Menghitung hari sih udah biasa. Apalagi hari-hari pra nikah. Dan setelah pernikahan banyak hal yang berubah, banyak sekali. Untuk cerita yang satu ini adalah salah satu perubahan yang terjadi pasca pernikahan saya dengan Aa. It’s about how to manage financial things, tentang situasi menghitung dalam rumah tangga kami.
(Gambar: www.rawpixel.com)
Dari awal kami sudah banyak ngobrol masalah uang. Masalah paling sensitif dan santer dijadikan penyebab utama keretakan rumah tangga. Tiada lain dan tiada bukan adalah masalah ekonomi. Agak khawatir sih ketika tahu bahwa jodoh yang ada di hadapan saya adalah seorang ekonom. Sosok yang memiliki keahlian di mana keahliannya itu 'nggak banget' bagi saya. Saya tidak begitu suka dengan ekonomi. Saya tak pernah care sama yang namanya uang. Flow keuangan saya sampai saat itu cuma dikasih sama orangtua, lalu dibelikan makanan, ongkos ke sana ke mari, nyalon, dan beli buku. Tidak terpikir untuk mengaturnya menjadi satu cashflow yang rapi dan mungkin malah menambah pemasukan. Sama sekali tak terpikir untuk itu. Namun, semuanya berubah ketika saya ketemu dengan calon suami. Saya diajak untuk belajar cashflow sebelum menikah dengan suami. Kali pertama dikasih lihat file tentang perencanaan keuangannya, saya hanya bengong. First impression, apaan sih ini? Nggak ngerti.
Dia pun menjelaskan file dengan judul “Indra's Financial Monthly Map 2010”. Rapi sekali. Semua pemasukan dia selama satu bulan, kalkulasinya dalam setahun, dan mau dibawa ke mana semua pemasukan itu nantinya, semuanya tercatat dan direncanakan rapi sekali. Pantasan dulu dia dengan antusiasnya merekomendasikan situs tujuanloapa.com. Itu dia banget, ternyata. Dia pun dengan berapi-api menjelaskan setiap detail perencanaannya. Mulai dari pemasukan gaji bulanan, rencana jangka pendek, rencana jangka panjang, rencana investasi. Semuanya!
Selesai menjelaskan, dia bertanya ke saya,
“Gimana yang? Ada masalah gak dengan semua yang udah saya plan beberapa tahun ke depan?”
“Heh? Masalah? Masalah apa ya? Gak ada. Saya setuju-setuju aja.”
"Yah, kok setuju-setuju aja. Gak ada masukan?"
Saya saja bingung. Benar-benar bingung mana yang harus saya koreksi. Itu sudah almost perfect, buat saya. Sedikit cerita tentang latar belakang suami, dia itu anak pertama dari tiga bersaudara, kelahiran tahun 1983. Sudah memiliki penghasilan sejak kuliah. Bergabung dengan band religi yang sempat naik daun di Bandung. Mulai dari karirnya di dunia musik itulah dia punya penghasilan tambahan. Saya nggak inget persis bagaimana perjalanan karirnya, yang pasti di usianya yang masih mahasiswa saat itu, dia sudah punya banyak pengalaman kerja di sana-sini. Dia bisa membiayai skripsi dan beli motor sendiri. Dan membeli barang lain yang dia beli dengan uang sendiri.
Januari 2009, saya dan dia mulai dekat berkat bantuan jejaring sosial. Di tahun yang sama pula, dia langsung mengajak saya menikah. Dengan sangat matang. Selain pengetahuannya yang luas dan membuat saya nyaman diskusi apa saja dengan dia, dia sudah mapan. Bukan berarti saya matre, tetapi yang namanya hidup berdua itu bukan hanya makan cinta. Ada perhitungan teknis yang juga harus disiapkan untuk menyemikan cinta itu menjadi indah dan tidak menyusahkan sekitar dan juga calon anak.
Banyak hal yang saya pelajari tentang keuangan. Amat sangat banyak. Sempat sih, eneg juga kalo udah diskusi tentang rencana keuangan lagi dan lagi. Namun beberapa hal yang akan jadi poin saya di tulisan ini adalah:
- Uang itu bukan segalanya tapi segalanya (meskipun terkadang tidak semua) membutuhkan yang namanya uang. Jadi kita harus benar-benar mengaturnya dengan baik. Agar ketika kita butuh, uang itu selalu stand by untuk digunakan.
- Semua impian butuh dana. Saya dan impian seperti belahan jiwa, tidak ada impian tidak ada semangat, dan dari semua impian itu saya harus menyiapkan dana untuk mewujudkannya. Dengan pengetahuan tentang perencanaan keuangan, saya bisa mengatur mana impian yang membuat saya menghasilkan uang, mana yang membuat saya harus mengeluarkan uang. Semakin rapi, insya Allah semua impian saya akan terwujud. Perencanaan keuangan itu juga bagian dari ikhtiar, bukan?
- Dengan perencanaan, kita terlatih untuk displin. Ketika kita sudah mahir mengotak-atik pemasukan dan pengeluaran, kita tidak pernah merasa kekurangan. Karena apa? Karena kita tahu dari mana uang itu datang dan akan ke mana uang itu pergi.
- Berhubung dalam ajaran agama sangat dihimbau untuk rajin bersedekah, saya ingin punya penghasilan yang lebih dari yang lain agar saya selalu bisa berpartisipasi dalam kegiatan amal dan kegiatan sosial.
Intinya adalah siapapun anda, sudah berkeluarga atau tidak, ayo kita mulai merubah pola pikir yang tadinya hanya mencari uang dan membelanjakannya, dengan pola pikir bagaimana uang ini berputar secara rapi dan menghasilkan nilai lebih di akun tabungan kita nanti. Banyak hal yang harus kita lakukan sebagai calon-calon orang sukses, jangan sampai keadaan ekonomi yang jadi hambatan. Selama kita mau, kita pasti bisa.
Saya adalah seorang istri yang amat sangat terinspirasi oleh pria pembelajar sejati tentang masalah financial planning ini. Saya jadi ikut tenang untuk kondisi keuangan saya nantinya. Dia bilang, susah atau senang dalam hidup itu bukan seberapa banyak uang yang kita punya, tetapi bagaimana kita bisa mengaturnya sesuai dengan apa yang kita butuhkan dan apa yang kita inginkan. Kekayaan orang itu dinilai bukan dari uang yang masuk ke rekeningnya dia, tetapi bagaimana dia bijak memutarkannya. Orang dengan penghasilan 100 juta dengan orang yang penghasilannya 10 juta akan terlihat sama saja; it’s about how you manage your cashflow.
Mungkin di luar sana masih banyak pria usia 27 tahun yang karirnya lebih baik dan lebih sukses daripada suami saya. Namun perjalanan yang sudah suami saya toreh di dunia keuangan, saya yakin dia adalah 1 dari 100 pria yang ada di Indonesia ini yang dapat melakukan hal tersebut. Atau mungkin 1 di antara 1000?
Yang pasti, di usianya yang masih kepala dua, dia sudah berhasil membeli rumah, menikahi mahasiswi yang juga dibiayai kuliah dan biaya hidupnya, dan juga membantu sesama untuk mewujudkan impian mereka. Semoga Aa selalu diberikan kebahagiaan yang tidak ada habisnya oleh Tuhan.
Saya yang awalnya benar-benar nggak bisa mengatur uang, berkat motivasi dan pembelajaran dari sang suami, sekarang saya juga udah punya penghasilan tambahan loh selain sibuk kuliah dan co-assistant.
menyenangkan ya kalau punya suami yang bisa diajak ngobrol soal keuangan :)
inspiring banget mbak...aku juga kesulitan untuk nge list keuangan. secara udah fix tapi tiba-tiba ada pengeluaran tak terduga selain pengeluaran keluarga inti. maklum keluargaku maupun suami sama-sama big family, jadi masing-masing harus dijatah biar gak ada yang iri.
menginspirasi banget pengalamannya, klo aku si ga bisa ngatur uang, pdhal ya cuma btw makan tau tau udah tipis, mesti belajar dr sekarang :D
Aku baru mau dua bulan nikah.
Suamiku juga begitu. sedangkan aku cenderung boros karena merasa punya penghasilan sendiri.
Tapi bagus juga ya kalo kita menyusun rencana keuangan bareng suami .. Ehmm terinspirasi nih ..
Thanks ... semoga selalu dilimpahi keberkahan rumah tangganya ;)
Tipikal sumiku juga nih..
Tp sayangnya aku gak gitu..
Ada uang di beli,gak ada uang ngirit..
Kira2 gt deh prinsip sedari dulu..
Stelah mbaca ini,kayanya harus berguru juga nih..sama suami,hemmm..
Dia tuh terorganisir bgt,sampai cenderung (aku juluki) pelit..??????????? "? ..
Tapi,giniiii hari..financial planning harus dijalankan yaa..apalagi sebentar lagi kita punya anak..harus pintar atur cashflow dan siapin investasi..
Semangat yuuk ibu-ibu :)