Anak-anak saya, Altair dan Ankaa adalah tipe anak yang suka menghabiskan waktu di rumah. Salah satu alasannya karena di kompleks kami tidak ada teman sebaya mereka. Untungnya, mereka berdua sama-sama anak laki-laki, jadi bisa kompak saat bermain bersama.
Walaupun kompak, lucunya mereka berdua punya ketertarikan yang berbeda. Dari kecil adek Ankaa suka sekali pada mobil. Sedangkan kakaknya lebih berminat pada karakter-karakter manusia atau tokoh-tokoh superhero. Jadi kalau mau memberikan mainan ke mereka tidak harus beli dua karena kesukaannya beda-beda.
Keseharian mereka kebanyakan diisi dengan kegiatan anak-anak pada umumnya, mulai dari sekolah, ekskul, les, dan pengajian. Kegiatan-kegiatan di luar sekolah ini sengaja diikuti selain untuk menambah ilmu juga untuk menambah teman agar tidak bosan di rumah terus.
Nah, karena kegiatan yang penuh tersebut, biasanya kalau datang akhir pekan mereka akan menggunakan waktu sebaik-baiknya dengan bangun agak siang, nonton tv sepuasnya, atau mengeluarkan semua mainan yang mereka punya.
Ada kalanya juga datang rasa bosan. Kalau sudah datang rasa bosan ini Altair suka rewel, dia bakal bertanya nggak berhenti-berhenti, “Yah, kita main apa lagi nih!” “Yah, Altair bosan nih harus ngapain?”
Biasanya ayahnya akan menjawab “Kan mainan ada banyak tuh... main sama Adek.”
Tapi tentu jawaban seperti itu tidak bisa membuat puas. Akhirnya ayah punya ide, salah satunya adalah membuat mainan dari kardus. Saya ingat kalau di gudang ada kardus bekas furnitur.
Dulu awal-awal dibuatkan mainan kardus, Altair belum begitu semangat karena belum tahu mau buat apa. Namun, makin sering ayahnya bikin mainan kardus berbentuk unik-unik, akhirnya selalu disambut gembira oleh anaknya. Mereka takjub karena Ayah bisa menyulap selembar kardus menjadi berbagai bentuk mainan yang mereka suka dan jadi muncul rasa penasaran, kira-kira selanjutnya si ayah mau bikinin mainan apa lagi ya?
Pertama kali Ayah membuat mainan kardus tahun 2015. Waktu itu ayahnya pulang dari belanja bulanan dan membawa satu kardus besar sekali. Awalnya saya bingung juga kardus di bawa pulang buat apa? Malahan memenuhi rumah dan menambah sampah. Ternyata keesokan harinya Ayah membuat rumah-rumahan sederhana dari kardus.
Altair senang sekali, waktu pertama kali dibuatkan mainan rumah-rumahan. Ternyata nggak cuma dimainkan sebagai rumah biasa, dia berimajinasi mempunyai toko buku dan mainan, yang diberi nama Altair shop.
Melihat respons Altair, ayahnya tambah semangat dan tertantang untuk membuat mainan yang lain. Altair pun semakin semangat menunggu. Ketika Ankaa makin besar pun ternyata nggak jauh beda sama kakaknya. Dia juga senang mendapat berbagai bentuk mainan kardus hasil kreasi ayahnya.
Sekarang kegiatan membuat mainan dari kardus jadi rutinitas setiap akhir pekan atau liburan sekolah. Saat anak-anak sudah mulai besar mereka mulai terlibat dalam pembuatan mainan kardus. Altair sesekali ikut membantu memotong beberapa bagian kardus dan Ankaa membantu memberi warna.
Lumayan juga mainan yang sudah pernah di buat sama si Ayah. Ada topeng ironman, transformer, ant-man, pistol-pistolan, mobil balap, track mobil & parkiran, dan sebagainya.
Akhir-akhir ini bukan hanya mainan saja yang dibuat. Ayah mulai iseng membuat sesuatu yang bisa dipakai atau difungsikan. Beberapa minggu lalu ayahnya iseng membuat tas kardus, bukan hanya berbentuk tas seperti biasa, tetapi bentuknya dibuat sesuai dengan dengan tema film kesukaan Altair: star wars. Anaknya suka banget dan sampai sekarang jadi tas wajib untuk pengajian.
Pernah juga ayahnya membuat alat peraga sedehana, yaitu perahu Nabi Nuh. Jadi, sambil membacakan buku kisah Nabi Nuh, anak-anak bisa melihat secara visual ketika Nabi Nuh menyelamatkan binatang ke dalam bahtera raksasa.
Yang terbaru, si ayah membuat kamera mainan pemutar film untuk memperkenalkan anak-anak proses animasi secara sederhana di dalamnya.
Mainan kardus ini membuat mereka berpikir bahwa mainan itu tidak harus didapat dengan cara membeli. Mainan baru bisa tercipta, dengan bekal imajinasi dan kreativitas, dari bahan yang tidak terpikir sebelumnya.
Memang bahan kardus ini umurnya tidak akan lama karena memang mudah sekali rusak. Paling lama hanya bertahan dua minggu kalau dimainkan setiap hari. Namun, pesan Ayah, “Yang penting waktu sudah jadi, tetapi saat anak-anak ikut ambil bagian saat proses pembuatan dan suka dengan hasilnya. Itu yang akan mereka ingat sampai mereka besar.”
Keren banget ini mba Anty!
Aku selalu takjub kalo liat "ayah kardus" beraksi di instagram. heheh..
kreatif banget!
Wahhh kece banget iniiiii. Keren-keren hasil DIY kardusnya, hebat deh. Seneng ya kalo bisa bikin sesuatu buat anak-anak apalagi kalo bikin anak-anak hepi. Keceeee!
Duh kok keren banget sih ini. Kreatifnya luar biasa, gak perlu gunain bahan-bahan yang mahal cukup yg murah tapi hasilnya tetap disukai oleh anak.
keren bangeeet ini ty! bener banget... dengan membuat mainan kardus ini anak jadi tahu prosesnya jadi lebih menghargai. pasti altair & ankaa jadi anak-anak yang kreatif deh kayak ayah ibunya. :) keren!