Menyusui vs Kerusakan Gigi Anak

Oleh Fatimah Berliana Monika pada Senin, 24 November 2014
Seputar Expert Explains

Hingga saat ini pemberian ASI dan menyusui dalam jangka panjang terutama menyusui dengan posisi berbaring miring (side lying) saat malam hari dipercaya menjadi salah satu penyebab kerusakan gigi pada anak-anak. Sehingga banyak Mama yang menghindari untuk menyusui dengan posisi berbaring miring bahkan menghentikan menyusui pada malam hari. Padahal menyusui dengan posisi berbaring miring sangat membantu Mama untuk beristirahat serta manfaat menyusui pada malam hari juga banyak baik bagi bayi dan juga Mama. Umumnya masyarakat berpendapat bahwa menyusui bayi pada malam hari hingga bayi tertidur akan sama efeknya (merusak gigi) seperti pada bayi/anak yang menyusu dengan botol dot.

Sebelum ditemukannya botol dot, kerusakan gigi pada gigi bayi/anak sangat jarang. Drg Brian Palmer dan Harold Torney telah melakukan penelitian panjang dan mendalam terhadap tengkorak manusia (sampel hidup pada 500-1.000 tahun yang lalu) dan berdasarkan hasil penelitian mereka disimpulkan bahwa menyusui tidak menyebabkan kerusakan gigi.

Jadi faktanya ASI dan menyusui dapat melindungi bayi/anak dari kerusakan gigi, dan kebalikannya, pemberian susu formula dan penggunaan botol dot sebagai media asupan bayi/anak (bottle feeding) berperan dalam perkembangan kerusakan gigi bayi/anak sejak dini. ASI mengandung antibodi (Secretory IgA &IgG) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri jahat seperti Steptococcus mutans (S.mutans) yang menyebabkan kerusakan gigi. Selain itu ASI mengandung protein Laktoferin yang dapat membunuh S.mutans. Hal lainnya, S.mutans menggunakan sukrosa yang terkandung dalam susu formula untuk menghasilkan asam yang akan merusak gigi, sementara ASI mengandung laktosa dan tidak dapat digunakan (S.mutans) untuk menghasilkan asam. Susu formula juga berperan dalam pengikisan enamel gigi, secara signifikan mengurangi pH dan meningkatkan perkembangan bakteri-bakteri jahat lainnya. AAP (the American Academy of Pediatrics) pada tahun 2007 telah mempublikasikan penelitian yang menyatakan tidak ada hubungan antara menyusui dan Early childhood caries (ECC).

Terdapat perbedaan mencolok antara menghisap botol dot dan mengisap payudara (menyusu). Bila bayi mengisap botol, maka isi botol akan keluar di mulut bagian depan dan sekitar gigi, sementara saat menyusu, puting Mama akan meregang, tertarik jauh ke dalam mulut sehingga ASI akan dilepaskan langsung ke arah kerongkongan dan menstimulasi bayi untuk menelan.

Perbedaan kedua, ketika bayi tertidur dengan kondisi botol dot di dalam mulut bayi maka botol dot akan terus mengalirkan isi botol ke dalam mulut bayi/anak, sementara payudara Mama tidak akan mengeluarkan ASI bila tidak diisap dengan aktif.

Walau bayi menyusui secara eksklusif dan setelah menerima MPASI tetap menerima ASI/disusui, bayi bisa menderita kerusakan gigi karena berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1. Bayi mengonsumsi makanan minuman dengan kadar gula tinggi
2. Steptococcus mutans (S.mutans) yang masuk ke mulut bayi karena ditularkan oleh orang tua, pengasuh, dll. Beberapa tindakan yang dapat menularkan kuman ini misalnya mencium mulut bayi/anak, memakai sikat gigi bersama, sendok/garpu yang digunakan bersama, mengunyahkan makanan bayi, dll.
3. Kelainan produksi air liur (saliva). Seperti yang telah diketahui bahwa air liur membantu tubuh melawan S.mutansdengan cara membersihkan gula dari gigi dan menyediakan lapisan yang dapat melindungi gigi dari asam. Air liur berkurang produksinya secara alamiah selama tidur dan pada beberapa kondisi seperti menderita asma, diabetes, bayi preterm/prematur, malnutrisi, penggunaan beberapa jenis obat (obat asma, antihistamin, anti mual, dll).
4. Riwayat trauma kehamilan dan penyakit selama kehamilan sehingga Mama perlu mengkonsumsi obat-obatan seperti Antibiotik
5. Mama yang merokok selama kehamilan
6. Pola makan (diet) yang buruk di keluarga
7. Keluarga yang tidak terbiasa menjaga kesehatan gigi dan mulut
8. Faktor keturunan

Langkah-langkah mencegah kerusakan gigi bayi/anak sedini mungkin (selain menyusui dan tidak memberikan asupan melalui botol dot) adalah sebagai berikut:
1. Ketika gigi bayi pertama muncul (yang umumnya terjadi sejak usia bayi 6 bulan hingga 1 tahun) mulailah membersihkan gigi bayi dengan sikat gigi khusus bayi.

Bagaimana dengan pasta gigi mengandung fluoride? Panduan lama menyatakan bahwa pasta gigi mengandung fluoride baru boleh diberikan setelah anak berusia 2 tahun. Tetapi panduan ADA (American Dental Association) terbaru tahun 2014 menyatakan sejak gigi pertama bayi muncul maka sikatlah gigi bayi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride sebesar kira-kira 1 butir beras. Sementara untuk anak berusia 3 tahun atau lebih berikan pasta gigi berfluoride sebesar 1 butir kacang polong.

2. Buat jadwal kunjungan pertama ke dokter gigi paling lambat saat bayi berusia 1 tahun
Banyak orang tua yang merasa tidak perlu untuk berkonsultasi dan memeriksakan gigi anak-anaknya, karena dianggap belum lengkap. Padahal dengan berkonsultasi dengan dokter gigi sejak dini, para orang tua bisa mendapatkan informasi status kesehatan gigi-mulut anak dan memahami cara membersihkan gigi-mulut dengan baik dan benar.

3. Beri minum air putih setelah bayi makan MPASI
Bayi yang sudah menerima MPASI (usia 6 bulan ke atas) boleh diberi air putih (bisa dimulai dengan kuantitas 60 ml per hari) setelah makan sehingga membantu membersihkan gigi dan mulut bayi dari sisa makanan yang menempel.

4. Tidak membiarkan dan membiasakan bayi/anak membawa botol minum/cup dalam jangka waktu lama
Walaupun bayi/anak tidak menerima asupan melalui botol dot, seringkali bayi/anak memegang botol minum , cup, training cup dll yang berisikan berbagai macam (bisa jus, susu, teh,dll). Hal inipun dapat menyebabkan kerusakan gigi karena gigi secara konstan bersentuhan dengan sukrosa.

5. Hindari makanan tinggi gula dan jenisnya lengket & perlu waktu lama berada di dalam mulut seperti permen karet, lollipop.

6. Mama Papa menjadi contoh & teladan pola makan & minum yang sehat serta menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Orang tua adalah contoh pertama dan utama yang akan ditiru anak-anak. Jadi orang tua mencontohkan memakan makanan sehat seperti sayur dan buah, membatasi makanan tinggi gula seperti permen, kue-cake, minuman bersoda, syrup dll. Orang tua juga dapat membuat aktivitas menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut bersama, yang utama membuat rutinitas menyikat gigi dengan cara yang menyenangkan. Bila gigi anak sudah makin banyak maka mulai diajarkan cara memakai benang gigi (dental floss) untuk membersihkan sela-sela gigi.

7. Hindari kontak mulut, memakai peralatan makan dan sikat gigi bersama jika Mama-Papa atau pengasuh memiliki masalah dengan gigi dan mulut.

Semoga bermanfaat, happy breastfeeding. :)

(gambar: www.freedigitalphotos.net)

Fatimah Berliana Monika
Fatimah Berliana Monika

Konselor Laktasi & La Leche League (LLL) Leader of Rochester South NY, US. Lulusan S1 Fakultas Teknik Sipil&Perencanaan ITB & S2 Magister Manajemen Universitas Indonesia.

19 Komentar
Fatimah Berliana Monika
Fatimah Berliana Monika March 24, 2015 4:05 pm

Berikut ini copas sharing rekan saya,seorang dokter gigi (drg Icha) :


Kurleb spendek yg saya tau msh banyak yg menyarankan utk tdk menggunakan pasta gigi berflouride sblm anak bs berkumur.

Tapi mnurut guideline ADA dan Aapd 2014, berikan flouride sedini mgkn krn sudah terbukti dapat mencegah karies.

Lalu ortu bertanya? Kenapa dok? Tertelan kan bahaya.

Beberapa yg saya dapat dr hasil diskusi.
1. Menurut guideline, Pasta gigi utk anak dibawah 2 taun hanya "smear layer" selapis tipis, sedikit sekali, jadi msh dalam batas aman jikalau sialnya tertelan sedikit (seprti apa smear layer? Nanti buka link dibawah ya)

2. Kita harus mengajarnya anak utk berkumur sedini mungkin, agar dia blajar utk meludahi pasta gigginya, bukan menelan pasta tersebut.
Jadi jgn menunggu 2 taun ya bru diajarin kumur dan pake pasta berflouride

3. Lalu kalau kt menggunakan pasta gigi tanpa kandungan flour, brarti secara tidak langsung kt mengajarkan ke anak bahwa "nelen pasta gigi gak papa"
Jd lebih baik pake flouride, smear layer, sedikit, dan ajarkan anak utk "meludahi" pasta giginya dan berkumur sejak dini bukan?

4. Tetap sikati gigi anak dibawah 6 taun, (anaknya nutup mulut terus dok), itu kan refleks jika ada bnda asing masuk, dan refleks isep2 juga, jadi triknya, beri distraksi, lebari pipi atau bibir anak dgn jari pelan2, begitu terbuka langsung sikat, ketutup lagi? Lebari lagi, begitu seterusnya hingga seluruh permukaan gigi tersikat.

Mungkin ada yg ingin menambahkan dan memberi masukan.


Ini ya guideline dr aapd mengenai flouride 2014, semoga bs membantu kegalauan kita ibu2 utk kapan mengenalkan flouride pd anak. Pilihan terbaik tetap ortu yg menentukan hehe, krn lebih mengenal anak :)

http://www.aapd.org/media/Policies_Guidelines/G_fluoridetherapy.pdf

Semoga bermanfaat :)

-Monik

Wulan Rahmadhany
Wulan Rahmadhany March 24, 2015 3:24 pm

Kalo baby under 1 year disikat giginya trus disuruh buang pasta giginya dari mulut gimana caranya ya? Apa ditelen aja? atau ga pake pasta gigi dibersihinnya?

LynLyn December 9, 2014 6:21 pm

Anakku krn asi nya berenti di bulan ke 3, jadi sufor, tapi aku tdk kasih susu malam, dan usia 1tahun aku sudah biasakan pakai gelas, sekarang anaknya sehat-sehat ajah tuh, giginya pun bagus, cuma sekarang ada gigi yang numpuk nih, sudah konsultasi sama dokter gigi yang di forum sebelah fem***d***y via line, katanya suruh langsung dicabut,
beruntung yah jaman sekarang media online sangat membantu, apalagi dengan adanya artikel2 seperti ini

Hanifa
Hanifa December 8, 2014 1:16 pm

terbukti sama Key anakku, dia ASI sampai 3 tahun..ndak doyan sufor, giginya putih dan belum ada yg rusak

menique December 4, 2014 8:20 am

eh salah, revisi, beli sikat gigi oral b yang untuk 4-24m. :)