Salah satu persiapan menjelang hari raya Idul Fitri adalah busana muslimah. Tidak perlu baru sebenarnya, yang penting bersih dan masih terawat dengan baik. Dengan perawatan yang tepat, pakaian yang saya beli dari beberapa tahun lalu ada yang masih bagus dan layak pakai sampai saat ini.
Saya percaya jika seorang anak memiliki hobi kelak ia tidak akan mudah terjerumus pada pergaulan negatif, lebih kreatif, dan supel. Terlepas apakah hobi itu kelak jadi profesinya atau sekadar hobi.
Di Korea, saya dan suami tidak membutuhkan mobil. Setiap hari kami cukup berjalan kaki atau menggunakan kereta. Sekembalinya ke Indonesia, saya merasakan kesulitan jika ingin bepergian dan harus memanggil taksi. Suami pun menyarankan saya untuk kembali menyetir. Meski takut, saya harus menghadapinya untuk menaklukan ketakutan tersebut.
Sebagai ibu, saya selalu khawatir setiap kali anak susah atau pilih-pilih makanan. Berbagai cara sudah saya tempuh mulai dari mengenalkannya pada makanan berbeda, sampai memilih waktu makan yang kira-kira mendukung. Sayangnya, tak semua cara tersebut berhasil.
Ada dua cara yang bisa dilakukan agar pekerjaan menyetrika menjadi jauh lebih mudah. Pertama, memilih pakaian mana saja yang harus disetrika; urban mama bisa memeriksanya dari label care instruction di bagian dalam pakaian. Kedua, harus memilih alat setrika yang tepat.
“Wah ini BB-nya kurang! Kok BB-nya dibawah garis merah? Jangan-jangan kurang gizi, anaknya kurus sekali.”
Saya sudah terlalu sering mendengar kalimat-kalimat seperti itu. Apalagi dengan dua anak yang lahir prematur dan perkembangan berat badan yang sangat lambat.
Sejak punya anak, duh rasanya saya ingin menjauhkan anak-anak dari nyamuk. Kesal sekali kalau sampai melihat ada bekas gigitan nyamuk pada anak-anak. Kasihan juga kalau tidur anak-anak terganggu karena nyamuk. Padahal kualitas tidur sangat penting bagi pertumbuhan anak-anak.
Salah satu pekerjaan rumah tangga yang selalu menjadi topik pembicaraan di antara para ibu adalah menyetrika. Rata-rata orang tidak suka menyetrika karena lama, panas, buang-buang waktu, dan menyebalkan.
“Membesarkan anak itu seperti menaikkan layang-layang,” tutur Rm. Andang Binawan SJ. Ucapan ini menjadi ‘petuah’ penting bagi saya. Kok seperti menaikkan layang-layang?
Sarapan yang cukup juga meningkatkan kemampuan konsentrasi anak saat belajar dan beraktivitas di pagi hari. Anak usia sekolah yang sarapan di rumah setiap hari mampu menghabiskan waktu lebih banyak untuk beraktivitas lebih lengkap.