perkembangan Remy cukup baik. Sudah bisa diajak komunikasi dua arah, responnya terhadap sekitar sudah baik, awarness-nya juga mulai baik.

Saat Remy berusia 20 bulanan, kami meminta saran pada terapis dan dokter spesialis anak yang menangani Remy, apakah Remy sudah bisa disekolahkan? Saat itu kami berpikir agar Remy dapat banyak berinteraksi dengan teman sebaya. Setelah terapis dan DSA-nya memberi lampu hijau, kami pun memasukkan Remy ke kelas PAUD dekat rumah. Sejak awal, kami sudah memberi tahu guru-gurunya bahwa Remy adalah anak berkebutuhan khusus yang masih menjalani terapi. Alhamdulillah, guru-gurunya tidak berkeberatan dan sangat sabar sekali mendidik Remy. Malah menurut mereka, Remy termasuk anak yang mudah diatur dan jarang berulah yang macam-macam.

25 November 2015 lalu, Remy sudah stop menjalani terapi. Saya tidak menyatakan bahwa Remy sudah sembuh atau gejala-gejala PDD-NOS-nya sudah hilang. Sampai saat ini Remy masih sangat aktif (tidak bisa diam, pecicilan, senang sekali lompat dan lari-lari). Namun Remy termasuk anak yang kreatif, dia senang sekali menggambar dan main Lego. Dua kegiatan tersebut membuat dia cukup fokus dan dapat duduk beberapa saat. Remy juga anak yang pintar, rasa ingin tahunya tinggi.

Untuk para orangtua yang anak-anaknya memiliki gejala PDD-NOS atau untuk mencegah hal itu terjadi, berikut saya jabarkan beberapa home program yang bisa dilakukan:


  • No TV or gadget before 2


Ada beberapa teman saya yang anaknya sudah mengenal gadget atau menonton TV sejak masih bayi, but they turn out fine. Namun sebaiknya jangan ambil risiko. Jika memang tidak bisa lepas sama sekali, setidaknya dampingi anak saat mereka menonton TV atau menggunakan gadget. Kesalahan saat dulu, saya memakai TV dan gadget sebagai sarana menenangkan Remy agar saya bisa melakukan pekerjaan rumah tangga. Akibatnya Remy jadi tidak bisa fokus.

  • More active interaction


Seperti yang sudah saya utarakan diatas, terapi SI dan TW hanya seperti mengajak anak bermain-main. Terlihat sederhana, namun itulah yang sebetulnya anak-anak butuhkan. Walaupun anak belum bisa berkomunikasi aktif, kita tetap harus mengajak mereka mengobrol dan bermain bersama.

[caption id="attachment_117757" align="aligncenter" width="400" caption="(Gambar dari www.freedigitalphotos.net)"][/caption]


  • More Outdoor Activities


Tidak perlu mengajak anak main ke playground khusus. Cukup dengan mengajak anak jalan-jalan keliling komplek tiap pagi dan sore selama 30 menit. Kenalkan mereka dengan lingkungan sekitar dan benda-benda yang mereka lihat sepanjang jalan. Satu kali dalam seminggu, ajak anak berenang, hiking, berkuda, atau kegiatan-kegiatan outdoor lainnya yang lebih variatif.

 

Demikian beberapa hal yang dapat saya bagi kepada Urban Mama dan Papa semua. Semoga bermanfaat dan menjawab semua pertanyaan orangtua yang mengalami hal yang sama.

9 Komentar
Indriani Anggari
Indriani Anggari November 7, 2018 5:32 am

Mom, kalo boleh tau Remy di terapi di mana ya, mohon info nya.

amalia setyowati
amalia setyowati August 1, 2018 10:13 pm

mama annisa mau tanya remy ada diet khusus ngga y? soalnya anak ak di diagnosis pdd nos . thx mam

mama dylan
mama dylan May 26, 2017 4:25 pm

terima kasih mama anissa buat share dan tipsnya, selamat ya anissa sudah semakin membaik dan semoga seterusnya...
anak saya sudah 3 bulan menjalani terapi, usianya saat ini 2,5 tahun... selama 3 bln ini perkembangannya sudah ada sedikit tetapi masi belum konsisten.. mudah2an dylan anak saya bisa membaik seperti kak anissa ya..

Fenny Masudah
Fenny Masudah May 31, 2016 7:37 am

Salam kenal mba annisa, ceritanya sangat imformatif terutama buat ibu2 muda yang belum punya pengalaman. memang kita harus rajin untuk memberikan aktivitas kepada anak. Dan ide bermain banyak sekali didapat dari media online dan offline saat ini. Semangat yah mba annisa.

Annisa Satriana
Annisa Satriana May 30, 2016 11:04 am

Amiiin.. Makasi atas doa2nya ya..

 

Artikel Terbaru
Senin, 09 November 2020 (By Expert)

Mengenal Lebih Dekat Rahasia Manfaat BPJS Sebagai Asuransi Proteksi Kita

Jumat, 25 Desember 2020

6 Keuntungan Tidak Punya Pohon Natal di Rumah

Kamis, 24 Desember 2020

Rahasia kecantikan Alami dari THE FACE SHOP YEHWADAM REVITALIZING

Rabu, 23 Desember 2020

Lentera Lyshus

Selasa, 22 Desember 2020

Different Story in Every Parenting Style

Senin, 21 Desember 2020

Menurut Kamu, Bagaimana?

Jumat, 18 Desember 2020

Santa's Belt Macarons

Selasa, 15 Desember 2020

Christmas Tree Brownies