Belajar Menjadi Partner yang Saling Mengisi

Oleh Febi pada Senin, 09 Maret 2020
Seputar Our Stories
Belajar Menjadi Partner yang Saling Mengisi

Di tahun kedua pernikahan, saya dan suami dikaruniai dua orang anak. Berbekal pengetahuan dan pengalaman seadanya, kami menjalani peran sebagai orangtua.



Suami saya bukan pria romantis. Ia bahkan tidak pernah memberikan kejutan saat saya berulang tahun. Ketika memberikan hadiah pun, selalu saya yang memilihnya sendiri. Hari jadi pernikahan kami juga tak pernah dirayakan. Namun, kesigapannya membantu saya dalam mengurus dan mendidik anak-anak justru jauh lebih bermakna.

Anak bungsu kami masih berusia dua bulan dan jam tidurnya belum normal. Begitupun si kakak yang kini berusia 17 bulan kerap ikut begadang. Terkadang tangis mereka pecah bersamaan (biasanya karena berebut menyusu) dan itu membuat saya berusaha keras menjaga kewarasan. Untungnya, suami berinisiatif mengulurkan tangan untuk mengamankan si kecil, sementara saya menenangkan si sulung hingga ia lelap tertidur. Padahal pagi harinya, suami harus siap bekerja.

Suami juga tak segan berbagi tugas rumah tangga agar saya dapat leluasa menyusui dan mendampingi keduanya. Begitupun ia tak keberatan jika harus membeli makanan di luar karena waktu saya terbatas untuk menyiapkan hidangan pada saat-saat bersantap.

Ketika saya mulai membanding-bandingkan milestone si sulung dengan anak-anak lain seusianya, suami pula yang mengingatkan bahwa setiap anak spesial dengan keunikannya masing-masing. Ia juga yang mengingatkan saya untuk lebih sedikit membayangi anak tertua kami yang tengah asyik mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Sama halnya ketika saya frustrasi dengan gerakan tutup mulut alias GTM yang melanda buah hati kami, ia terus meminta saya berpikir lebih positif. Tipikal khas pria, suami memang lebih menggunakan akal ketimbang hati, berbeda dengan saya yang kebalikannya.



Sementara saat berdiskusi, suami selalu mendengarkan saya dengan antusias. Cerita apapun yang saya lontarkan selalu menarik baginya dan saya merasa amat dihargai. Begitu juga sebaliknya.

Parenting takes teamwork. The greatest marriages are built on teamwork.

Layaknya Yin dan Yang, saya bersyukur kami dipersatukan untuk dapat saling mengisi dengan perbedaan masing-masing. Semoga usaha kami untuk terus melengkapi dapat menyempurnakan proses belajar menjadi orangtua.

14 Komentar
Eka Gobel
Eka Gobel March 2, 2017 11:50 pm

Ikut senang bacanya febi :)
Semoga selalu kompak dan love melulu ya.
Dan smoga makin banyak urban mama dan papa yg terinspirasi untuk bekerja sama dengan pasangannya.

Cindy Vania
Cindy Vania March 2, 2017 8:48 am

Bener banget mba Febi, kalau parenting takes teamwork.

Beruntung ayahnya anak-anakku juga andal ngurusin anak-anak sementara mamanya sibuk yang lain :D

Honey Josep
Honey Josep March 1, 2017 1:32 pm

Senang deh suaminya Febi ikut turun tangan mengasuh anak anak :)
Sehat selalu dan jadi teamwork yang ok buat keluarga kecil kalian *kecup*

Dewi Febrianti
Dewi Febrianti March 1, 2017 4:43 am

Ikut seneng mbak bacanyaa.. tfs mbak.. semoga selalu menjadi a great teamwork bersama suami :)

musdalifa anas
musdalifa anas February 23, 2017 1:18 pm

febi, kebayang punya 2 anak yang usianya berdekatan dan kebayang juga ya kalau peran suami sangat minim ya. Kita bersyukur memiliki suami yang sigap dan bisa diandalkan. Anak-anakku kadang malah gak mau tidur malam kalau bapaknya belum sampe rumah, jadi selalu sibuk nanyain ayahnya udah sampe mana.

Febi
Febi February 24, 2017 2:32 pm

Iyah, mba Ipeh, akupun bersyukur banget diberikan kemudahan melalui inisiatif dan bantuan suami. Hihihi wah kelihatan banget bapaknya selalu dampingin mereka. Alhamdulillah ya mba :)