Bermain adalah salah satu elemen penting dalam tumbuh kembang anak. Saat bermain, anak tidak hanya merasa nyaman dan bahagia, tetapi juga belajar untuk mengekpresikan diri, bekerja sama, belajar mematuhi aturan, dan juga meningkatkan kreativitas. Sesuai dengan tujuan bermain yang diinginkan, ragam pilihan bermain yang ditawarkan kepada anak pun tentunya akan berbeda. Nah terkait dengan permainan kreatif, maka bermain dengan barang bekas adalah salah satu alternatif yang bisa kita tawarkan. Kalau tidak salah, saya mulai memperkenalkan permainan ini sejak anak sulung saya berusia 4 tahun. Sampai sekarang, si sulung akan berumur 9 tahun dan adiknya (5 tahun) senang sekali bermain dengan barang bekas. Mereka menyebut permainan ini dengan istilah "bikin-bikin".
Salah satu aspek positif yang bisa didapat dari bermain dengan barang bekas tentunya adalah meningkatkan kreativitas anak, karena mereka belajar untuk mengubah satu barang yang tampaknya sudah tidak bisa terpakai menjadi sesuatu yang masih bisa mereka manfaatkan untuk bermain. Walaupun pada akhirnya tetap akan dibuang, toh setidaknya sampah tadi masih bisa memberikan manfaat untuk dijadikan sarana bermain dalam beberapa waktu. Selain melatih kreativitas, gerakan seperti menggunting, menempel, membuat pola juga akan bermanfaat dalam melatih motorik halus anak.
Untuk media bermain dengan barang bekas, Urban Mama bisa menggunakan apa saja yang ada di sekitar kita seperti kotak tisu, karton bekas, bekas wadah telur, bekas air mineral, pakaian bekas, kotak sereal, plastik, atau apa saja yang tidak kita gunakan lagi. Penggunaan alat bantu seperti gunting, alat tulis, lem, tali, jarum jahit, tali, dsb kita perkenalkan sesuai tumbuh kembang dan kemampuan anak. Untuk menghindari cedera, selain sebisa mungkin mendampingi, juga ada baiknya kita berikan batasan: mana yang mereka bisa/boleh lakukan sendiri, mana yang mereka harus minta pertolongan. Tentunya Urban Mama dapat melakukan pengukuran sampai mana kemampuan dan keamanan buah hati dalam menggunakan alat bantu.
Agar anak mau dan suka bermain dengan barang bekas memang membutuhkan proses dan waktu, tidak bisa instan. Pada tahap awal, yang pertama dapat kita lakukan adalah ikut bermain bersama mereka. Disesuaikan dengan tumbuh kembang dan juga kegemaran setiap anak, kita bisa mulai dengan "mencontohkan" bagaimana belajar memanipulasi barang bekas tersebut, misalnya bekas air mineral bisa kita ubah jadi terowongan untuk mobil-mobilan, bisa menjadi alat musik jika diisi dengan kerikil, tutupnya bisa dimanfaatkan menjadi bola mata, dan sebagainya.
Menstimulasi anak dengan pertanyaan, "menurutmu, ini bisa kita jadikan apa ya?" mungkin dapat memicu mereka untuk mulai berkarya. Tentunya, Urban Mama sepakat bahwa menghargai pendapat anak, walaupun terkesan sangat sederhana, sangatlah penting. Kebalikannya, jika kita rasa ide yang mereka utarakan terlalu sulit, pertanyaan seperti "menurutmu, bagaimana kamu akan membuatnya?" mungkin akan dapat membantu anak untuk mewujudkan ide mereka tanpa terkesan mematahkan kreativitas mereka.
Dalam bermain dengan barang bekas, point penting yang mungkin harus kita garis bawahi adalah membiasakan mereka berpikir "barang bekas ini bisa dibuat atau dimanfaatkan menjadi apa ya?". Hasil karya yang didapat bukanlah tujuan utama, tidak langsung "menciptakan" sesuatu yang unik atau wah pun tidak masalah, yang penting adalah proses anak mulai berpikir untuk mengubah dan berkarya.
Ketika anak sudah mulai senang bermain dengan barang bekas, saya berusaha hanya ikut campur ketika ingin memperkenalkan ide/teknik baru dan memberi bantuan hanya jika dibutuhkan. Dengan kata lain menahan diri untuk tidak terlalu banyak mengutak-atik proyek mereka, baik itu ikut campur secara fisik atau ikut campur saran. Kecuali kalau proyek itu adalah proyek bersama saya dan anak, atau ketika mereka memang kesulitan (misalnya butuh untuk membolongi atau menggunting media yang keras) atau juga untuk alasan keamanan anak. Untuk anak yang sudah lebih besar, bermain dengan barang bekas tidak harus selesai dalam satu kali main. Biasanya anak akan merasa "keren dan tertantang" karena memiliki proyek bersambung.
Setelah anak bermain dan berkarya, biarkan anak "mengevaluasi" hasil karyanya. Memberikan penghargaan atas usaha dan hasil karyanya, atau menyemangati dan membantu anak melihat hal positif dari hasil karyanya tentunya juga merupakan hal yang penting. Oh ya, jangan lupa hasil karya sang buah hati didokumentasikan ya, semoga ketika mereka dewasa nanti buah hati kita bisa tersenyum sendiri melihat hasil karya mereka ketika kecil, sweet childhood memory untuk anak dan juga mama. Selamat mencoba!!
@ mbak aini.. wahhh ia bener mbak, kardus itu harta karun hahaha, coba aja dilipet rapih jadi kempes gitu disimpen di gudang, kapan butuh tinggal ambil satu satu.. murah, seneng dan amazing anak anak ngejadiin itu kardus jadi apa
@ enji.. mkasiiiiii enji aamiin YRA buat doanya... hayu kita main bikin bikin, have fun yaaa
@ mbak fenny.. hahahaa ia bener setidaknya ada alternatif yg kita bisa tawarkan dan bisa diolah sebelum dibuang... hayuk yuk kita bikin bikin
@ mbak deravee.. itu sendal jepit ceritanya jadi panah dan busurnya mbak hahahaha ia aku juga ngakak sendiri pas liat
@ mbak cindy,, mkasii mbak, senang bisa berbagii.. ayoooo kita bikin bikin yoookkk