sumber: www. gettyimages.com
"Kunci kesuksesan anak Anda? Matematika dan bahasa Inggris!" Begitu isi tulisan sebuah spanduk yang terpampang lebar-lebar yang dipasang di sebuah jembatan penyeberangan.
Saya tidak sengaja melihatnya ketika melewati salah satu jalan protokol ibu kota. Lagi macet parah. Daripada putus asa karena taksi saya tak kunjung bergerak maju, saya alihkan saja pandangan menyisir apa saja selain keruwetan yang terjadi di depan jalan sana.
Kelihatan spanduk yang cukup besar itu. Slogan di atas tertulis mencolok dengan warna ngejreng. Oh, ternyata iklan sebuah tempat kursus buat anak-anak. Di bawah kalimat tadi, ada keterangan mengenai nama tempat kursus, lengkap dengan alamat dan nomor teleponnya.
Wah, trik pemasaran yang cukup jitu ;).
***
Kenapa, sih? Jangan-jangan saya menulis ini karena saya tak pandai di kedua mata pelajaran di atas. Jangan salah. Saya ini sering sekali menjadi juara kelas dari SD hingga SMA, sombong sedikit.
Bahkan kuliah di fakultas yang sangat mengandalkan kemampuan logika matematika. Bahasa Inggris? Wah, sedari kecil saya suka sekali dan tak pernah punya kesulitan berarti dengan bahasa Inggris.
Saya berasal dari keluarga besar. Tujuh bersaudara. Jadi sudah biasa dengan macam-macam karakter dan pola pikir. Saya yang sangat cerewet ini bisa hidup damai tentram satu atap belasan tahun dengan kakak-kakak dan adik-adik saya yang "warna warni".
Adik saya yang perempuan sangat supel, banyak teman, biarpun prestasi akademisnya sedang-sedang saja. Iri deh dengan kemampuannya bergaul di semua kalangan. Kontras dengan dia, kakak saya yang nomor 3 sangat pemalu. Hanya bisa mengobrol santai dengan orang-orang terdekat saja, padahal orangnya super kocak. Jika di depan umum, membisu seribu bahasa.
Salah satu kakak saya, yang nomor 4, pas di atas saya, saat ini sedang berada di puncak kariernya. Dia salah satu definisi sukses buat saya. Memangnya apa sih kerjanya? Ahli matematika? Jago sekalikah bahasa Inggrisnya?
Bukan sama sekali! Kakak saya bekerja di bidang mode. Bukan seorang desainer, tapi seorang fashion stylist! Saya tak menyangka juga hobinya mengutak-atik cara berpakaian seseorang, berburu busana dari mal mewah hingga pasar loak, bisa menghasilkan uang banyak.
Dari kecil kakak saya ini sangat alergi sama yang namanya matematika. Dia sungguh kerepotan menghadapi mata pelajaran yang satu ini. Dia juga tidak suka bahasa Inggris. Tapi sekarang sudah mulai mau belajar karena sering bepergian ke luar negeri.
***
Semua orang menginginkan anaknya tumbuh cerdas dan menuai kesuksesan di masa depan. Tapi apa sebenarnya definisi CERDAS ini?
Contohnya saya. Prestasi akademis saya terbilang gemilang di masa sekolah. Tapi tahu tidak, ada satu mata pelajaran yang sangat saya takuti. Olahraga. Iya, saya paling tidak bisa olahraga. Saya bolak-balik mendapat angka 6 untuk pelajaran satu ini.
Pada suatu ujian praktik, saat duduk di bangku SMA, malunya minta ampun. Saya satu-satunya siswi yang tidak berhasil mencetak satu angka pun di bawah ring bola basket. Masing-masing diberi kesempatan sebanyak 10 kali. Dan saya gagal total. Teman-teman banyak yang meledek. Termasuk kecengan saat itu yang memang salah satu punggawa tim basket di sekolah kami. Rasanya ingin menghilang ditelan bumi.
Di kantor dulu pernah mewabah hobi main pingpong. Berebutan ingin belajar. Ternyata gampang karena tiba-tiba jadi banyak yang bisa. Termasuk para karyawati. Saya ikutan belajar, dong. Biarpun sudah tiap hari sepulang kantor minta diajari, selama sebulan penuh, servis saja tidak pernah bisa!
Yah, urusan olahraga, bukan kurang lagi, tapi saya termasuk idiot. Sama dengan urusan menghafal jalan. Entah sudah berapa kali kami sekeluarga berangkat ke Mekkah dari kota Jeddah. Saya masih kebingungan dengan rutenya. Saya sering merasa jalan yang kami lewati itu berubah-ubah.
Suami saya sampai jengkel karena saya sering bertanya, "Kok lewat sini? Tidak lewat jalan kemarin saja?" Dia menggerutu, "Aduh, ini kan jalannya dari dulu selalu lewat sini. Masa tidak hafal juga, sih?"
Lagi-lagi, urusan menghafal jalan, saya cuma bisa pasrah. Saya sangat lemah untuk urusan satu ini. Makanya selama tinggal di Jeddah, suami melarang keras saya naik taksi sendiri. Padahal di sini boleh-boleh saja, lho, perempuan naik taksi sendiri ke mana-mana. Padahal struktur jalan di kota Jeddah teratur banget, lurus, dan berbentuk kotak.
Nah, karena pada dasarnya kecerdasan itu memang macam-macam. Pasti sudah familiar dong dengan istilah multiple intelligence. Apakah itu?
Ada 8 kecerdasan yang tercantum dalam pengertian ini :
- Verbal/Linguistik
- Logis/Matematis
- Visual/Pandang-ruang (spasial)
- Tubuh/Kinestetik
- Musikal
- Intrapersonal
- Interpersonal
- Naturalis
Jadi sebenarnya naive sekali, ya, kalau kita hanya menempelkan definisi cerdas secara sempit. Cerdas itu ya mesti jagoan matematika. Jago berhitung. Jago fisika. Padahal semua yang disebutkan barusan cuma satu di antara 8 kecerdasan yang ada.
Siapa bilang anti matematika punya pengaruh besar dalam kesuksesan kita? Nanti saya kenalkan ke kakak saya ya.
Jadi, tipe-tipe kecerdasan ini cukup penting untuk digali agar kita lebih mudah mengarahkan bakat anak kita untuk masa depannya nanti. Kalau sudah bisa menemukan passion yang tepat, didalami dengan sungguh-sungguh, tinggal urusan waktu saja untuk menuai keberhasilan.
Ini bisa iseng-iseng kita tes, lho. Konon katanya, menurut penelitian, tiap orang itu biasanya "kuat" di 3 hal, sedang-sedang saja di 2 hal, dan cukup "lemah" di 3 hal lainnya.
Contohnya... lagi-lagi, saya! Saya cukup fasih secara verbal-logis-interpersonal, tapi biasa-biasa saja di musikal dan intrapersonal, dan lemah di visual-natural-kinestetik.
Makanya tidak heran, saya lemah di kemampuan visual, jadinya gampang kesasar di jalan. Hal yang sama berlaku untuk kemampuan kinestetik/olah tubuh. Makanya tidak pernah bermimpi jadi atlet, cukup jadi fansnya atlet yang ganteng-ganteng saja. Hahaha.
***
Jadi, jangan buru-buru panik bila si kecil mengerutkan kening ketika dihadapkan dengan sederetan angka-angka. Coba serahkan raket tenis atau kenakan sepatu balet di kakinya?
Atau mungkin si kecil yang cantik tak kunjung gemulai jika suara musik menghentak-hentak mengajak menari. Coba kenalkan dia lebih dekat pada alam. Mungkin jiwanya mengarah ke naturalis.
Kesimpulan tulisan ini, saya kutip dari tulisan salah satu orang cerdas yang dikenang sepanjang masa :
“Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid.” ? Albert Einstein
Yakini, semua orang itu... cerdas!
Seneng bacanya, dan lega. Dulu waktu ABG sempet stress sendiri karena dogma masyarakat kebanyakan, kenapa ga bisa maju di bidang-bidang yang menurut '100 dari 100 orang' itu paling OK untuk masa depan. Jaman dulu gitu loh, kalo ga ikut jadi dokter/insinyur/profesor rasanya dunia runtuh.
Tapi untunglah orangtuaku malah santai dan bebasin anaknya untuk tetap menjalani apa yang lebih nyaman, bisa, dan senang untuk aku jalani. Jadi ke Nindia aku juga ga memaksakan apa-apa dan hanya mengoptimalkan apa yang anakku senang (dalam hal positif).
"God didn't have time to make a nobody, only a somebody. I believe that each of us had God-given talents within us waiting to be brought to fruition." -Mary Kay Ash
Baru baca, n bgs bgtt........manfaat sekali. Salam kenal y bun......
jadi ingat lagunya Barney, yang salah satu liriknya ".....everyone is special in his or her own way" setuju sama Jihan, I also refuse to determine Smart in those limited term. ayok kita membantu anak-anak kita menemukan bakat dan kecerdasannya sendiri. jadi sebenarnya gak fair juga memaksakan anak2 kita ikut kursus ini itu, sekolah dengan standar international atau 3 bahasa sekaligus, jika hal itu membuat anak tidak enjoy, dan makin susah menemukan bakatnya....btw TFS Jihan
Tosss aku jg bodoh banget di mata pelajaran olahraga. nilai 6 atau 7 kyny udah dikatrol banget sama gurunya, hihihihi...
Banyak ortu jaman dulu yg ga ngerti sama multiple intelligence (MI) ini, termasuk ortuku. Dulu aku suka minder soalnya kedua kakakku lulusan kedokteran, sekalipun pas SMA aku jurusan IPA tapi nilai 'mafia' jelek mulu, untung kuliah masuk ke jurusan yg ga ada itung-itungannya. Ortu sempet kecewa karena jurusanku beda sendiri, mereka selalu nganggep kedokteran or akuntansi lah yg bakal sukses.
Begitu tau tentang MI, sedari dini lebih baik kita asah semuanya, nanti seiring dengan proses belajar mereka pasti ada kok yg menonjol. Nah, kalo udah keliatan yg menonjol, itulah yg kita support.
Hehehehe, iya betul banget. Bahkan di masa sekarang, profesi dokter masih dianggap salah satu profesi paling 'sakral' :D. Salam kenal ya, Mbak :).
Nice article
mau share aja, kr kemarin habis konsultasi dg konsultan finger print analysis, jadi tau multiple intelligence anakku (3y,10months) strongnya di bidang logika matematika,visual spasial,body kinestitic. Makanya gak heran kenapa dia dibilang kayak cacing gak bisa diam, kecuali kalo tidur. dan dia memang strong dibidang matematika,dan pemahaman bentuk, tempat, dan dimensi.
Dan kr verbal linguistiknya biasa2 saja (kemampuan dia mengeja kata2 masih agak kurang), aku jadi tidak terlalu merasa kecil hati dan terlalu push dia utk bisa mengeja dg benar.
ada kalanya sebagai parents, kita suka membandingkan anak kita dg anak lain. (temannya sdh bisa baca satu kalimat sederhana, anakku kok belum bisa)
Dg tau bahwa setiap anak unik, kita jadi bisa lebih fokus utk mengarahkan anak sesuai dg potensinya.
Betul, Mom :). 'Peer pressure' itu memang bukan perkara gampang hehehe.