Tugas utama kita sebagai orang tua adalah merawat dan mendidik anak seoptimal mungkin sampai ia dewasa dan mengarungi kehidupanya sendiri. Hal tersebut pun menjadi salah satu motivasi saya ketika memutuskan berhenti bekerja di industri yang sudah saya geluti selama 6 tahun. Saya mulai melalui 24 jam bersama si kecil, mencoba memenuhi semua kebutuhannya baik fisik maupun psikisnya demi menebus 2,5 tahun hari-harinya yang lebih banyak didampingi oleh pengasuh. Begitupun dalam kegitannya bermain, hampir setiap hari saya menyiapkan kegiatan bermain untuk anak saya, mencari berbagai ide bermain di instagram dan pinterest, atau berburu mainan di e-commerce . Dalam menemaninya bermain, kadangkala saya suka ikut-ikutan mengatur cara bermainnya “harusnya begini dek, harusnya diginiin, sini ibu bantu” dan sebagainya.
Namun seiring berjalan waktu, ternyata ada dampak tersendiri dari kebiasaan saya mendampingi anak bermain, anak saya jadi selalu menuntut perhatian dari semua yang ada dirumah, baik ketika hanya bersama saya dan ayahnya atau bahkan ketika ada saudara, apa yang dia mainkan dan lakukan harus ada yang meilihat, pun saat ada mainan kadang dia meminta kami untuk yang menyusun atau membuatnya karean dia berdalih tidak bisa bikinnya.
Dari situ saya menyadari bahwa perlakuan saya yang selalu medampingi albi bermain sudah berlebihan saya kurang memberinya kesempatan untuk bermain bebas sendiri karena takut anak merasa bosan. Llau saya membaca berbagai artikel di situs parenting bahwa para ahli menyarankan anak untuk free play, yakni bermain tanpa ditemani atau diatur oleh orangtua dapat membantu mengasah imajinasinya.
Dalam salah satu artikel di situs motherandbaby.co.uk disebutkan bermain bebas merupakan permainan yang tidak terstruktur, dan ini sangat berharga. Anak-anak, seperti orang dewasa, juga perlu waktu untuk rileks dan merefleksikan apa yang mereka alami. Itu tidak bisa terjadi kalau mereka terlalu sibuk. Permainan tidak terstruktur memiliki banyak manfaat lainnya, belajar menyibukkan diri adalah pemberhentian penting dalam perjalanan panjang yang harus ditempuh anak menuju kemandirian. Dalam perjalanan itu, dia akan memperoleh banyak keterampilan hidup yang penting. Kesadaran bahwa dia bisa, jika dia bosan, menemukan sesuatu untuk dilakukan sendiri, mengembangkan kemandirian. Dia akan mendapatkan kepercayaan diri untuk mengikuti keingintahuannya, kreativitas yang dia butuhkan untuk memulai permainan, dan imajinasi serta konsentrasi untuk mematuhinya.
(Gambar: www.pexels.com )
Dari situ saya akhirnya mencoba untuk lebih membiarkan anak bermain sendiri, dimulai dengan membuat jadwal dimana kami bisa belajar dan bermain bersama, dan dimana saya akan melakukan hal lain sementara dia dibebaskan main dengan mainannya. Awalnya albi masih merengek dan mengeluh bosan, namun ternyata lama kelamaan mulai terbiasa dan malah dia membuat permainannya dengan idenya sendiri. Begitupun dalam merapihkan mainan, saya mulai mencoba untuk hanya mengingatkan tanpa memerintah dan memberikan arahan, meski kadang tidak serapih biasanya, namun setidaknya dia menyelesaikan tanggung jawabnya . Sampai suatu hari dia menjatuhkan kotak legonya dan berhamburan kemana-mana dia langsung berkata “Albi bisa bu, tenang-tenang”
Sekarang saya sudah sangat jarang membuat kegiatan bermain, saya biarkan dia bermain dengan membuat caranya sendiri, terkadang dia mengajak saya untuk bergabung dengan roles yang dia tentukan.
Memiliki anak yang mandiri adalah dambaan semua orang tua, mungkin selama ini saya terlalu takut anak bosan dan tidak percaya pada kreatifitasnya sehingga justru malah membuat dia jadi terlalu bergantung bahkan dalam hal bermain, saya meyakini bahwa kebersamaan dengan anak memang penting namun anak pun perlu waktu bebas tanpa intervensi, bahkan oleh orang tuanya sendiri. Nah bagaimana penadapat urbanmama semua?