"Bunda hari ini tanggal ganjil atau genap ya?"
Pertanyaan ini sering kali muncul ketika saya baru saja parkir sepulang menjemput anak-anak (8 dan 5 taun) dari sekolah. Saya biasanya akan menjawab seperti, "Hmmm, tanggal 9, artinya ganjil ya?" dan reaksi yang sering muncul adalah satu anak akan tertawa senang sambil berkata "Hore, asyik", sementara satu anak lain bereaksi "Yah ganjil ya" sambil tepuk jidat atau cemberut.
Mungkin akan ada yang menebak saya sedang memperkenalkan anak-anak dengan bilangan genap ganjil, atau bahkan sedang tebak-tebakan matematika. Wah ternyata bukan, karena tanggal hari genap dan ganjil ini berkaitan dengan rutinitas kecil seperti mandi, mengaji, goodnight kiss, dst. Agak membingungkankah? Baiklah, mari kita cerita dari awal saja ya.
Mungkin urban mama pernah merasakan anak rebutan melakukan sesuatu atau bahkan rebutan tidak mau melakukan sesuatu. Nah, sistem ganjil genap ini adalah sistem yang kami gunakan untuk meminimalisasi rebutan tersebut--untuk siapa yang duluan melakukan apa. Sistem ini dimulai ketika mereka kerap kali rebutan tidak mau melakukan sesuatu, seperti saat sudah waktunya mandi dorong-dorongan: si Mbak kecil bilang "Abang duluan Bunda" atau Abang bilang "Mbak Kenny saja yang duluan Bunda". Demikian juga ketika waktunya belajar Iqra (mengaji) kadang suka saling tunjuk siapa duluan, tetapi yang paling membuat saya pusing adalah menjawab dengan pertanyaan "Bunda, kemarin yang tidur di tempat tidur atas siapa? Gantian dong!" Ada kalanya saya ingat (kebanyakan lupanya sih) siapa yang kemarin tidur di atas, hasilnya akhirnya jam tidur melar hanya karena berdebat atau mengingat siapa kemarin yang sudah kebagian tidur di atas.
Saya pikir, kalau terus begini, wah bisa bisa habis energi dan juga waktu hanya untuk menjadi wasit rutinitas; maka kami harus mencari cara bagaimana meminimalisasi anak-anak saling tunjukdalam melakukan rutinitas. Setelah berdiskusi, akhirnya kami sepakat bahwa ketika tanggal ganjil maka si mbak kecil (karena ia lahir duluan, pertama--bilangan ganjil) akan mendapat giliran pertama untuk mandi, mengaji, sikat gigi sebelum tidur, boleh menetapkan tokoh dongeng sebelum tidur, duluan diberikan peluk dan cium sebelum tidur, boleh duluan main scooter 1 putaran sebelum Abang, dan juga boleh tidur di tempat tidur atas (tempat tidur mereka susun). Demikian juga sebaliknya jika tanggal genap, maka Abang sebagai anak kedua mendapatkan giliran duluan untuk rutinitas rutinitas yang sudah kita tetapkan bersama.
Sistem ini, untuk saya pribadi banyak membawa nilai positif.
Pertama, rutinitas remeh temeh saya rasakan lebih smooth. Walau kadang memakai acara tepuk jidat atau manyun, atau keluar kata-kata "Yahhh aku duluan mandi ya hari ini", tetapi tidak ada acara saling tunjuk berkepanjangan.
Kedua, anak-anak belajar untuk konsekuen dengan kesepakatan yang mereka pilih. Walaupun tidak suka harus mandi duluan ya tetap harus dilaksanakan karena sudah disepakati bersama.
Ketiga, dalam hal mainan yang harus bergantian, si Mbak kecil tidak harus selalu mengalah dengan Abang hanya karena si Mbak lebih besar; sebaliknya Abang juga tidak selalu mendapat giliran di awal hanya karena ia lebih kecil.
Keempat, anak-anak belajar bernegosiasi dan saya belajar menjadi wasit pengingat. Hal ini terjadi jika di antara mereka ada yang mau menukar giliran, maka hal tersebut saya serahkan kepada mereka berdua, saya hanya menjadi wasit. Terkadang lucu sekali jika melihat salah satu berusaha melobi untuk "melakukan" atau "tidak melakukan duluan" suatu rutinitas tertentu.
Kelima, semoga bisa menjadi salah satu sweet childhood memory. Saya terkadang suka membayangkan bahwa hal ini akan jadi salah satu ingatan lucu yang bisa saya ceritakan ketika mereka dewasa.
Saya tidak bisa mengatakan bahwa sistem ini akan berhasil di setiap keluarga, atau bahkan mungkin ada yang tampa sistem pun anak-anak sudah tidak pakai saling tunjuk lagi dalam melakukan sesuatu, well good for them. Tetapi, jika ada urban mama yang kebetulan mengalami kondisi yang saya alami, mungkin sistem ini bisa dicoba. Jika urban mama memiliki tiga buah hati atau lebih, sistem ganjil dan genap agak sulit diberlakukan. Tetapi, mungkin bisa diakali dari alfabet nama mereka, sistem warna lampu lalu lintas (hari ini warna siapa yang dapat giliran pertama, kedua, dan ketiga, dst) atau dari apa saja asal disepakati bersama. Saya yakin urban mama bisa menemukan sistem yang paling tepat untuk kondisi masing-masing, sehingga rutinitas kecil berjalan dengan lebih lancar. Selamat mencoba.
@ tetehasti.. mkasi, semoga bermanfaat ya hehe anak anak kayaknya kalau ga ribut sama siblingnya ga afdol ya tapi mgkn bisa diminimalisasi hehehe selamat mencoba yaaaa :)
ah, keren banget tipsnya..
gak pernah kepikiran sebelumnya untuk bikin ide begini..
sempet kepikiran untuk putiya 1 anak aja krn liat ponakan yg tiap hari berantem sama siblingsnya
mbak @cindy vania.. hahaha samaaa di sini juga gitu sebelum dimulai yg si ganjil genap itu, akhirnya ya setelah ketok palu sepakat dah hehehe selamat mencoba dan semoga menemukan yg paling pas ya mbak cindy..
great tips!
nanti mau dipikir dulu deh yang cocok buat 3 krucils dirumah gimana. soalnya sekarang masih heboh "aku mau mandi pertama,aku makan pertama yaa" tapi ngga ada yang mau beresin mainan pertama *tepok jidat*. hihi..
thanks ya mbak novayantie untuk artikelnya :)
@ mbak Dhita.. sami sami mbak, semoga bermanfaat ya :)