Ada satu hal yang selalu mengganjal di pikiran saya ketika harus tinggal di luar negeri.
Kenyataan bahwa saya 'menjauhkan' Alyssa dari keluarga besar saya, 'membawa pergi' cucu satu-satunya mama saya (saya anak tunggal, dan Alyssa juga anak satu-satunya), membuat rasa bersalah kerap menghantui.
Pertanyaan seperti 'bagaimana kalau Alyssa merasa asing dengan keluarganya sendiri?' sering membuat saya sedih.
Saya bertekad, walapun dipisahkan jarak yang sangat jauh, bonding Alyssa dan keluarga saya di Indonesia harus tetap erat.
Saya pun merancang strategi.
1. Foto di mana-mana
Saya 'menyebar' foto keluarga besar saya di beberapa penjuru rumah.
Ada foto beramai-ramai saat kami liburan ke Bandung beberapa tahun yang lalu di ruang tamu. Ada foto si Neng waktu masih bayi dengan adik sepupu saya. Ada foto Alyssa dan Uti (mama saya) di kamar Al. Ada foto oom dan tante saya di ruang makan. Pokoknya di mana-mana!
Selain itu kami juga kerap membuka foto album atau nonton video liburan kami di Indonesia sambil ngobrol dan 'nostalgia', "Kamu inget gak, waktu Uti gantiin popok kamu, trus kamu pipisin Uti?"
Tujuannya, agar Alyssa tetap merasakan keberadaan mereka. Nggak asing dengan wajah mereka. Ingat dengan kasih sayang mereka. Selalu.
2. Memanfaatkan teknologi
Thank God for technology... termasuk pencipta internet, Skype, Facebook, BlackBerry, Twitter, dan teman-temannya!
Karena mereka, jarak Belgia-Indonesia, terasa jadi sedikit lebih dekat!
Walaupun terkadang susah mencocokan jadwal komunikasi gara-gara perbedaan waktu 5 atau 6 jam dengan Indonesia, tapi saya mencoba untuk menelpon paling tidak seminggu sekali (weekend). Di hari lainnya, kami mencoba untuk selalu keep in touch dengan sarana BBM/whatsapps atau email.
Satu bonus yang tak terduga: mama saya yang tadinya (sangat) gagap teknologi, sekarang jadi 'gaul'. Dia punya account twitter, facebook, dan pembaca setia blog saya supaya nggak ketinggalan berita tentang anak-cucunya. Sekarang saya bisa sombong, "Nyokap gue dong bisa twitteran, nyokap lo bisa gak?" :)
3. Face to face
[caption id="attachment_16270" align="alignleft" width="196" caption=""]AL dan Uti berpelukan sebelum berpisah[/caption]
-
- Biar bagaimanapun, gak ada yang bisa mengalahkan pertemuan langsung face to face. Maka dari itu, sebisa mungkin, punya duit nggak punya duit, kami selalu mengusahakan untuk bisa pulang kampung minimal setahun sekali. Alyssa pun sudah terbiasa dengan 'ritual' ini. Bahkan tahun lalu, saat saya dan papanya mempertimbangkan untuk mengganti liburan ke Indonesia dengan trip ke Amerika, Alyssa protes berat. Dia tetap memilih untuk ketemu Uti, Uyut, Papa Ito, Mama Nduk, dan semuanya di Indonesia dibanding jalan-jalan ke Disneyland atau New York!
4. Kado
[caption id="attachment_16271" align="alignright" width="245" caption="Buka kado dari Indonesia yang baru dikirim 'Bapak Tukang Pos'"][/caption]
Namanya anak-anak, pasti suka dikasih kado. Dan namanya nenek, pasti suka memberi kado. Apalagi kalau si nenek tinggal ribuan kilometer jauhnya dari si cucu.
So yeah, Alyssa is spoiled rotten by my family in Indonesia ;-)
Tapi mana saya tega melarang mereka memanjakan si Neng? Justru saya ikut berperan serta sebagai agen rahasia pembeli hadiah. Soalnya, keluarga saya sering ingin memberikan Alyssa hadiah di hari-hari istimewanya. Tapi terkadang nggak segampang itu. Masalahnya, berat di ongkos!
Pernah, mama saya kirim kado kecil untuk Alyssa. isinya apa.. harganya gak seberapa... eh, ongkos kirimnya jauh lebih mahal. Sialnya pula, sampai di sini dikenakan bea masuk segala karena termasuk dalam kategori "kiriman dari negara 'dunia ketiga". Karena itu kami membuat rencana lain: saya beli beberapa kado di sini, dibungkus satu-satu, ditulisi 'untuk Alyssa Putri Cleymans dan alamat lengkap', lalu pada hari H-nya saya menyelinap keluar rumah dan meletakan paket rahasia di depan rumah. Kemudian saya teriak 'Alyssa, lihat.. ada paket untuk kamu dari Indonesia'.. sambil pura-pura terkejut.
Alyssa pun senang bukan kepalang. She knows, that her family in Indonesia always remember her special days :)
Alhamdulillah, sejauh ini cara-cara yang saya lakukan bisa membuat Alyssa merasa dekat dekat keluarganya nun jauh di sana. Bahkan ia kerap kangen dan merengek minta pulang kampung.
Kalau Urban Mama dan Papa sekalian punya tips jitu lainnya, let's share them! :)
Alhamdulillah jarak saya walaupun tinggal di LN masih bisa pulang, kadang bisa ajak keluarga untuk liburan disini...
Tapi emang, sedih :(, apalagi kalo anak sakit yang disebut Omanya :(
Jadi pingin pulkam nih :( Meskipun masi sam2 dlm negeri, tp sy ga bs sering2 pulkam, maklum ongkos+waktu perjalanan Manokwari (Papua)-Klaten (Jateng) ga sedikit, dan jg krn pekerjaan suami yg susah ditinggal. Sdh setaun sy ga pulkam, pdhl dl waktu masi tinggal d Bandung, sy bs pulkam setaun 2x. Jadi home sick nih.... Btw, tips2nya mom Fanny utk 'mendekatkan' anak dgn keluarga besar yg jauh lokasinya, bole juga tuh, bs sy coba utk anak sy. TFS mom Fanny ;))
Ngerasain hal yang sama juga, waloupun masih di dalam negeri,... =))
Idem deh, Fan... Khususnya di hal Skype and Facebook. Uti-nya anak2 jg jadi buka akun Facebook, rajin nyalain Skype dan baca2 blogku. Kadang aku minta Uti "jagain Eneng", maksudnya nemenin Eneng ngobrol2 via Skype jadi aku bisa mandi dgn tenang, ahahai... Ujung2nya Uti nanya macem2 ke aku, soale Eneng msh blm jelas ngomongnya, Uti-nya kadang ngga ngerti, hihi...
Sedih banget sih paket dr Indonesia kena bea masuk. Kl ke tempatku aman2 aja, makanya Uti sering kirim macem2 dari krupuk sampe baju anak2. Dan kl paketnya sampe, anak2 langsung kesenengan. Nungguin dgn excited di sebelahku yg lagi usaha buka kardus paket. Priceless moment. Serasa dikirimin sekardus cinta dari Jakarta :)
great idea yaaa yang paket rahasia nya fan. bener bgt daripada tekor di ongkos. eh btw kenapa emg Indo dikategoriin "dunia ketiga" emang bisa kena beamasuk juga ya gara2 termasuk negara antah berantah