Berpetualang ke Paniis

Oleh Imelda Sutarno pada Sabtu, 04 Februari 2017
Seputar Our Stories
Berpetualang ke Paniis

Long weekend libur natal tahun 2016 kemarin, kami sekeluarga berkesempatan ngebolang jauh di ujung paling barat pulau Jawa: Ujung Kulon.
Tepatnya ke sebuah kampung bernama Paniis. Lengkapnya, Kampung Wisata Paniis Tamanjaya, Kecamatan Sumur, Ujung Kulon, Banten. Kok bisa ke sini?

paniis_ujungkulon

Kampung Paniis awalnya adalah kampung biasa di daerah Ujung Kulon. Kemudian sejak tahun 2005 dijadikan kampung binaan WWF (World Wild Fund) Indonesia khususnya untuk aktivitas pelestarian terumbu karang dan biota laut lainnya. Warga di kampung ini semula memiliki mata pencarian di bidang agraria. Namun ada kabar pula bahwa terjadi pembalakan liar sehubungan dengan area hutan Taman Nasional Ujung Kulon yang berada di sekitar mereka. Maka oleh WWF, warga kampung Paniis dirangkul untuk melakukan kegiatan yang jauh lebih positif dan disesuaikan dengan kondisi geografis Paniis sendiri yang berupa pantai dan lautan tempat terumbu karang tumbuh, selain hutan dan perbukitan tentunya.

Warga yang dirangkul terutama sekali adalah para pemudanya. Mereka dibekali keterampilan dan penyuluhan bagaimana mengelola terumbu karang. Tak heran mereka rata-rata sudah jago melakukan scuba diving karena harus mahir menanam terumbu karang di dasar laut. Para pemuda ini tergabung dalam kelompok bernama Paniis Lestari, atau biasa disebut dengan Panles. Kelompok Panles punya dua aktivitas utama: mengurus terumbu karang, dan juga menyewakan peralatan snorkeling + menyelam + menjadi pemandu + menyewakan kapal kayu untuk mengangkut orang-orang yang mau melihat dan meneliti langsung terumbu karang di pulau sekitar kampung. Pulau terdekat adalah Pulau Badul, yang ditempuh kurang lebih 1 jam naik kapal motor kayu.


paniis_ujungkulon


Kebanyakan yang datang ke kampung ini adalah rombongan peneliti dan yang berkepentingan dengan aktivitas ekosistem laut. Kalaupun wisatawan, biasanya bisa datang ke sini by reference, misalnya karena kenal dengan salah satu anggota kelompok Panles. Jadi tempat ini memang bukan kawasan wisata/rekreasi komersil. Walau tidak komersil, tetap tersedia beberapa homestay yang dikelola oleh para pemuda dan warga pemilik rumah. Nama tiap homestay mengambil nama-nama biota laut.

paniis_ujungkulon

Salah satu teman diving suami adalah staf WWF yang memang ditugaskan untuk memonitor terumbu karang di kampung ini. Dulu, bapaknya Alun dan Lintang sering diajak temannya ini diving ke Paniis dan sudah mengenal teman-teman dari kelompok Panles dengan baik. Oh ya, kemarin kami datang tidak hanya berempat, tapi beramai-ramai dengan sepupu dan keluarga pihak suami.

Menempuh 11 jam dari Jakarta, berangkat jam 00.00 WIB malam hari, dan harus melewati satu-satunya jalan menuju ke Paniis yang rusak parah (penuh lubang dan lebih mirip kubangan dibanding jalan), semua terbayarkan dengan pemandangan alamnya. Walaupun hari pertama diisi dengan cuaca mendung dan hujan, ditambah sedang musim angin barat yang membuat angin kencang bertiup dan lumayan bikin masuk angin, dan ombak di laut terkadang lebih besar dibanding hari biasanya, tetapi pantainya indah sekali. Sebetulnya bisa kurang dari 11 jam jarak tempuhnya, tapi karena kendaraan harus berjalan super pelan di banyak kubangan, jadi lebih lama deh waktu yang harus dihabiskan di jalan.

Selain pantai, kampung ini pun menawarkan wisata lain yaitu wisata air terjun di dalam hutan yang harus ditempuh setelah trekking kurang lebih 1 jam dengan medan yang cukup ekstrim. Karena kami membawa anak kecil, teman-teman guide kelompok Panles samasekali tidak merekomendasikan kami ke sana.

Homestay menyediakan fasilitas berupa sebuah rumah sederhana, lengkap dengan makan 3x sehari. Hitungannya: sewa homestay Rp175.000,- per rumah per hari. Untuk makan, dikenakan Rp20.000,- per satu kali makan per orang. Jika ingin menyewa alat snorkeling, dikenakan harga Rp30.000,- per alat per orang. Sementara untuk kapal kayu jika memang ingin main ke pulau, satu kapal dibandrol sewa Rp1.000.000,- dan muat untuk 25-30 orang.

Soal masakan di homestay, duh enak-enak! Menunya seputar sayur asem, sop, tumis putren, bihun goreng, nasi uduk, ikan goreng, tempe tahu goreng, lalapan plus sambal. Camilannya pisang goreng dan sukun goreng. Yummy!

paniis_ujungkulon

Setiap hari, kami bermain di pantai yang letaknya di cuma 50 meter di depan homestay. Sekali lagi, karena bukan kawasan wisata komersil jadi tidak ada pengunjung siapapun di pantai kecuali kami. Mirip pantai pribadi. Alun, Lintang dan sepupu-sepupunya senang bukan main. Tak peduli panas matahari, yang penting hepi. Kalau sudah capek, pulangnya singgah di warung-warung penduduk untuk ngemil.

paniis_ujungkulon

paniis_ujungkulon

paniis_ujungkulon

paniis_ujungkulon

Di sini juga samasekali tidak ada toko suvenir atau oleh-oleh. Sebelum pulang, kami diminta mengisi buku tamu yang memuat data diri dan kesan-saran. Yang positifnya sudah tentu saya tulis betapa terima kasihnya kita sudah dijamu dengan baik dan ramah selama di homestay. Dan sisanya saya kasih saran soal akses jalan yang parah itu. Mudah-mudahan bisa diteruskan ke pihak Pemda setempat.

Semoga kami kapan-kapan dapat datang ke sini lagi. Kalau anak-anak sudah cukup besar, mudah-mudahan bisa mengajak mereka trekking di Taman Nasional Ujung Kulon juga, di samping tetap main di pantainya.

Imelda Sutarno
Imelda Sutarno

A working mom with two gorgeous krucils. Suddenly love the outdoor recreations as an impact of married with her scuba diver husband, Bambang. Take the kids from beach to the hill, from forest to the waterfall, will always give her (and her husband) joy and enthusiastic. Cooking isn’t her middle name but always trying to give her family the best food that she can. Now she lives in Jakarta.

12 Komentar
Febi
Febi February 9, 2017 1:13 am

Waah, aku pernah ke sini buat liputan dan kebetulan tinggal di homestay ikan badut itu hehehe...
senangnya bisa liburan ke sana bersama keluarga dan salut sama anak-anaknya mba Imel yang nggak keberatan menempuh perjalanan jauh banget :)

Imelda Sutarno
Imelda Sutarno February 9, 2017 3:44 pm

mba febi, seriusan? Wah pasti mbak febi juga terlena dengan masakannya Teteh Rania yang masak di homestay itu ya? Hehehe...abis masakannya endes2 mbak. Terima kasih btw untuk komplimennya ya mbak. Alhamdulilah anak-anakku tahan banting semua kalo diajak jalan-jalan yang jauh-jauh sekalipun :)

Cindy Vania
Cindy Vania February 7, 2017 9:11 am

Waaa seru banget, beneran kayak private beach yaa..
Aku selalu suka deh liat tempat liburannya Alun & Lintang. keren-keren bangeet!

Imelda Sutarno
Imelda Sutarno February 7, 2017 12:49 pm

mbak cindy, aku juga suka kalo baca di blogmu tentang tempat liburan maghma dan kakak2nya. Selalu seru :)
Iya, jadi private beach, padahal di kampung ini banyak anak-anak juga loh. Mereka udah bosen kali ya main ke pantai melulu tiap hari makanya kita pendatang deh yang akhirnya "menjajah" pantai di kampung mereka. Alhasil, the beach is ours :)

Gabriella F
Gabriella F February 6, 2017 9:18 pm

Mba Imelda ini tempat liburannya keren-keren! Seru ih... apalagi pas Al lagi nagih-nagih pengin ke pantai katanya.

Imelda Sutarno
Imelda Sutarno February 7, 2017 12:46 pm

hehe mbak Ella, masih di Indonesia kok mbak. Alhamdulilah negara kita kaya banget sama tempat wisata indah seperti ini, makanya puas-puasin mumpung masih di negeri sendiri. Yuk main ke pantai, Albert :)

dieta hadi
dieta hadi February 6, 2017 3:03 pm

mbak imel, pantainya indah banget, enak banget itu bisa merasakan pantai seperti milik sendiri, duhh hepi banget pasti ya, anak-anak pasti puas main di pantai deh. Semoga jalan kesana bisa cepat baik ya supaya biasa main-main kesana

Imelda Sutarno
Imelda Sutarno February 7, 2017 12:44 pm

halo mbak dieta. Iya karena sepi dan lumayan bersih jadi terlihat indah, padahal air lautnya enggak biru bening kayak di pantai-pantai lain loh mbak. Anak-anak jangan ditanya hepinya mbak, gak mau pulang2 mereka haha....Amiiin mudah2an jalanan ke sana segera diperbaiki pemda

Shinta Daniel
Shinta Daniel February 6, 2017 7:16 am

kereeen... Alun dan Lintang kecil2 udah jadi petualang....

Imelda Sutarno
Imelda Sutarno February 6, 2017 1:09 pm

halo mbak shinta. Hehehe...alhamdulilah anak-anak menikmati, gak cranky samasekali. Terima kasih sudah baca artikel ini ya mbak :)