“Tidak masalah anak kita kurang begini atau begitu, tapi yang kita perhatikan jangan kekurangannya, justru kita harus menggali, anak saya potensinya apa." Kata-kata awal Ibu Agnes itu cukup membuka mata saya tentang menjadi orangtua yang positif. Bahkan dimulai dari cara memandang anak kita pun, harus lewat sudut pandang yang positif.
Sebagai orang tua, kita semua sudah paham bahwa pendidikan adalah salah satu investasi terpenting untuk anak. Meski demikian, saya melihat masih banyak diantara kita yang belum benar-benar mengetahui berapa “besar” tanggungjawab yang harus kita siapkan.
Yang sering kita lupa adalah, saat anak kita mendapat nilai buruk di sekolah, itu pun sudah menjadi sebuah monster bagi dia, monster yang dia harus kalahkan. Jangan sampai dia pulang ke rumah dan mendapati monster yang sama.
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, tahun ajaran baru telah dimulai. Kriteria apa saja yang menjadi bahan pertimbangan saat urban mama memilih sekolah untuk anak? Setiap sekolah punya kelebihan masing-masing. Berikut ada hal-hal yang dapat dijadikan pertimbangan atau pertanyaan ketika mengunjungi sekolah yang diminati.
Fakta bahwa biaya pendidikan di negara kita tercinta, Indonesia, sangat tinggi, sudah tidak bisa dipungkiri. Sudah saatnya untuk peduli dan mulai bergerak untuk melawan inflasi pendidikan yang semakin melambung.
Desember tahun ini Ghiffari, anak pertama kami, genap berusia 9 tahun. Berarti sudah 9 tahun lamanya saya menyandang profesi ibu. Dan artinya sudah sekitar 7.5 tahun saya berkutat dengan rutinitas terapi setelah Ghiffari didiagnosa PDD-NOS, salah satu dari 5 gangguan spektrum autisme.
Menjelajah Taman Nasional Tanjung Puting sangat menyenangkan untuk dilakukan dengan keluarga. Minimnya sinyal di sana membuat kita tidak bersibuk ria update status atau ngecek timeline social media kita. Kita bisa puas ngobrol dan bercanda dengan keluarga, baca buku, memandang alam sepanjang sungai ataupun melakukan hal lainnya untuk mengisi waktu.