Beberapa bulan ini, Lana (11 tahun) sedang menggeluti olahraga tricking. Tricking mulai terbentuk pada tahun 1990 di Amerika Serikat, dan olahraga ini berawal dari olahraga extreme martial art yang menampilkan seni gerak berupa tendangan dan akrobatik. Tricking memang belum terkenal di Indonesia seperti olahraga beladiri dan senam lainnya, namun di luar negeri, tricking sudah cukup terkenal.
Tricking menggabungkan berbagai gerakan bela diri, seperti taekwondo, capoeira, wushu, parkour yang dipadu dengan seni gerak lainnya seperti gimnastik, akrobatik dan breakdance. Bagi Lana, tricking ini sangat mendukung kegiatan beladirinya di taekwondo, khususnya di taekwondo Poomsae (jurus) Freestyle.
Meski gerakannya gabungan dari beberapa olahraga beladiri, namun tricking bukan digunakan untuk fighting, tricking lebih mengarah ke artistik dan mengutamakan estetika. Gerakan-gerakannya sangat unik, lincah, berputar-putar seperti menari di udara. Saya pun selalu berdecak kagum jika melihat teman-teman atau pelatih di Hyperhaken, tempat Lana berlatih olahraga tricking. Lompat berputar-putar sambil menendang kemudian berputar lagi seperti gasing. Keren banget!
Ada beberapa gerakan dasar pada olah raga tricking, yaitu gerakan tendangan, flip, salto, dan putaran atau twist kombinasi yang biasa disebut kombo. Saya ingat, pertama kali Lana ikut bergabung latihan tricking di Hyperhaken, dia berlatih menendang target yang gerakan menendangnya hampir sama yang dia pelajari di taekwondo (ada tendangan dollyo, dwi chagi, dwi hurigi). Hanya saja di tricking, tidak ada aturan khusus sehingga orang yang melakukan tricking (disebut tricker) bebas berkreasi melalu gerakan.
Meski bukan olahraga untuk bela diri, tricking termasuk olahraga ekstrem dan beresiko. Oleh karena itu, perlu latihan rutin dan serius. Latihan rutin dalam melakukan tricking sangat diperlukan untuk hal-hal yang sangat mendasar, seperti saat pijakan kaki pada akhir gerakan harus tepat, agar tidak mengalami cedera di persendian pergelangan kaki (ankle). Beberapa kali Lana juga mengalami otot 'ketarik'; hal ini terbilang biasa karena banyak gerakan dalam tricking yang memang mengandalkan kekuatan otot.
Saya ingat ketika Lana baru memulai latihan tricking, dimulainya dengan belajar gerakan-gerakan sederhana seperti menendang yang kemudian dikombinasikan dengan gerakan lainnya. Begitupula saat mulai belajar round off backflip, mereka dilatih step by step dan ketika sudah berhasil melakukan gerakan ini, disarankan untuk dilatih terus berulang-ulang minimal 5 kali dalam setiap gerakan dan harus berhasil. Tentunya selama melakukan berakan-gerakan tersebut wajib didampingi dan diawasi oleh pelatih.
Apakah si kecil tertarik dengan olahraga tricking? Selain meningkatkan kebugaran tubuh, olahraga tricking juga melatih kelenturan, kecepatan, dan koordinasi tubuh. Tricking juga dapat meningkatkan kepercayaan diri serta menghibur orang yang menontonnya, karena tricking menampilkan gerakan kombinasi yang memukau, serta gerakan-gerakan ekstrem dan sulit selalu menjadi tontonan menarik bagi kebanyakan orang.
Bagi urban mama yang tertarik untuk mengikutsertakan si kecil dalam olahraga ini, sangat disarankan agar si kecil berlatih dengan pelatih yang sudah ahli karena olahraga ini cukup ekstrem. Si kecil bisa bergabung ke komunitas-komunitas tricking yang tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya dengan komunitas Hyperhaken. Selamat mencoba!