Apa Manfaat Rutinitas bagi Balita?

Oleh margie soemakno pada Jumat, 05 Juni 2020
Seputar Our Stories
Apa Manfaat Rutinitas bagi Balita?

Sebagai ibu dari tiga anak dan wakil kepala sekolah PAUD, saya sering dapat pertanyaan dari orangtua tentang berbagai hal yang berkaitan dengan parenting. Orangtua sering bertanya, apakah penting menerapkan rutinitas kepada anak usia dini? Anak saya kan masih kecil, jadi sepertinya belum perlu ya?

Untuk Anak Usia Dini, enam tahun pertama dari hidupnya dianggap sebagai “The Golden Years”. Mengapa enam tahun pertama dianggap masa keemasan bagi anak? Karena perkembangan otak selama enam tahun pertama inilah yang paling cepat dibandingkan masa lain di dalam hidupnya. Semua stimulasi, baik sehat atau tidak, akan menjadi pengaruh besar sebagai perkembangan selanjutnya. Salah satu yang bisa membantu anak tubuh dengan sehat adalah memberi rutinitas.

Jadi apa manfaatnya rutinitas bagi si kecil?

Ppertama, dengan rutinitas anak tidak bingung dan akan lebih percaya dengan lingkungannya. Begitu anak merasa percaya dengan lingkungannya, ia akan merasa nyaman dan dilindungi. Kalau anak sudah merasa nyaman, ia akan lebih belajar konsep-konsep baru dengan mudah dan cepat. Memang dalam hidup tentu harus ada keseimbangan. Jadi spontanitas itu perlu dan bisa meningkat kreativitas anak. Namun dalam keseharian, struktur atau rutinitas akan membantu anak untuk mengendalikan diri. Tanpa rutinitas anak bisa jadi bingung dan mengalami kesulitan seperti belajar, makan, dan tidur. Tanpa struktur, semua hal-hal kecil bisa menjadi hambatan dan orangtua merasa selalu harus marah-marah terlebih dahulu karena anak susah mendengar kemauan orangtua. Tidak adanya struktur akan membuat anak merasa seperti ditutup matanya dan suruh berjalan buta. Ia akan bingung dan tidak mengerti langkah-langkah berikutnya. Oleh karena itu, anak merasa harus berontak dahulu karena ia merasa tidak punya kendali atas situasinya, serta tidak ada ekspektasi dan tujuan yang jelas.

Jadi bagi si kecil, rutinitas akan membuatnya bisa mengatur diri dan memberi rasa kuasa. Anak yang tidak diajari struktur biasanya mengalami kesulitan untuk mengembangkan kebiasaan yang mendasar, padahal hal ini sangat bermanfaat untuk bisa mengawasi diri sendiri dan dalam hidupnya. Semua rutinitas dasar seperti menggosok gigi, makan, tidur, nonton, bermain, dan bangun tidur tidak menjadi hambatan jika sudah menjadi sebagai rutinitas harian. Lama-kelamaan hal ini akan menjadi kebiasan dan mengatur waktu akan lebih mudah untuk orangtua karena tidak perlu lagi terus-menerus mengingatkan si kecil atau harus marah-marah dahulu. 

Dengan rutinitas harian, anak bisa belajar untuk membantu orangtua dan bekerja sama dengan keluarga juga. Misalnya anak bisa diajari untuk mencuci piring sendiri setelah makan, atau merapikan tempat tidur saat bangun tidur. Setelah makan, mandi malam. Setelah mandi malam, baca buku lalu tidur. Anak jadi tahu semua langkah berikutnya dengan rutinitas seperti ini. Ini semua menjadi ekspektasi dan kebiasaan yang sehat bagi keluarga, serta sangat penting agar anak bisa menjadi mandiri dan mengatur dirinya sendiri.

Namun dalam hidup tidak setiap hari akan berlangsung sama, kan? Ya, benar, dan inilah saatnya untuk belajar hal yang baru. Memberikan rutinitas kepada anak memang tidak semudah yang dibayangkan apalagi jika kedua orangtua sibuk. Diperlukan konsistensi jika ingin hal ini berhasil. Yang perlu diketahui, riset telah membuktikan kalau anak sering takut menghadapi hal baru. Namun jika si kecil terbiasa dengan rutinitas, orangtua bisa memperkenalkan hal baru secara perlahan sehingga bisa mengurangi beban dan stresnya. Karena dengan demikian anak merasa memegang kendali. Seorang anak balita sebenarnya sama dengan orang dewasa, semua perubahan bisa dihadapi lebih baik kalau sudah ada espektasinya. Memang ada juga perubahan yang tidak terduga. Tetapi dengan fondasi berstruktur yang jelas dan kuat, anak akan lebih mudah beradaptasi dan lebih terbuka untuk belajar hal yang baru dalam hidupnya. Hal ini bisa terjadi karena ia sudah merasa nyaman dan tidak buta dengan lingkungannya.

 

20 Komentar
desi nursanti
desi nursanti April 25, 2017 12:31 pm

Terimakasih atas artikelnya
Saya ibu pekerja, dan sangat dilema sekitar 6 bulan kebelakang, krn anak saya skr di titip d ortu di bandung sementara saya di jkt krn masalah pengasuh. Akhir nya saya memutuskan utk anak di titip dulu sama ortu, walopun berat tapi utk yg terbaik, dan saya pulang seminggu sekali.
Stlh bersama ortu, memng jauh banget progressnya, mulai dari keceriaan, keberanian, makin pinter sampai ke masalah makan.
Anak saya skr umur 2 thn, lagi masa masa nya bisa milih, dan requst sesuatu. Anak saya sangat pemilih makanan, kadang dia mogok makan, jadi bingung.
Gimana caranya yaa , tips & trik stimulasi secra psikolog biar anak bisa mau makan dan ga pilih-pilih.
Sebelumnya terimakasih

margie soemakno
margie soemakno May 5, 2017 12:41 pm

Hi mba Desi,
Thank you for your comment. Aku akan coba untuk jawab dalam bahasa Indonesia ya. Pertama yang aku baca adalah, Mba Desi punya support system yang bagus. Emang untuk ibu yang kerja selalu jadi dilema kalau harus tinggalkan anak di rumah. Tetapi support systemnya mba adalah orang tua sendiri dan itu sangat bagus.

Jadi kita harus bisa kerja sama dengan orang tua kami. Mungkin tipnya adalah untuk ajak orang tua bicara, dan mba Desi mungkin bisa menjelaskan keinginanya mengenai aturan aturan untuk anak selama tinggal dengan kakek dan neneknya.

Mungkin bisa membantu kalau memberi jadwal untuk anak kepada Orang tua, untuk mempermudahkan ikutin rutinitas. Misalnya jam 7 bangun, jam 7.30 mandi jam 8.00 sarapan etc. (Kalau kira2 orang tua mba Desi bisa nemerima ini).

Di saat anak usia 2 tahun, kita sering dengar tentang masa masa "the Terrible Two's" kenapa di sebut Terrible Two’s, karena di saat anak umur 2-3 tahun dia mulai "ngetest" orang orang disikitarnya. Ini sebenarnya karena anak di usia 2-3 tahun ini mengalami perubahan. Perubahan motorik, fysik, sosial, emosional, maupun intelektual. Tetapi di usia itu, anak juga belum bisa komunikasi seperti anak yang lebih berumur. Kadang kadang itu membuat frustrasi. Selain itu anak memulai berekspirimen dengan "Ngetest" itu. Sepertinya ingin tahu kalau aku lakukan ini, orang lain akan bereaksi bagaimana? Dan itu sangat normal. Kalau kita konsisten dengan ini boleh dan itu tidak boleh, pasti bisa di lewati dengan baik. Tetapi kalua tidak konsisten, anak pasti jadi bingung dan akhirnya lebih ngetest lagi.

Anak anak di umur 2-3 tahun mengalami banyak perubahan dari cara fysiek dan psikologis. Selain itu untuk anaknya mba Desi tambah ada perubahan bawah dia harus tinggal ama kakek dan nenek, bukan ama orang tuanya sendiri dan bukan di rumahnya sendiri. Dan ada banyak perubahan dalam rutinitas juga. Semoga mba Desi bisa sabar dengan menghadapi anak, dan bisa berusaha untuk bicara dengan orang tua supaya mereka mengerti keinginannya mba Desi.

Kalau soal makan, dari segi nutrisi anak umur segitu seharusnya makan sehat 3 kali sehari dengan 2 snack. Yang penting jangan terlalu mikirin berapa banyak anak ku makan. Yang penting fokus kepada rutinitas yang sehat seperti duduk bersama keluarga saat lagi makan dan fokus kepada pilihan makanan yang sehat. Biarpun dikit makannya tidak apa apa, yang penting yang masuk sehat. Mungkin juga bisa bikin fruit juice atau boleh juga di lihat seberapa minum susu. Kadang kadang kalua anak sudah minum susu banyak, dia sudah kenyang dan harus di kurangi bertahap. Semoga jawaban jawaban di atas bisa membantu mba Desi dan mohon maaf kalua lambat jawabnya.

Terima kasih. Please let me know if you have more questions ya....

Retno Aini
Retno Aini March 17, 2017 3:08 am

Setuju banget Mama Margie, kalau flow rutinitas sudah terbentuk, anak bisa lebih mudah diajak bekerjasama dan belajar hal2 baru. Di anak saya, akhirnya dia jadi lebih kooperatif & lebih pede, bahkan jadi punya inisiatif dan senang karena bisa berperan aktif (ikut membantu di rumah) dalam rutinitas hariannya, bukan hanya mengikuti rutinitas. Memang sih, PR besarnya ada di konsistensi... but it's worth the effort. Terima kasih Mama Margie untuk ilmunya :D

margie soemakno
margie soemakno March 17, 2017 10:42 pm

Hi mama Aini,

Itu emang PR besar, tidak semudah itu untuk konsistensi. Apalagi kalau lagi saat yang super sibuk. But I agree, it is worth the effort. Thank you so much for your comment!

Honey Josep
Honey Josep March 8, 2017 4:57 pm

setuju sekali kalau rutinitas membantu membangun kebiasaan baik sejari-hari :)

Tfs mama Margie :)

margie soemakno
margie soemakno March 8, 2017 6:51 pm

thank you juga!

Woro Indriyani
Woro Indriyani March 8, 2017 3:08 pm

TFS Mama Margie, bagus banget artikelnya. Aku baru ternyata sepenting itu yah rutinitas untuk balita. Dan reminder lagi ke aku 'ini lagi golden age loh wor' hehe jadi makin semangat belajar ilmu-ilmu baru. Semoga bisa untuk bekal Rey ke depannya nanti :)

margie soemakno
margie soemakno March 8, 2017 3:24 pm

Hi,

Thank you so much for your kind words. Iya the golden age itu sangat penting dan kadang kadang kita lupa karena mikir anak masih kecil. Padahal pas dalam golden age itu, semua jadi fondasi untuk nanti seterusnya.

dieta hadi
dieta hadi March 8, 2017 12:29 pm

setuju mbak, rutinitas memang diperlukan untuk anak dan orangtua ya dan manfaatnya besar banget untuk anak. Aku juga sudah mencoba menerapkan rutinitas pada anak-anak dan dampaknya sangat terasa sekali bagi anak dan bagi kita sebagai orangtua. Makasih ya mbak sharingnya, ditunggu sharing lainnya di TUM

margie soemakno
margie soemakno March 8, 2017 1:53 pm

Hi mba Dieta,
Happy to read bawah di rumah mba Dieta sudah menerapkan rutinitas dan ada dampaknya. Apalagi kalau sudah di menerapkan dari anak masih kecil. Akhirnya rutine jadi mudah dan bagain hidup kita sehari hari. Hope to share more in the future. Let me know kalau ada yang pengin tahu lebih lanjut khusus tentang pendidikan dan preschoolers. I am more than happy to share.