Kelompok Prioritas di Commuter Line

Oleh Melissa April pada Senin, 21 Oktober 2013
Seputar Our Stories

Saya pengguna jasa kereta commuter line saat pulang kerja, tidak setiap hari memang, tetapi saya cukup sering menggunakan kereta dari Tanah Abang menuju Pasar Minggu. Saya lebih nyaman berada di gerbong wanita, karena walaupun penuh, tapi berdesak-desakan dengan wanita jelas lebih aman daripada pria. Pengguna gerbong wanita ini adalah semua wanita dari berbagai macam profesi. Saat jam pulang kerja tentunya para pekerja wanita lebih dominan di gerbong ini. Saya sudah merasakan suka duka naik commuter line sejak masih single, hamil, dan kini sudah punya anak.

Ketika kereta akan tiba di stasiun, penumpang berebut maju ke peron, banyak yang mengabaikan batas garis kuning demi keselamatan diri sendiri. Tujuannya apa? Agar bisa segera masuk ke dalam gerbong kereta dan mendapatkan tempat duduk. Saat pintu kereta terbuka, penumpang dari peron berebut masuk ke dalam, saling dorong dan sikut sudah biasa, serta berlarian menuju tempat duduk yang kosong. Kalau naik di stasiun Tanah Abang kemungkinan tempat duduk kosong masih banyak. Bahkan bangku prioritas pun menjadi sasaran, wajar saja mengisi bangku tersebut jika belum ada kelompok prioritas yang membutuhkannya. Tetapi saat ada kelompok prioritas yang masuk ke dalam gerbong, beberapa perlakuan yang mereka alami (menurut pengamatan saya sendiri):


  1. Ada saja penumpang yang duduk di bangku prioritas (tapi mereka bukan kelompok prioritas) yang tidak berdiri dan menyilakan kelompok prioritas duduk, sehingga kelompok prioritas ini minta ke petugas dulu untuk "mengusir" penumpang biasa dari bangku prioritas, bukan kesadaran sendiri.

  2. Ada saja penumpang biasa yang pura-pura tidur, kakinya sakit (padahal bawa tas belanja besar hasil berburu di Tanah Abang), atau sakit kepala di bangku prioritas. Perlu catatan, kelompok prioritas di commuter line adalah ibu hamil, ibu yang membawa anak, lansia, dan penyandang cacat.

  3. Kursi prioritas tidaklah banyak, dalam 1 gerbong hanya terdapat 12 - 16 tempat duduk saja. Apabila ada penumpang prioritas naik dan sudah kehabisan tempat di bangku prioritas, banyak penumpang di bangku biasa tidak mau memberikan tempat duduk mereka, bahkan ada saja yang menyuruh kelompok ini mencari ke bangku prioritas di gerbong sebelah. Padahal isi gerbong saja sudah padat, bagaimana mereka bisa menerobos kerumunan manusia.

  4. Meskipun akhirnya kelompok prioritas ini mendapat tempat duduk, itu pun sudah melewati beberapa stasiun dulu atau ada penumpang yang duduk akan turun dari kereta.

  5. Pernah saya jumpai ada beberapa ibu membawa anaknya yang masih kecil-kecil. Mereka tidak mendapat tempat duduk, karena anaknya mau digendong (anak kecil kan capek kalau berdiri lama) jadi ibu-ibu itu menggendong anaknya dalam keadaan berdiri, dan kebetulan saya melihat penumpang di dekat saya yang sedang mengirim bbm ke temannya (yang sepertinya duduk di antara penumpang kereta itu), ia bilang ke temannya untuk pura-pura tidur karena banyak ibu-ibu yang bawa anak.


Saat hamil saya baru mendapat prioritas ketika hamil sudah besar/perut kelihatan, pada saat hamil muda dan perut belum kelihatan saya tidak mendapat tempat duduk prioritas karena sudah diisi (kebanyakan) penumpang biasa, padahal hamil muda keadaan saya masih suka mual dan pusing. Kadang terpaksa saya harus berebut untuk masuk ke dalam gerbong agar dapat bangku prioritas terdekat. Di antara 4 golongan dalam kelompok prioritas, dua di antaranya pasti wanita (ibu hamil dan wanita yang membawa anak kecil), sebagai sesama wanita kenapa tidak merasakan betapa kelompok prioritas ini memang benar-benar membutuhkan tempat duduk. Jangan cuek, jangan pura-pura tidur, mengalah dan peduli pada kelompok prioritas, ingatlah jika kita berada di posisi mereka. Jadilah pribadi yang lebih sadar akan lingkungan sekitar, kita saja yang normal capek untuk berdiri apalagi mereka yang kelompok prioritas dengan kondisinya seperti itu.

Jadi urban mama pengguna kereta/commuter line yang bukan termasuk golongan prioritas, utamakanlah kelompok prioritas untuk duduk, meskipun di bangku biasa. Bagi Mama yang termasuk kelompok prioritas, jangan segan atau malu untuk meminta tempat duduk ke penumpang yang normal, apalagi yang duduk di bangku prioritas itu jelas hak kelompok prioritas, atau mintalah bantuan petugas.

Mungkin perlu juga memberikan label/pin pada kelompok prioritas yang mungkin bisa diminta di loket tiket dan menurut saya orang sakit yang hampir tidak bisa berdiri perlu dikategorikan kelompok prioritas juga.

image credit: gabriella

34 Komentar
noviys April 1, 2014 9:29 am

http://fitriaphity.blogspot.com/2011/11/kuasanya-ibu-hamil-bumil-di-rangkaian.html?showComment=1396315100826&m=1 moms coba deh baca link blog ini,aq rasanya kesel,sebel dan prihatin sama org ini kok bisa2nya bilang bumil sok berkuasa pdhal dia udh ambil hak bumil di comel dgn dudukin TDP..

nengpit October 28, 2013 8:22 am

Been there mbak Mel,
Semenjak tinggal di Depok saya selalu ngantor pake CL. Pun sewaktu hamil. Dari hamil muda sampe 38 minggu saya masih naik CL. Beberapa kali saya harus membangunkan orang yg tidur di bangku prioritas agar saya bisa duduk.
Harus tegas memang dan harus berani meminta hak karena seringnya penumpang lain juga kurang peduli.
Alhamdulillah walaupun kadang ada saja yg mukanya ga ikhlas ngasih tempat duduk (padahal juga bukan haknya) saya selalu dapat duduk di CL :)

Melissa April
Melissa April October 23, 2013 1:50 pm

Sama2 mamas :), sebagai sesama pengguna jasa CL ini kita berharap yg terbaik untuk transportasi ini...aamiiin.

hela nafas baca pengalaman mama-mama, kok bisa ya bapak2 bahkan anak muda secuek itu :'(

hendrika pratiwi
hendrika pratiwi October 22, 2013 9:08 pm

Jeddeerr!
Jadi keingetan cerita Hari Minggu kemarin. Saya dan suami pingin ngajak anak kami naik kereta. Berangkatlah kami dari stasiun Bintaro jam 10an, kami kira CL-nya sepi kalo akhir pekan ternyata penuh banget hiks..Alhamdulillah saya menggendong bayi jadi saya diberikan tempat duduk.
kami turun di stasiun tanah abang lanjut ke sudirman. Pas pulang ternyata penumpangnya lebih parah lagi, penuh padet. denger bapak2 ngomong antar penumpang, yang mestinya kereta ada setiap 20 menit sekali sekarang ga gitu, (istilahnya)jadi nunggu penumpang banyak baru angkut (baru datang keretanya), huhuhu..mudah2an layanan KAI semakin baik ya, biar bisa jalan2 nyaman pake transportasi publik.

hanana fajar
hanana fajar October 22, 2013 4:50 pm

Ya Allah baca cerita mba Melissa dan pengalaman ibu2 di artikel ini bener2 bikin makin sedih dan miris banget liatnya.
Saya juga udah hampir 2 bulan belakangan ini pake kereta, dan memang udah ga manusiawi...
Duuh pengen rasanya ngomong langsung ke Bapak-bapak di PT KAI kalau bisa tetep ada CL yang walaupun harganya agak mahal tapi orang-orang yang butuh kenyamanan bisa memilih itu.
Tapi iya sih memang balik lagi ke pribadi dan perilaku masing-masing pengguna public transportation nya...
Semoga aja nantinya anak-anak kita dijauhkan dari hal-hal yang negatif seperti itu...