Suatu hari Aurora, anak saya yang pada saat itu masih 7 tahun meminta saya untuk membeli rumah baru. Alasannya supaya ia bisa memiliki kamar sendiri, mengecat dinding kamarnya dengan warna merah dan pink, punya komputer warna pink, dan meja belajar sendiri yang berwarna putih.
“Ok. Mama kumpulkan uang dulu ya,” jawab saya sambil tersenyum. Maklum, saat itu kami masih tinggal di rumah orangtua saya.
“Aku ada uang, Mama. Cukup, gak? Besok kita beli rumah baru ya Ma,” Aurora pun menyerahkan selembar uang Rp20.000,00 pada saya.
Saya tertegun. Pertama karena terharu melihat anak manis ini perhatiannya begitu besar pada saya sehingga memiliki empati dan punya keinginan untuk ikut berkontribusi dalam kepemilikan rumah bersama. Kedua, karena saya mulai mempertanyakan mengenai konsep uang bagi anak-anak seumur Aurora.
Kemudian terpikir oleh saya, pada usia berapa sebenarnya kita bisa mengajarkan konsep uang pada anak? Bagaimana caranya mengerti mengenai konsep tentang uang, termasuk nilai dan lain-lainnya? Bagaimana dengan financial planning untuk anak? Kapankah waktu yang tepat bagi kita untuk mengajarkan financial planning pada anak? Usia berapakah sebenarnya anak mengerti tentang konsep uang?
Usia berapa pun yang kita lakukan untuk mengajarkan konsep tentang financial planning kepada anak adalah tepat. Atau setidaknya sejak mereka mulai bisa berhitung. Yang membedakannya adalah pendekatannya.
Tidak banyak di antara anak-anak kita yang menyadari akan konsep tentang uang. Memang kalau di sekolah mereka diajari tentang berhitung dalam matematika. Dan beberapa sekolah juga ada yang mengadakan aktivitas business day yang membantu mengajari anak-anak mengenai konsep entrepreneurship. Namun sepertinya masih ada pengertian yang salah dalam diri mereka sehingga selesai acara itu, mereka masih berpikir kalau ‘uang itu mudah dan orangtua pasti selalu punya uang'.
Jadi bagaimana kita bisa mengajarkan perencanaan keuangan untuk anak dan bagaimana dengan pendekatannya sesuai usia?
Berikut beberapa panduan mengenai pendekatan yang bisa UrbanMama dan Papa lakukan untuk membantu mengajarkan anak tentang perencanaan keuangan.
Usia 5-7 tahun:
Sewaktu Aurora berusia 5 tahun, ia tidak akan mengerti kalau Barbie Fairytopia yang ia inginkan seharga Rp299.000,00. Namun ia cukup mengerti, kalau ia membantu di sekitar rumah, dan ada pekerjaan rutin yang harus ia kerjakan sudah ia jalani, maka ia akan mendapat reward berupa satu stiker bintang. Dan setelah terkumpul banyak, stiker bintang ini akan bisa ia tukarkan dengan boneka Barbie tersebut.
Di sini UrbanMama-Papa tanpa disadari akan memberikan pengertian pada anak-anak kita, kalau segala sesuatu yang kita inginkan harus ada kerja atau usaha yang dilakukan terlebih dahulu. UrbanMama Papa juga bisa memberikan pekerjaan sederhana pada anak-anak, dimulai dengan merapikan tempat tidur, membantu membereskan mainan mereka, mandi sebelum pukul 5 sore, membantu memberi makan hewan piaraan, dan lain-lain. Hal ini juga akan membantu mereka menanamkan rasa disiplin dan tanggung jawab.
Usia 9-12 tahun:
Anak usia 9-12 sudah akan memiliki konsep yang berbeda tentang uang. Apalagi di sekolah mereka sekarang ada business day yang bisa membantu UrbanMama Papa dalam memberikan pengertian mengenai uang dan perencanaan keuangan bagi anak-anak. Ikut sertakan mereka dalam mengatur list belanja bulanan atau mingguan. Ajak ke pasar atau supermarket. Diskusi sederhana mengenai barang-barang keperluan rumah tangga juga akan membantu mereka memahami dan mengerti kalau semua yang kita miliki bersama, harus dipikirkan sejak awal.
Usia 13-17 tahun:
Dalam usia seperti ini, tidak terlalu dini kok kalau UrbanMama dan Papa mau mengajarkan mereka untuk mulai berinvestasi. Baik investasi di logam mulia, obligasi atau surat hutang negara, reksadana atau saham. Peter Lynch dalam salah satu bukunya bahkan berkata, "Kalau kamu bisa menerangkan tentang bagusnya sebuah perusahaan kepada seorang anak kelas 5 SD tanpa ia merasa bosan, maka itu adalah perusahaan yang bagus."
Warren Buffett sendiri memulai investasinya yang pertama pada saat ia berusia 11 tahun karena salah seorang pamannya memberikan saham sebagai hadiah ulang tahun untuknya. Jadi bukan alasan ya UrbanMama-Papa, kalau kita merasa anak kesayangan kita yang masih terlalu kecil untuk diajarkan tentang uang, karena pemahamanlah yang penting. Konsepnya yang ingin kita tanamkan. Bukan sisi materialistiknya.
Untuk itu, beberapa hal yang kita bisa lakukan untuk mendukung anak-anak kita memiliki kesadaran keuangan yang baik adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Keuangan
Arahkan mereka untuk memiliki tujuan keuangan. Walau usianya berbeda, anak-anak ini tetap membutuhkan tujuan keuangan. Dari tujuan keuangan, akan timbul semangat dari mereka untuk bekerja, atau dorongan untuk melakukan sesuatu. Dan ini akan mempermudah kita untuk membantu mereka mengajarkan tentang konsep uang.
2. Beri pengertian tentang uang, pekerjaan dan investasi.
Salah satu kesalahan yang sering saya buat adalah apabila anak-anak saya meminta sesuatu, maka saya akan berkata,”Mama nggak punya uang.” Meskipun sebenarnya kita berniat baik untuk berusaha jujur, ternyata itu bukanlah jawaban yang tepat.
Baiknya kita menjawab seperti ini, "Oke, kalau kamu menginginkan sesuatu, Mama harus bekerja untuk itu. Jadi akan memakan beberapa waktu bagi Mama untuk mendapatkannya untuk kamu. Sementara itu, apa yang akan kamu lakukan untuk Mama supaya kamu bisa membantu Mama?"
Kita meletakkan diri kita dan anak kita dalam posisi tawar-menawar. Tentunya ada konsekuensi dan rewards yang bisa kita tawarkan di sini. Namun siapa tahu banyak pekerjaan di rumah jadi lebih ringan dengan kreativitas mereka.
Ajari dan edukasi juga tentang investasi, karena menabung sekarang bukanlah investasi.
3. Bantu mereka membuat daftar pekerjaan
Daftar pekerjaan kakak dengan adik tentunya berbeda. Daftar pekerjaan anak usia 5 tahun dan usia 15 tahun tentunya juga berbeda. Kita bisa tentukan dan membantu mereka dalam membuat daftar ini.
Sementara untuk diri kita sendiri, kita juga tanpa sadar mengedifikasi diri kita untuk belajar memberikan kepercayaan pada anak-anak kita tentang tanggung jawab dan esensi uang. Anggap saja kita kemudian menyisihkan uang belanja kita untuk uang saku mereka. Dengan begini, mereka akan lebih menghargai uang saku yang diberikan karena mereka harus ‘bekerja’ terlebih dahulu sebelum mendapatkan hasil dari daya upaya mereka.
4. Edukasi, dampingi, dan dukung
Akan adanya masa di mana anak-anak ini merasa lelah dan mulai enggan untuk melakukan tugas-tugas mereka untuk menghasilkan uang. Dan konsekuensi yang mereka merasa dapatkan tidak akan ‘mengganggu’ sedemikian. Hati-hati ya UrbanMama-Papa, karena kalau kita biarkan, sama juga kita akan membentuk mental anak yang mudah menyerah.
Damping, dukung, dan tetap edukasi atau berikan pengertian-pengertian yang baik untuk anak-anak. Anggap saja kita sedang memimpin sebuah perusahaan, yang kita bertindak sebagai pemimpin dalam menentukan masa depan perusahaan kita.
Ya, anak adalah aset terpenting dalam hidup kita. Apa yang kita mau lakukan untuk mereka, akan membentu karakter mereka di kemudian hari.
5. Set time table
Anak-anak akan mudah merasa bosan kalau mereka harus mengerjakan hal yang sama terus-menerus. Padahal di sini kita juga sedang membangun habit alias kebiasaan dan empati. Untuk membantu memudahkan mereka, baiknya kita set time table. Apakah untuk 3 bulan, 6 bulan, atau setahun. Atau per periode dan lain-lain.
Mulailah dengan per bulan, sampai akhirnya anak-anak ini mampu membuat tujuan keuangan mereka sendiri, dan pekerjaan-pekerjaan apa yang mereka mau lakukan untuk ini.
6. Evaluasi
Akan ada masanya kita menjadi tahu apa yang berhasil dan apa yang tidak berhasil, apa yang bisa menyemangati anak-anak, apa yang justru malah membuat mereka kehilangan semangat. Evaluasi di sini penting untuk kemajuan bersama. Sadar atau tidak, kita justru mulai membangun pemimpin baru, dengan pendekatan ala orangtua. Rasa tanggung jawab yang kita pupuk sejak dini inilah, yang akan menjadikan anak-anak kita memiliki kehidupan yang lebih baik nantinya dari yang kita harapkan untuk mereka.
Semoga bermanfaat ya UrbanMama-Papa.
featured image credit: freedigitalphotos.net
artikelnya sangat membantu, terima kasih
Mbak Ella inspiratif sekali.
Selama ini aku tak pernah kepikiran ngasih pelajaran keuangan sama anak.
Wahh tips2 nya Ok, mbak Oney.. Buat pegangan aku nih ke anak2 :)
Terima kasih Mama Asti, Mama Windy, semoga bermanfaat :)
teima kasih articlenya, pas banget lagi nyari topik ini buat pembelajaran ke anak saya :)