Jurnal Menyusui Satu Tahun

Oleh fety pada Selasa, 27 November 2012
Seputar Our Stories

Catatan Pembuka:

Desember 2007-Oktober 2011 adalah masa penantian kehadiran Fatah di keluarga kecil kami. Saat mencari info tentang berbagai cara untuk program kehamilan, saya belajar bahwa menyusui hingga 2 tahun adalah hak seorang anak.

Februari - Oktober 2011

Tiga puluh delapan minggu, kami belajar tentang manajemen ASI dan ASIP. Saya hamil Fatah di akhir studi S2. Rencananya saya akan cuti dari kantor dan menemani suami menyelesaikan sekolahnya. Namun Allah mempunyai rencana lain.

Peraturan di kantor tidak memungkinkan saya untuk cuti. Pilihan yang diberikan oleh kantor saya hanya dua: kembali ke Indonesia atau melanjutkan studi S3. Kami memilih yang kedua. Pengalaman LDR selama sekitar 4 tahun membuat kami berpendapat: suami istri dalam satu atap rumah adalah kunci kebahagiaan sebuah rumah tangga.

Sesungguhnya ini membuat saya takut: bisakah saya memberikan ASI hingga 2 tahun kepada Fatah? Ketakutan yang lebih jauh pun muncul: adakah perusahaan/foundation yang mau memberikan beasiswa untuk ibu hamil, menyusui, dan punya bayi untuk melanjutkan S3-nya?

Oktober 2011

Fatah lahir tanggal 3 Oktober 2011. Bulan ini hanya saya dan suami yang bergantian mengurus Fatah. Ibu belum bisa datang ke Jepang. Tentu saja capek. Alhamdulillah dikaruniai suami yang tidak malu membantu pekerjaan domestik rumah tangga.

Target kami untuk bisa lebih tahu tentang manajemen ASIP juga sudah terpenuhi. Selain membelikan botol kaca, suami juga sudah bisa mencairkan ASIP dan memberikannya ke Fatah dengan dot. Saat saya ke kampus, itu berarti suami mesti meliburkan diri dan mengurus Fatah.

Saat kedatangan bidan dari kantor kecamatan untuk mengecek kondisi kesehatan Fatah setelah beberapa minggu keluar dari rumah sakit, saya menceritakan ketakutan tentang peraturan di beberapa tempat penitipan anak usia 0-5 tahun milik pemerintah Jepang yang tidak menerima pemberian ASIP. Ini berdasarkan pengalaman beberapa teman yang juga harus menitipkan anak saat harus ke kampus. Walau kaget mendengarnya, beliau berjanji akan menanyakan hal ini langsung ke atasannya. Beliau juga bertanya tempat penitipan mana yang akan saya daftar sebagai tempat penitipan pilihan pertama.

November 2011 - Januari 2012

Ibu sudah datang ke Jepang sejak akhir Oktober. Saya sudah mulai aktif ke kampus. Saat saya berada di kampus pukul 10.00-17.00, Fatah dijaga oleh Ibu. Alhamdulillah, pada akhirnya Ibu mendukung pilihan kami memberikan ASIP kepada Fatah. Mulai aktif di kampus, itu berarti saya juga memulai aktivitas memerah ASIP. Biasanya saya memerah ASIP 1 kali di kampus sekitar pukul 16.00. Siang hari, saya memilih pulang ke rumah. Di rumah saya juga memerah ASI satu kali, yaitu sekitar pukul 4 pagi.

Saya memberanikan diri bertemu dengan Sensei untuk mendaftar beberapa beasiswa untuk tahun 2012. Pada awal kuliah S3 sejak April 2011, beasiswa saya sangat kecil. Suami juga kuliah tanpa beasiswa. Karena itu pula, sejak Juni 2011, di akhir minggu, suami mesti kerja sambilan. Alhamdulillah, Sensei tetap mau memberikan rekomendasi. Beliau juga mengizinkan saya berada di lab dari pukul 10.00-17.00 meskipun tidak ada kompensasi untuk laporan-laporan setiap pertemuan kemajuan penelitian.

Saya mulai melanjutkan kerja sambilan sebagai guru bahasa Indonesia. Capek memang, tapi kami berdua tahu semua ini konsekuensi dari pilihan kami untuk berada dalam satu atap. Satu hal yang sangat kami syukuri, Fatah tidak bingung puting. Selama saya berada di kampus, ibu memberikan ASIP ke Fatah dengan dot. Kenaikan berat badannya juga sangat bagus.

Rentang 3 bulan ini, kami mulai mencari info pendaftaran tempat penitipan anak milik pemerintah. Beberapa minggu sebelum mendaftarkan Fatah, saya menerima telepon dari bidan yang pernah datang ke rumah kami di bulan Oktober. Kali ini dia benar-benar memastikan jika tidak ada larangan memberikan ASIP di tempat penitipan anak milik pemerintah Jepang.

Survei tempat penitipan anak yang akan kami pilih, saya lakukan bersama suami. Dengan bersepeda, kami menghitung jarak beberapa tempat penitipan anak dari rumah atau kampus. Pertimbangan jarak ini sangat penting. Saya sudah berkomitmen sebisa mungkin menyusui Fatah langsung saat istirahat siang. Saya dan suami mantap memilih tiga tempat penitipan anak. Prioritas utama kami adalah tempat penitipan anak yang paling dekat dengan apartemen kami.

Februari-Maret 2012

Visa Ibu habis akhir Januari 2012. Fatah tidak diterima di tempat penitipan anak untuk pendaftaran bulan Februari-Maret 2012. Saya dan suami tetap berjuang mengikuti seleksi beberapa beasiswa. Maret 2012 adalah tenggat waktu yang kami tetapkan berdua, jika hingga akhir Maret 2012 saya atau suami tidak mendapatkan beasiswa, kami akan meninggalkan kuliah S3 kami dan akan kembali ke Indonesia. Kami lalu memutuskan: saya akan ke kampus 2 kali seminggu sedangkan suami akan ke kampus sebanyak 3 kali seminggu.

Saya kembali menghadap Profesor, menjelaskan keadaan kami. Beliau mengizinkan tapi tetap tidak ada kompensasi dengan kemajuan penelitian. Karena jarak pp rumah-kampus suami kurang lebih 5 jam dan suami tidak mempunyai beasiswa, serta harus kerja part time di akhir minggu, Profesornya mengizinkan suami tidak ke kampus setiap hari. Tapi kompensasi ini tidak berlaku untuk kemajuan riset suami. Sungguh, masa-masa ini adalah masa-masa yang sangat capek bagi kami, lahir batin. Tapi, bukankah makna hidup adalah berjuang?

Selama saya ke kampus 2 hari seminggu, suamilah yang bertugas memberikan ASIP kepada Fatah. Satu momen yang sangat saya ingat hingga sekarang adalah saat saya menemukan rumah kami dalam keadaan gelap gulita, suami tertidur sambil duduk dengan Fatah yang tertidur di pangkuan, sementara botol susu, sapu tangan, dan pernak-pernik lain berserakan di sekitar mereka.

April-Oktober 2012

Setelah badai datang, memang hari akan cerah. Setelah hujan kadang ada pelangi. Setelah kesulitan, memang kemudahan akan menghampiri. Itulah sunatullah. Tinggal bagaimana kita bertahan dan berjuang di akhir perjalanan saat kemudahan ditetapkan Allah menjadi takdir kita. Tentu saja, kami juga mempersiapkan banyak hal jika memang kami tidak bisa melanjutkan studi S3 dan mesti kembali ke Indonesia.

Alhamdulillah, akhirnya kami bisa tetap melanjutkan kuliah S3 kami. Suami mendapatkan beasiswa pertamanya setelah dua tahun kuliah tanpa beasiswa dan mesti membayar setengah biaya kuliah. Beasiswa suami kali ini termasuk biaya sekolahnya. Alhamdulillah, Allah juga memberi saya beasiswa. Fatah juga diterima di tempat penitipan anak milik pemerintah Jepang.

Saya tetap berusaha untuk menyusui langsung di saat istirahat siang. Kalau memang tidak memungkinkan mengunjungi Fatah, titipan ASIP akan lebih banyak. Memerah ASIP di kampus juga masih saya lakukan. Oktober 2012, Fatah tepat berumur satu tahun. Datangnya bulan Oktober juga ditandai dengan tidak adanya stok ASIP di freezer. Kebutuhan susu Fatah di sekolah besok adalah oleh-oleh yang saya bawa pulang hari ini. Saya tidak lagi datang ke sekolahnya untuk menyusui langsung saat istirahat siang.

Masih ada kurun waktu 6 bulan lagi bagi suami saya untuk menyelesaikan studi S3-nya. Masih ada rentang waktu 1,5 tahun lagi bagi saya untuk menyelesaikan kuliah S3 ini. Perjalanan masih panjang. Perjuangan memang belum usai. Tapi, setidaknya setahun kemarin Allah sudah mengajari kami jika hidup memang berjuang. Makna berjuang adalah kado terindah yang kami berikan untuknya.

28 Komentar
Melyani Filtania
Melyani Filtania May 19, 2014 3:23 pm

ahh nangisss..
ahh pelajaran banget..
ahhh bersyukur..
ahhh saaluuttt...
aahh makasi mba fety..
sukses terus yaaa...
:')

Tya
Tya September 6, 2013 4:47 am

Inspiratif bgt ceritanya..
Bikin kita2 semangat memenuhi hak anak2 kita utk mdptkan ASI..
#two thumbs mam#
Smg sukses ya S3 n karirnya..
#fatah ur moms n paps d best deh ;D

kiekys adityo
kiekys adityo June 19, 2013 10:11 am

"Setelah badai datang, memang hari akan cerah. Setelah hujan kadang ada pelangi. Setelah kesulitan, memang kemudahan akan menghampiri. Itulah sunatullah. Tinggal bagaimana kita bertahan dan berjuang di akhir perjalanan saat kemudahan ditetapkan Allah menjadi takdir kita."
Amiin....

Yulia Purnama Sari
Yulia Purnama Sari June 19, 2013 9:47 am

yang harus aku camkan di pikiran ini adalah :

Setelah badai datang, memang hari akan cerah. Setelah hujan kadang ada pelangi. Setelah kesulitan, memang kemudahan akan menghampiri.

Luar biasa mba perjuangannya...

Honey Josep
Honey Josep January 9, 2013 6:38 pm

salut! percaya deh perjuangan kalian ga sia- sia *peluk*

Fatah mirip bayi Jepang :*