Ketika melahirkan anak kedua, Syakila, saya sudah berniat tidak boleh gagal lagi dalam memberikan ASI eksklusif. Ketika kakaknya -Rafi- masih bayi, saya kurang pengalaman tentang menyusui. Dulu waktu hamil pertama, yang sibuk saya cari malah informasi tentang perlengkapan bayi. Saat hamil kedua, saya benar-benar memperbanyak dan memperdalam pengetahuan tentang menyusui. Beberapa kali saya ikuti kelas laktasi di rumah sakit yang berbeda dengan rumah sakit dimana saya konsultasi dan akan melahirkan hanya karena di rumah sakit tersebut klinik laktasinya sudah terkenal bagus.
Alhamdulillah, dengan dukungan dokter dan suster yang sabar mengajarkan saya supaya Syakila bisa melekat dengan baik (puting saya termasuk kecil), di hari kedua setelah kelahirannya Syakila sudah mulai bisa menyusu walaupun mamanya masih mencari posisi yang nyaman karena masih sakit setelah operasi caesar yang kedua.
Setelah pulang ke rumah, Syakila makin lancar menyusui. Ditambah lagi berbekal pengetahuan tentang menyusui, hambatan awal menyusui seperti puting berdarah dan payudara bengkak semua bisa saya lalui.
Sekitar 1,5 bulan cuti melahirkan, saya masih menikmati proses mengurus dan menyusui Syakila. 1,5 bulan setelah itu, sebelum saya masuk kerja, saya mulai pumping dan menyimpan stok ASIP untuk Syakila nanti, saat saya tinggal bekerja. Niatnya terasa begitu besar dan yakin akan dapat terus memberikan ASI meskipun saya bekerja. Sampai kami langsung membeli freezer khusus 4 rak. Ketika pertama kali freezer tiba di rumah dan meliihat freezer kosong yang kelihatan begitu besar, suami sempat berkata, "Memang kamu yakin bakal bisa menyimpan banyak?"
Manajemen ASIP yang baik, itu kuncinya. Saat masih cuti di rumah, tiap hari selang 3-4 jam sekali, saya berusaha pumping, siang dan malam. Awalnya cuma dapat 30-40 ml sekali pumping, karena saya juga harus menyusui Syakila. Makin lama, sekali pumping bisa dapat 150-200 ml. Saya mulai tidak betah kalau payudara penuh dan mungkin karena efek dari ASInya rajin dikeluarkan, setiap 2 jam sekali payudara sudah terasa bengkak dan penuh. Tiga hari sebelum masuk kantor, stok ASIP untuk Syakila sudah memenuhi satu freezer.
Di kantor, saya berusaha rutin pumping 2-3 kali. Dengan stok penuh selama cuti dan hasil pumping di kantor (sekitar 700-800 ml bisa saya bawa pulang), freezer mulai tidak muat menampung. Mulailah saya berpikir untuk mendonorkan stok ASIP tersebut.
Donor ASIP pertama kami berikan kepada rumah sakit yang saat itu urgent membutuhkan ASI untuk terapi bayi sakit dan prematur. Donor kedua bermula ketika seseorang melalui kenalannya di rumah sakit tempat saya mendonorkan ASIP menghubungi saya. Bayinya yang bernama Nazhrah menderita kompleksitas tongue tie sehingga kesulitan menyusu, ditambah ASI ibunya masih sedikit. Mereka tempat tinggalnya di Anyer, sampai mendatangi rumah saya di Bekasi dengan membawa Nazhrah yang masih berumur 10 hari.
Setelah Nazhrah, bayi tetangga mereka -Athaya- pun ikut menerima stok ASIP milik Syakila karena menderita kelainan yang sama. Setelah itu beberapa minggu sekali mereka masih menerima ASIP Syakila yang dikirim dengan bantuan tetangga mereka yang bekerja di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. ASIP dikirim dari rumah saya di Bekasi via kurir ASIP dan tetangganya yang bolak balik Pasar Minggu-Anyer. Sampai Syakila berumur 9 bulan, produksi ASI saya masih terbilang deras dan stok ASIP di freezer hampir setiap bulan selalu penuh terisi. Ibunya Nazhrah dan Athaya mulai tidak tergantung stok ASIP lagi karena prodksi ASI mereka sudah mulai lancar.
Saya sempat berpikir kemana lagi stok ASIP ini harus diberikan. Allah SWT pun memberikan jalan lagi. Dokter yang praktik di rumah sakit tempat saya mendonorkan ASIP dulu merekomendasikan saya ke pasiennya yang kebetulan melahirkan bayi prematur di rumah sakit tempat Syakila dan Rafi dulu diimunisasi. Zaen, terlahir prematur 1,2 kg dan ibunya penderita hipertensi berat sehingga tidak bisa memberikan ASI. Setelah Zaen, masih ada Naufal yang ibunya juga mengalami hal yang sama sehingga belum bisa disusui oleh ibunya.
Ketika Syakila berusia 10 bulan, saudara sepersusuannya sudah 4 orang. Setelah itu, seorang ibu dari anak adopsi di Medan bernama Alvaro juga meminta stok ASIP milik Syakila. Saat Syakila berusia 13 bulan, adik saya yang baru melahirkan mengalami kesulitan menyusui, dan bayinya -Ibrahim- ikut menerima stok ASIP milik Syakila selama beberapa minggu.
Karena saudara sepersusuan Syakila sudah cukup banyak, demi menjaga nasab karena hubungan saudara sepersusuan yang timbul dari mengonsumsi ASIP milik Syakila, saya buatkan grup di whatsapp demi menjaga hubungan persaudaraan. Kami sebagai ibu-ibu dari anak anak mereka, rutin menjalin komunikasi dan mengirimkan gambar anak-anak yang mulai tumbuh besar dan lucu. Berhubung tempat tinggal kami rata-rata cukup jauh satu sama lain dan belum pernah bertemu semua bersama-sama, tetapi saya yakin hubungan komunikasi bisa tetap lancar, dengan bantuan teknologi sekarang yang sudah maju.
Sampai Syakila sekarang berusia 15 bulan, saya masih membagi persediaan stok ASIP milik Syakila ke mereka jika freezer sudah penuh. Sepertinya saya masih akan terus berbagi sampai Syakila sudah berhenti menyusui, rencananya sampai Syakila berusia di atas 2 tahun. Semoga rencana baik ini selalu dimudahkan oleh Allah SWT.
@Mama Elma : menurut sy BP cocok2an ya. Ga mempengaruhi bnyknya ASIP. Sy udah cb merk medela, avent dan spectra sama ajaa. Semua nya pny kelebihan & kekurangan. Sy pny yg manual buat di rumah dan electric buat di ktr spy hemat waktu. Menurut sy perahan tangan jauh lbh maksimal walaupun pegel ;). Biasanya merah pake tangan tetep sy lakukan pd sesi terakhir stlh pake BP.
@Dini Anggun : silahkan wa saya mba di 081382705705
Subhanallah...keren bgt...mama syakila boleh sy wa...sy mau konsultasi ttg stock Asip...anak kedua sy skrng usia 3 minggu...trimakasih...
Mama syakila, boleh tanya breastpump yg dipake apa ya? Soalx sy jg punya kendala puting agak kecil dan PD jg kecil
masya Allah mama Syakilaaa :') keren bangeeet! so inspiring! seneng banget bacanya.
So inspiring..
Thanks for sharing mama Syakila..